Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Zombi-Zombi tak Kasat Mata (Karya Ahmad Yani AZ)

Puisi "Zombi-Zombi tak Kasat Mata" menggambarkan keadaan krisis yang dialami masyarakat dunia, menantang pembaca untuk merenung dan bertindak di ...
Zombi-Zombi tak Kasat Mata
(Tangis Bumi Menanti Hikmah)

Kemarin terorisme mengguncang
Banjir menghantam dan beragam lagi tak terhitung
Dan kini sang mikroba membuahkan cerita ngeri kematian
Kita pun semakin terpuruk seraya menjalani, menyikapi dalam ketabahan dan kegelisahan
Tanpa henti kemarin menghitung mayat
Tanpa henti kini kita bermunajat agar segera terbebas dari belenggu covid 19
Semakin terhimpit, serba salah
Anak-anak tak lagi bersekolah
Dan kita pun serba payah di antara barak-barak isolasi atau karantina
Bukan lagi sekedar diuji
Ketika bumi menangis lagi
Kelaparan semakin menghujam
Korban kehilangan pekerjaan hanya meratapi nasib
Ketidak stabilan ekonomi semakin menusuk kepala
Nyaris memporak-porandakan segala sendi
Kita kini hanya menanti hikmah atau hidayah
Agar corona segera musnah
Sejenak terkurung solusi
Dan bumi pun sesaat sepi bagai kota mati
Zombi-zombi tak kasat mata nyaris membuat putus asa
Kita bagai terpenjara
Seraya menghitung waktu

Kuala Tungkal, 30 April 2020/04. 09 dini hari

Analisis Puisi:

Puisi "Zombi-Zombi tak Kasat Mata" karya Ahmad Yani AZ menggambarkan keadaan dunia yang dihadapi oleh pandemi COVID-19. Dalam puisi ini, penyair merangkai kata-kata dengan penuh emosi dan mendalam, menciptakan gambaran tentang krisis global yang melibatkan berbagai aspek kehidupan.

Gambaran Kekacauan dan Penderitaan: Penyair memulai puisi dengan menyebutkan berbagai peristiwa tragis, seperti terorisme, banjir, dan pandemi. Gambaran kekacauan ini menunjukkan kompleksitas dan intensitas penderitaan yang melanda dunia, membuka puisi dengan latar belakang yang gelap.

Personifikasi Mikroba: Penggunaan kata "mikroba" untuk menggambarkan pandemi COVID-19 adalah bentuk personifikasi yang kuat. Mikroba diangkat sebagai entitas yang menciptakan "cerita ngeri kematian," memberikan kesan bahwa bahaya itu nyata dan hidup.

Ketabahan dan Kegelisahan: Penyair menyatakan bahwa kita menghadapi situasi ini dengan "ketabahan dan kegelisahan." Kombinasi perasaan ini mencerminkan kondisi psikologis masyarakat yang terjepit di antara tantangan dan kebingungan.

Isolasi dan Ketidakpastian: Puisi merinci dampak pandemi, termasuk isolasi, kehilangan pekerjaan, dan ketidakpastian ekonomi. Pembahasan tentang anak-anak yang tidak bersekolah dan keadaan serba payah di antara barak-barak isolasi menciptakan citra kehidupan yang terkekang.

Kelaparan dan Kehancuran Ekonomi: Penyair menggambarkan kelaparan yang menghujam dan kehilangan pekerjaan yang menyedihkan. Gambaran ini menciptakan rasa simpati dan empati terhadap mereka yang terkena dampak ekonomi pandemi.

Nantikan Hikmah atau Hidayah: Dalam keputusasaan, penyair mengekspresikan keinginan untuk mendapatkan hikmah atau hidayah. Pernyataan ini mencerminkan upaya manusia untuk mencari makna di tengah krisis dan mencari solusi spiritual.

Zombi-Zombi tak Kasat Mata: Penyair menggunakan istilah "Zombi-Zombi tak Kasat Mata" sebagai metafora untuk menggambarkan masyarakat yang terjebak dan hampir putus asa di tengah pandemi. Zombi di sini mencerminkan keadaan terkurung dan terpenjara.

Penggunaan Kata dan Rima: Penyair menggunakan kata-kata yang sederhana namun kuat, memberikan kejelasan pada pesan puisi. Rima yang digunakan secara bebas menciptakan irama yang mengalir, memberikan nuansa penghayatan dan kekaguman terhadap realitas yang dihadapi.

Pemilihan Kata Emosional: Puisi ini dipenuhi dengan kata-kata emosional, seperti "terpuruk," "bantai," dan "putus asa," menciptakan koneksi emosional dengan pembaca dan meningkatkan dampak pesan puisi.

Puisi "Zombi-Zombi tak Kasat Mata" adalah karya yang mencengangkan dalam merespons situasi global yang penuh tantangan. Dengan menggunakan kata-kata yang kuat dan gambaran yang kaya, penyair berhasil menggambarkan keadaan krisis yang dialami masyarakat dunia, menantang pembaca untuk merenung dan bertindak di tengah-tengah ketidakpastian.

Puisi Ahmad Yani AZ
Puisi: Zombi-Zombi tak Kasat Mata
Karya: Ahmad Yani AZ

Biodata Ahmad Yani AZ:

Ahmad Yani AZ lahir di Kuala Tungkal (Bungsu dari 9 bersaudara, 11 Februari 1969. Sejak kelas 4 SD sudah mulai mencoba untuk terjun ke dunia kepenulisan dan sampai SLTA maupun saat melanjutkan studi pada Akademi Komunikasi Jurnalistik Yogyakarta sampai sekarang ini. Yang pada waktu itu mengikuti test pada Universitas Jambi, IKIP Karang Malang dan Institut Seni Indonesia Jurusan Tari, justru lulus pada Akademi Komunikasi Jurnalistik Yogyakarta (tahun 1993).

Di samping menekuni dunia kepenulisan, juga sambil aktif mengisi waktu masuk di sanggar Natya Lakshita Yogyakarta pimpinan Didik Nini Thowok (3 bulan) dan LPK. Kepenyiaran Radio & TV (Jurusan Kepenulisan Naskah 1994).

Selesai di Akademi Komunikasi Yogyakarta dan kembali ke kampung halaman, kemudian menjadi Freelance Journalist (dan magang) di Harian Independent (yang sekarang Jambi Independent) kemudian aktif menulis di rubrik opini dan budaya di Pos Metro, Jambi Ekspres dan sempat menjadi Kabiro/Reporter Mingguan Jambi Post (1998-2000), Pimred Bulletin Poltik KIN RADIO (2004), kemudian diminta menjadi staf redaksi Mingguan Media Pos Medan (lebih kurang 1,5 tahun: 2002), Wakil Sekretaris Pincab. Pemuda Panca Marga (2001–2014), Bagian Seni Budaya/Pariwisata Pemuda Panca Marga Tanjab Barat 2014-2018 dan 2009-2012 Freelance Journalist: Harian Radar Tanjab, Pos Metro, Jambi Eks, Jambi Independent, Infojambi, Tipikor Meda, Harian Jambi, Tribun, Staf Disporabudpar Tanjab Barat (November 2014 sampai sekarang Wartawan/Pengasuh Rubrik Seni dan Sastra Harian Tungkal Post). Putra bungsu H. Ahmad Zaini (Tokoh Pejuang/Anggota Veteran, Anggota Laskar Hisbullah, Barisan Selempang Merah & Saksi/Pelaku Sejarah).
© Sepenuhnya. All rights reserved.