Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Bau Air Mata di Bantal Tidurmu (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Bau Air Mata di Bantal Tidurmu" karya Afrizal Malna bercerita tentang hutan Kalimantan, khususnya Sungai Mahakam, yang dieksploitasi besar ...
Bau Air Mata di Bantal Tidurmu

Pagi-pagi sekali hutan telah bangun dan berjalan ke kamar hotelmu. Hutan yang berjalan, bayangannya seperti jubah matahari. Disel telah mati. TV telah mati. Ada musang mengambil kepala ayam. Anak-anak babi berebut tetek ibunya. Aku menari, tubuhku terbuat dari oli dan obat tidur. Pagi-pagi sekali. Pagi-pagi sekali batang-batang pohon berjatuhan dari perutku. Gelondongan-gelondongan kayu, pagi-pagi sekali, gelondongan-gelondongan kayu mengapung di sungai Mahakam, diseret oleh ribuan kapal yang seperti menyeret tubuh ibumu pagi-pagi sekali. Ibu yang dilahirkan dari rahim Dayak Bahau. Namaku Lung Ding Lung Intan. Aku juga dipanggil Daleq Devung dan Joan Ping. Bapak dan hinangku adalah sepasang burung elang yang terbuat dari karung plastik. Malam ini aku sedang berhudoq, menari hingga perahu-perahu melaju di permukaan pagi. Pagi yang membuat pusaran- pusaran air di Tering Seberang.

Tarian yang mengajariku tentang sebuah goa di Matalibaq, tempat hutan membuat keluarga. Matahari terbuat dari butiran-butiran jagung, kata mereka. Dan malam baru datang, kalau batang-batang kayu besi telah mengucapkan mantra-mantranya. Burung-burung bangaulah yang telah membuat bulan, kata mereka, ketika permukaan sungai masih bisa membaca kesedihan-kesedihanmu. Lalu ibuku menari kenyah. Burung-burung berhinggapan di jari-jari tangannya.

Pagi-pagi sekali, ribuan bangkai hutan diseret di atas sungai Mahakam. Kau setubuhi juga anak-anak gadis kami dengan penismu yang terbuat dari gergaji. Kau curi hati anak-anak muda kami lewat perahu bermotor. Lalu bayangan hutan jatuh di atas permukaan sungai, seperti jatuhnya sebuah mahkota. Sejak itu ibuku tak pernah menari lagi.

Pagi-pagi sekali aku ambil kembali sungai Mahakam, seperti mengambil selimut tidur ibuku dan aku kembalikan ke dalam goa itu. Sejak itu, kau tak akan pernah lagi menemukan hutan di mana pun, kau tak akan melihat lagi sungai di mana pun. Tetapi burung-burung terus bernyanyi tentang hutan dan sungai agar ibuku kembali menari. Tarian yang membuat seluruh isi rumahmu bergerak seperti kaki-kaki hutan. Daun yang tiba-tiba tumbuh di seluruh dinding rumahmu. Bau air mata yang masih tercium dari bantal tidurmu.

Analisis Puisi:

Afrizal Malna dikenal sebagai salah satu penyair Indonesia kontemporer yang menghadirkan bahasa puisi dengan penuh imaji, simbol, dan benturan realitas sosial. Puisinya "Bau Air Mata di Bantal Tidurmu" merupakan karya yang kaya akan lapisan makna, memadukan pengalaman personal, mitologi lokal, hingga kritik ekologis dan sosial.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kehancuran lingkungan dan kehilangan identitas kultural akibat eksploitasi manusia. Puisi mengisahkan hubungan manusia, hutan, sungai, dan tradisi yang dirusak oleh kerakusan modernitas.

Puisi ini bercerita tentang hutan Kalimantan, khususnya Sungai Mahakam, yang dieksploitasi besar-besaran. Aku lirik menghadirkan narasi puitis tentang hutan yang ditebang, sungai yang dipenuhi gelondongan kayu, dan penderitaan masyarakat Dayak. Di sisi lain, ia juga menampilkan perlawanan imajiner: mengambil kembali sungai dan hutan agar ibu dan kebudayaan yang hilang bisa kembali menari.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah ratapan atas kerusakan lingkungan dan hilangnya budaya lokal akibat kolonialisme modern, kapitalisme, dan industrialisasi. Afrizal seolah ingin menegaskan bahwa perusakan alam bukan hanya soal ekologi, tetapi juga merenggut jiwa, tarian, bahkan identitas sebuah bangsa.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa surreal, muram, sekaligus penuh luka kolektif. Pembaca dibawa masuk ke dalam dunia yang absurd—hutan yang berjalan, tubuh terbuat dari oli, matahari dari jagung—namun di balik absurditas itu ada duka mendalam tentang kerusakan ekologis dan trauma sosial.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan utama yang disampaikan puisi ini adalah seruan untuk menyadari dampak destruktif eksploitasi alam. Puisi menegaskan bahwa keserakahan manusia mengakibatkan kehilangan besar, bukan hanya bagi lingkungan, tetapi juga bagi budaya dan kehidupan sosial masyarakat adat. Afrizal seolah mengingatkan bahwa jika manusia terus menjarah alam, maka generasi mendatang hanya akan mewarisi kehilangan.

Imaji

Puisi ini penuh dengan imaji yang kuat dan surealis:
  • Imaji visual: “gelondongan-gelondongan kayu mengapung di sungai Mahakam”, “burung-burung berhinggapan di jari-jari tangannya”, “daun yang tiba-tiba tumbuh di seluruh dinding rumahmu.”
  • Imaji auditif: “burung-burung terus bernyanyi tentang hutan dan sungai.”
  • Imaji kinestetik: “aku menari, tubuhku terbuat dari oli dan obat tidur.”
Imaji-imaji ini menciptakan pengalaman membaca yang padat, seperti menonton pertunjukan teater absurd dengan kritik sosial yang tajam.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: “hutan telah bangun dan berjalan ke kamar hotelmu” memberi nyawa pada alam.
  • Metafora: “penismu yang terbuat dari gergaji” sebagai kritik terhadap kekerasan dan eksploitasi.
  • Simbol: “ibu menari” menjadi simbol kehidupan, tradisi, dan kearifan lokal yang hilang.
  • Hiperbola: gambaran ribuan bangkai hutan di sungai, untuk menegaskan besarnya kerusakan.
  • Ironi: modernitas yang dianggap kemajuan justru membawa kehancuran.
Puisi "Bau Air Mata di Bantal Tidurmu" karya Afrizal Malna adalah sebuah karya yang kaya akan imaji, penuh kritik sosial-ekologis, dan sarat makna kultural. Dengan tema kehancuran lingkungan, puisi ini bercerita tentang eksploitasi hutan dan sungai Mahakam yang merenggut identitas masyarakat Dayak. Makna tersiratnya menyingkap luka ekologis sekaligus kultural yang ditinggalkan peradaban modern. Imaji surealis yang ditampilkan, dipadukan dengan majas metafora, personifikasi, simbol, hingga ironi, menjadikan puisi ini sebuah gugatan estetis atas kerusakan yang diciptakan manusia.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Bau Air Mata di Bantal Tidurmu
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.