Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Ulee Lheue, Rotasi Waktu (Karya Doel CP Allisah)

Puisi ini bercerita tentang sepasang manusia yang pernah berbagi kisah bersama, namun terpisahkan oleh waktu, usia, dan takdir. Ada keinginan kuat ...
Ulee Lheue
(Rotasi Waktu)

Kalau ada waktu, kita akan berkencan sepanjang malam hingga angin mabuk oleh harum rambutmu yang menyesatkan jalan pulang lalu, dingin kabut dan hutan-hutan basah gamang dalam kering nafas. Kalau ada waktu, kita akan hapus semua noda-noda dosa-dosa ataupun kebodohan yang kita tutupi.

Namun waktu juga yang penjarakan kita dalam lukanya dalam rindunya dalam ketuaan usia kita. Ah, seandainya ada waktu, kita akan membalik sejarah pertemuan kita, perpisahan kita dan ketelanjuran yang kita sesali kini. Kalau ada waktu (sekali saja) kita akan obah arahnya, beberapa ratus langkah ke belakang dan akan kita atur kembali sejarah itu.

Tanpa takut pertemuan, tanpa takut perpisahan, sebab kita telah pernah merasakannya dan menjadikan alurnya sebagai mainan hidup. Seandainya ada waktu, wahai... namun angan tetaplah angan-angan karna waktu adalah takdir-Nya, garis-Nya, kita saja yang membiarkannya berlalu sia-sia!

Analisis Puisi:

Puisi ini mengangkat tema kerinduan dan penyesalan terhadap waktu yang telah berlalu. Penulis merefleksikan hubungan yang pernah terjadi, namun kini hanya bisa dikenang dan dibayangkan kembali, karena waktu sudah menjadi milik masa lalu.

Puisi ini bercerita tentang sepasang manusia yang pernah berbagi kisah bersama, namun terpisahkan oleh waktu, usia, dan takdir. Ada keinginan kuat untuk mengulang kembali momen-momen yang telah lewat—dari pertemuan, kebersamaan, hingga perpisahan—namun semua itu hanya menjadi angan. Waktu dipersonifikasikan sebagai penjara yang mengurung mereka dalam kenangan dan keterbatasan hidup.

Makna tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah kritik halus terhadap keterbatasan manusia dalam mengendalikan hidupnya. Seberapa pun kuatnya keinginan kita untuk mengubah masa lalu, takdir dan waktu adalah sesuatu yang absolut. Penyesalan datang ketika menyadari bahwa kesempatan telah berlalu, sementara kita tidak memanfaatkannya dengan baik.

Puisi ini juga memberi isyarat bahwa kenangan indah sekaligus luka akan terus hidup di hati, meski kesempatan untuk mengulangnya tak pernah datang lagi.

Suasana dalam puisi

Suasana puisi ini melankolis, nostalgik, dan penuh kerinduan. Nada bicara lirih dan mengalir seperti percakapan batin antara seseorang dengan kekasihnya di masa lalu. Ada sentuhan getir ketika menyadari bahwa semua hanyalah "seandainya" dan tidak akan pernah menjadi nyata.

Amanat / Pesan yang disampaikan puisi

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa waktu adalah sesuatu yang tidak bisa diulang atau dikendalikan. Karena itu, kita harus memanfaatkan setiap momen yang ada untuk mencintai, berbuat kebaikan, dan menghargai orang-orang yang kita miliki sekarang. Jangan sampai penyesalan menjadi satu-satunya yang tersisa ketika waktu telah habis.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji perasaan dan visual, seperti:
  • "angin mabuk oleh harum rambutmu" → imaji penciuman yang memunculkan kesan romantis.
  • "dingin kabut dan hutan-hutan basah gamang" → imaji penglihatan dan perasaan yang menciptakan suasana sendu.
  • "waktu juga yang penjarakan kita dalam lukanya" → imaji abstrak yang memvisualisasikan waktu sebagai kurungan.
  • "beberapa ratus langkah ke belakang" → imaji gerakan yang menandakan keinginan untuk memutar kembali sejarah.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi – "waktu juga yang penjarakan kita" menggambarkan waktu seperti manusia yang bisa mengurung.
  • Metafora – "angin mabuk oleh harum rambutmu" menyamakan harum rambut dengan sesuatu yang membuat angin kehilangan arah.
  • Repetisi – Pengulangan frasa "kalau ada waktu" untuk menegaskan kerinduan dan penyesalan.
  • Hiperbola – "mabuk oleh harum rambutmu" sebagai penguatan perasaan romantis yang berlebihan namun puitis.

Doel CP Allisah
Puisi: Ulee Lheue, Rotasi Waktu
Karya: Doel CP Allisah
© Sepenuhnya. All rights reserved.