Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Zhouzhuang Cinta Membelit Kota (Karya Putu Oka Sukanta)

Puisi "Zhouzhuang Cinta Membelit Kota" adalah refleksi puitis tentang cinta, pencarian jati diri, dan hubungan manusia dengan alam dan tempat asal.
Zhouzhuang Cinta Membelit Kota

Di sini sungai membelit kota
seperti cinta membelitku
tapi begitu jauh, jauh...

Tukang sampan mengayuh dayung
menghanyutkanku yang sedang mencari
mencari, di sini aku mencari, di tanah air aku mencari.

Aku ingin berguru jadi sungai
berabad-abad mengalirkan cintanya
memeluk kota, menghanyutkan kesendirian
air kelabu, langit menyatu warna
lampiun di tepi kali mulai berbinar-binar
memberi arah denyut manusia.

Jika aku pulang, dimana tempat berlabuh?

Zhouzhuang, 29 November 2004

Sumber: Surat Bunga dari Ubud (2008)

Analisis Puisi:

Puisi "Zhouzhuang Cinta Membelit Kota" karya Putu Oka Sukanta merupakan karya yang menyiratkan perasaan kerinduan dan pencarian makna cinta serta identitas melalui metafora alam dan kota yang saling terjalin.

Tema

Tema utama puisi ini adalah cinta, pencarian diri, dan hubungan antara manusia dengan lingkungan atau tempat asal. Puisi ini juga menyinggung tentang rasa keterikatan sekaligus keterasingan dalam perjalanan hidup dan pencarian jati diri.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman batin tokoh liris yang terhanyut oleh suasana sebuah kota yang dibelit oleh sungai, seperti cinta yang membelitnya sendiri. Ia melihat tukang sampan yang mengayuh dayung sebagai metafora perjalanan hidup dan pencarian. Tokoh liris ingin menjadi seperti sungai yang mengalir abadi, memeluk kota dan menghanyutkan kesendirian, serta memberikan arah dan harapan bagi manusia. Namun, ada pertanyaan yang menggantung di akhir tentang tempat berlabuh atau kepulangan, yang menandakan pencarian identitas dan rumah yang belum pasti.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah tentang perjalanan pencarian jati diri, rasa keterikatan dan kesepian dalam hidup, serta harapan untuk menemukan tempat atau makna yang sesungguhnya dalam hidup. Sungai sebagai simbol aliran waktu dan cinta menggambarkan bagaimana hidup terus berjalan meski penuh liku dan keterasingan.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang tercipta adalah melankolis dan penuh kerinduan, dengan gambaran alam dan kota yang harmonis namun juga mengandung kesendirian dan pencarian makna.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan dalam puisi ini adalah tentang pentingnya melalui perjalanan hidup dengan kesadaran akan aliran waktu dan cinta yang terus mengalir, serta menemukan tempat untuk berlabuh secara spiritual dan emosional. Puisi ini mengajak pembaca merenungkan hubungan antara manusia dengan lingkungan dan cinta dalam kehidupan.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji, seperti:
  • Sungai membelit kota sebagai gambaran fisik sekaligus metafora cinta yang membelit.
  • Tukang sampan mengayuh dayung menggambarkan perjalanan dan pencarian.
  • Air kelabu, langit menyatu warna melukiskan suasana sendu dan kesatuan alam.
  • Lampiun di tepi kali memberikan imaji cahaya dan harapan di tengah kegelapan.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: Sungai yang “membelit” dan “memeluk kota” memberikan kesan hidup pada alam.
  • Metafora: Sungai sebagai simbol aliran cinta dan waktu.
  • Simbolisme: Lampiun sebagai lambang harapan dan arah dalam kehidupan.
Puisi "Zhouzhuang Cinta Membelit Kota" adalah refleksi puitis tentang cinta, pencarian jati diri, dan hubungan manusia dengan alam dan tempat asal. Dengan bahasa yang melankolis dan imaji yang kuat, Putu Oka Sukanta berhasil mengungkapkan pergulatan batin serta harapan akan kedamaian dan kepulangan dalam hidup.

"Puisi Putu Oka Sukanta"
Puisi: Zhouzhuang Cinta Membelit Kota
Karya: Putu Oka Sukanta
© Sepenuhnya. All rights reserved.