Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sajak (Karya Umbu Landu Paranggi)

Puisi "Sajak" karya Umbu Landu Paranggi bercerita tentang perjalanan eksistensial manusia yang dihubungkan dengan simbol-simbol sederhana: batu, ...
Sajak

anak           batuku
batu            tulisanku
tulis            bukuku
buku           debuku
debu           gambarku
gambar       hidupku
hidup          mabukku
mabuk        kataku
kata            mantraku
mantra        tuakku
tuak            lontarku
lontar          buahku
buah           sunyiku
sunyi          sarangku
sarang        pohonku
pohon         lukaku
luka            asalku
asal            akarku
akar            airku
air               nyawaku
nyawa        darahku
darah          resahku
resah          pesonaku
  pesonakubakamu

Sumber: “Persada Studi Klub dan Sajak-sajak Presiden Malioboro” dalam Suara Pancaran Sastra: Himpunan Esai dan Kritik, Korrie Layun Rampan, Yayasan Arus Jakarta, 1984 (halaman 74).

Analisis Puisi:

Umbu Landu Paranggi dikenal sebagai penyair yang kerap menyusun larik-larik puitis dengan gaya eksperimental, padat simbol, dan penuh asosiasi makna. Puisi Sajak adalah salah satu karyanya yang khas: sederhana secara bentuk, tetapi menyimpan kedalaman makna. Deretan kata-kata dalam puisi ini membentuk rantai yang saling berkaitan, seakan menjadi perjalanan batin penyair tentang asal-usul, kehidupan, luka, hingga resah.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kehidupan manusia yang berakar dari alam, penuh luka, resah, namun juga pesona. Umbu memandang hidup sebagai siklus, di mana manusia terikat dengan kata, alam, dan pengalaman batin.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan eksistensial manusia yang dihubungkan dengan simbol-simbol sederhana: batu, buku, debu, gambar, air, darah, hingga resah. Masing-masing kata menjadi mata rantai yang membentuk refleksi kehidupan: dari asal (akar), pengalaman (luka, mabuk, kata), hingga keresahan yang justru memunculkan pesona.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup manusia merupakan perjalanan yang tak lepas dari asal-usul, penderitaan, kerinduan, dan kerentanan, tetapi justru di situlah letak keindahan dan pesonanya. Umbu seakan mengajak pembaca untuk melihat bahwa dari batu yang keras, debu yang fana, hingga darah yang resah, semuanya menyatu dalam satu kesatuan yang disebut hidup.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah meditatif dan reflektif, seakan-akan pembaca diajak merenungi kehidupan secara perlahan melalui simbol-simbol yang sederhana, namun penuh makna filosofis.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa hidup tidak terpisahkan dari akar, luka, resah, dan kesunyian. Justru dari semua itulah manusia menemukan makna, keindahan, dan pesona hidup. Umbu mengingatkan bahwa penderitaan bukanlah akhir, melainkan bagian dari perjalanan yang membentuk diri.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji simbolik:
  • Imaji visual: “batu”, “debu”, “gambar”, “pohon” menghadirkan citra nyata dari alam.
  • Imaji tubuh: “darahku”, “nyawaku”, “lukaku” menekankan sisi manusiawi yang rapuh.
  • Imaji perasaan: “resahku, pesonaku” melukiskan kegelisahan batin yang justru menimbulkan daya tarik hidup.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Repetisi / Paralelisme: Struktur puisi yang mengulang kata di akhir baris sebagai awal baris berikutnya menciptakan efek rantai yang berkesinambungan.
  • Metafora: Kata-kata seperti batu, debu, akar, darah, resah berfungsi sebagai metafora bagi pengalaman hidup manusia.
  • Personifikasi: “gambar hidupku”, “kata mantraku” → benda mati diberi sifat hidup dan spiritual.
  • Simbolisme: Setiap kata menjadi simbol, misalnya batu (keras, dasar), debu (fana), air (sumber hidup), darah (kehidupan dan penderitaan).
Puisi "Sajak" karya Umbu Landu Paranggi adalah perjalanan kata yang sederhana tetapi mendalam. Dengan tema kehidupan yang berakar dari alam dan penuh luka, puisi ini menyajikan makna tersirat tentang siklus manusia yang tidak bisa dilepaskan dari kesunyian, resah, dan pesona. Imaji alam, tubuh, dan perasaan berpadu dengan majas repetisi dan metafora, sehingga melahirkan sebuah karya yang reflektif sekaligus filosofis. Umbu berhasil menunjukkan bahwa kata bukan hanya sekadar bahasa, melainkan jejak batin manusia yang abadi.

Umbu Landu Paranggi dan Emha Ainun Nadjib
Puisi: Sajak
Karya: Umbu Landu Paranggi

Biodata Umbu Landu Paranggi:
  • Umbu Landu Paranggi lahir pada tanggal 10 Agustus 1943 di Kananggar, Paberiwai, Sumba Timur.
  • Umbu Landu Paranggi meninggal dunia pada tanggal 6 April 2021, pukul 03.55 WITA, di RS Bali Mandara.
© Sepenuhnya. All rights reserved.