Sajak Bapak Tua
bapak tua
kulitnya coklat dibakar matahari kota
jidatnya berlipat-lipat seperti
sobekan luka
pipinya gosong disapu angin panas
tenaganya dikuras
di jalan raya siang tadi
sekarang bapak mendengkur
dan ketika bayangan esok pagi datang
di dalam kepalaku
bis tingkat itu tiba-tiba berubah
jadi ikan kakap raksasa
becak-becak jadi ikan teri
yang tak berdaya
Solo, Juni 1987
Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Bapak Tua" karya Wiji Thukul adalah karya sastra yang menggambarkan seorang bapak tua yang berada dalam kondisi fisik dan sosial yang sulit. Dalam puisi ini, penyair menggunakan gambaran-gambaran yang kuat untuk menyampaikan pesan tentang ketidaksetaraan sosial dan penderitaan yang dialami oleh individu yang kurang beruntung dalam masyarakat.
Gambaran Fisik yang Menggugah Simpati: Puisi ini menggambarkan bapak tua dengan ciri-ciri fisik yang menggugah simpati. Kulitnya yang coklat dibakar matahari, jidatnya yang berlipat-lipat seperti sobekan luka, dan pipinya yang gosong akibat terpapar angin panas menciptakan gambaran individu yang menderita akibat kondisi fisiknya yang sulit.
Pengurasan Tenaga dalam Kehidupan Sehari-hari: Penyair menggambarkan bagaimana bapak tua tersebut mengalami pengurasan tenaga dalam aktivitas sehari-hari, seperti berjalan di jalan raya siang tadi. Ini menciptakan gambaran tentang bagaimana individu yang lebih tua mungkin harus berjuang keras untuk bertahan dalam lingkungan yang sulit.
Perbandingan Kehidupan dengan Imajinasi: Pada akhir puisi, penyair menggunakan imajinasi untuk menggambarkan perubahan tiba-tiba dalam persepsi tentang lingkungan. Bis tingkat yang tiba-tiba berubah menjadi ikan kakap raksasa dan becak-becak yang berubah menjadi ikan teri yang tak berdaya menciptakan gambaran tentang bagaimana persepsi individu yang kurang beruntung dapat berubah dalam pandangan orang lain.
Pesan Sosial tentang Ketidaksetaraan: Puisi ini secara tersirat mengandung pesan sosial tentang ketidaksetaraan dalam masyarakat. Penggambaran seorang bapak tua yang menderita mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi sosial yang sulit dihadapi oleh individu yang kurang beruntung dan perlunya lebih banyak empati dan kepedulian terhadap mereka.
Puisi "Sajak Bapak Tua" adalah karya sastra yang menggambarkan penderitaan seorang bapak tua dalam kondisi fisik dan sosial yang sulit. Melalui gambaran-gambaran yang kuat, penyair menyampaikan pesan tentang ketidaksetaraan sosial dan perlunya lebih banyak empati dalam masyarakat. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi individu yang kurang beruntung dan pentingnya perhatian terhadap mereka dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan berempati.
Karya: Wiji Thukul
Biodata Wiji Thukul:
- Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
- Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
- Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
