Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Batu Ombak Banteng (Karya Lasinta Ari Nendra Wibawa)

Puisi "Batu Ombak Banteng" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa bercerita tentang keberadaan sekelompok entitas yang tampak seperti batu di bibir pantai.
Batu Ombak Banteng

Tentu kelak kau akan mengerutkan kening
menerka muasal kami muncul lantas berbaring
mengenakan baju merah hitam aksen abu-abu
bertapa di bibir pantai yang bermata biru.

Kau bertanya mengapa bukan karang
biar rahasia lebih berasa terang benderang
namun kami benar-benar batu sekeras palu
tak perlu repot kepalamu kau coba adu.

Jangan pernah memanggilku malin kundang
aku bukan anak lelaki yang durhaka pada ibu
carilah jawab di pemandian parangwedang
yang bisa memunculkan air suam-suam kuku.

Surakarta, 22 Januari 2014

Analisis Puisi:

Puisi "Batu Ombak Banteng" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa menghadirkan simbolisme alam dan keberadaan manusia yang abstrak, sekaligus mengajak pembaca merenungi makna identitas, hubungan manusia dengan alam, dan misteri keberadaan. Melalui bahasa yang puitis dan padat imaji, puisi ini menciptakan ruang refleksi bagi pembaca.

Tema

Tema utama puisi ini adalah keabadian alam dan posisi manusia di hadapan alam. Batu, ombak, dan pantai menjadi simbol kekuatan, keteguhan, serta rahasia yang tak mudah diungkap.

Puisi ini bercerita tentang keberadaan sekelompok entitas yang tampak seperti batu di bibir pantai. Mereka muncul dan berbaring, mengenakan baju merah hitam dengan aksen abu-abu. Pembaca dihadapkan pada pertanyaan tentang identitas mereka, apakah mereka manusia, batu, atau simbol lain dari alam yang memendam misteri. Penyair menegaskan bahwa mereka “benar-benar batu sekeras palu”, menolak tafsiran yang berlebihan dari pembaca, sekaligus memunculkan rasa penasaran dan kekaguman.

Makna tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah keteguhan, keabadian, dan ketidakperluan manusia untuk selalu memahami alam secara utuh. Alam dan entitas yang ada di dalamnya memiliki rahasia yang tidak selalu bisa dijelaskan dengan logika manusia. Sisi spiritual dan simbolik pun muncul ketika penyair menyinggung “malin kundang” dan “pemandian parangwedang”, menekankan bahwa ada pengetahuan dan cerita yang hanya dapat ditemukan di tempat atau pengalaman tertentu.

Suasana dalam puisi

Suasana puisi terasa misterius, tenang, sekaligus tegas. Ada kesan kekokohan dan keteguhan yang dihadirkan oleh “batu sekeras palu”, sementara warna baju merah hitam menambahkan nuansa dramatis. Pantai biru menjadi latar yang kontras, memperkuat imaji visual dan membangun rasa penasaran.

Amanat / pesan yang disampaikan puisi

Pesan yang bisa diambil dari puisi ini adalah menghargai keabadian dan rahasia alam tanpa perlu menafsirkannya secara berlebihan. Alam memiliki misteri yang tidak selalu bisa dipahami manusia, dan seringkali yang terlihat sederhana menyimpan makna yang lebih dalam.

Imaji

Puisi ini sarat dengan imaji visual:
  • Baju merah hitam aksen abu-abu menimbulkan kontras warna yang kuat di bibir pantai biru.
  • Batu sekeras palu membangkitkan kesan kekokohan, keteguhan, dan ketidakgerakannya.
  • Pantai bermata biru menciptakan lanskap alam yang tenang sekaligus luas.

Majas

Beberapa majas yang hadir dalam puisi ini:
  • Metafora: Batu yang digambarkan sekeras palu sebagai simbol keteguhan dan keabadian.
  • Personifikasi: Batu dan entitasnya dihadirkan seakan memiliki kehendak dan identitas.
  • Allusi: Penyebutan “malin kundang” dan “pemandian parangwedang” memberikan rujukan budaya dan mitos lokal.
Puisi "Batu Ombak Banteng" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa adalah karya yang mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam, keteguhan, serta misteri yang ada di sekeliling kita. Alam dalam puisi ini digambarkan tegas, abadi, dan penuh rahasia, sementara manusia belajar untuk menempatkan diri tanpa selalu memaksakan tafsir.

"Puisi Lasinta Ari Nendra Wibawa"
Puisi: Batu Ombak Banteng
Karya: Lasinta Ari Nendra Wibawa
© Sepenuhnya. All rights reserved.