Analisis Puisi:
Puisi "Ziarah Bulan" karya Joshua Igho adalah sebuah karya yang memadukan kekuatan imaji alam dengan perasaan cinta dan kerinduan. Melalui rangkaian metafora yang segar, penyair menyampaikan hubungan mendalam antara aku lirik dengan sosok kekasih, seolah alam semesta menjadi medium pengungkapan cinta.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah cinta dan kerinduan. Cinta dihadirkan bukan hanya dalam bentuk hubungan antar-manusia, melainkan juga diikat dengan simbol-simbol alam seperti hutan hujan tropis, telaga, hujan, dan bulan.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan batin seorang aku lirik dalam mencintai dan merindukan kekasihnya. Ia menggambarkan bagaimana kehadiran sang kekasih selalu membawa hal-hal baru dan segar, seolah pandangannya menyimpan alam semesta yang luas. Dalam kerinduan itu, ia ingin menziarahi bulan yang disimbolkan sebagai puncak keindahan dan keutuhan cinta.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kerinduan yang dalam dapat mengubah cinta menjadi sebuah perjalanan spiritual. Penyair mengibaratkan cinta sebagai hutan yang rimbun, telaga yang menyejukkan, dan bulan yang menjadi tujuan ziarah. Semua simbol itu mengisyaratkan bahwa cinta bukan sekadar perasaan, tetapi juga perjalanan mencari makna hidup dan keindahan yang sejati.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini adalah romantis, syahdu, sekaligus penuh kontemplasi. Ada nuansa tenang yang dilingkupi imaji alam, tetapi juga ada intensitas kerinduan yang menuntun pada pencarian makna terdalam.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang bisa ditarik dari puisi ini adalah bahwa cinta sejati bukan sekadar rasa, melainkan perjalanan yang penuh ketulusan, pengorbanan, dan kerinduan mendalam. Cinta juga bisa menjadi sarana untuk menyembuhkan luka, memberi penghiburan, dan menghadirkan keindahan dalam hidup.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji alam yang kuat:
- “Hari ini, kulihat rimbunan hutan hujan tropis” → menghadirkan imaji visual tentang kesegaran dan kelimpahan.
- “Telaga matamu adalah penghilang dahagaku” → imaji visual dan rasa yang menyejukkan.
- “Usai aku menyusuri hujan sepanjang sunyi yang duri” → imaji gerak dan suasana yang menggambarkan perjalanan batin penuh rintangan.
- “Aku ingin menziarahi bulan di rahim rindumu” → imaji metaforis yang puitis dan penuh keintiman.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Metafora – “Telaga matamu adalah penghilang dahagaku” mengibaratkan mata kekasih sebagai telaga yang memberi kesejukan.
- Personifikasi – “Telaga matamu … pembasuh luka” seakan-akan mata memiliki kemampuan seperti manusia.
- Hiperbola – “Aku ingin menziarahi bulan di rahim rindumu” memberikan kesan perasaan cinta yang sangat mendalam dan melampaui batas realitas.
- Simbolisme – Bulan menjadi simbol cinta yang utuh, purnama sebagai puncak keindahan, serta ranting cemara sebagai tempat menambatkan kenangan.
Puisi "Ziarah Bulan" karya Joshua Igho menghadirkan kisah cinta dan kerinduan melalui bahasa simbolik yang indah. Tema cinta diperkaya dengan imaji alam, menjadikan puisi ini tidak sekadar tentang perasaan personal, melainkan juga tentang perjalanan batin yang mendalam. Dengan suasana syahdu, penuh imaji, dan diperkaya majas, puisi ini menyampaikan amanat bahwa cinta adalah sebuah ziarah yang menuntun manusia pada pemahaman lebih dalam tentang kehidupan dan keindahan.
Karya: Joshua Igho
