Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Bayangan (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Bayangan" karya Mustafa Ismail mengingatkan bahwa hubungan tidak bisa dijaga hanya dengan penutup semu—ketulusanlah yang menjadi dasar agar ...
Bayangan

Seseorang datang dalam tidurku
lalu meninggalkan bibir busuknya di gelas minum kita -

Aku bukan perempuan bermata merah, katamu,
yang selalu meracau tentang pulau-pulau

Aku pun bukan Juliet, katamu,
tak mampu membentengi tidurku dengan cahaya matamu

Aku adalah camar-camar yang selalu terbakar
ketika menemukan ikan-ikan menggelepar di pantai

Dan gelas minum kita makin busuk
meski bermili-mili aroma terapi kita semprotkan.

Tangsel, 1 Desember 2016

Analisis Puisi:

Puisi "Bayangan" karya Mustafa Ismail adalah sebuah karya yang sarat akan simbolisme dan perasaan getir dalam relasi antarmanusia. Melalui citraan yang kuat, penyair menyingkap konflik batin, luka, dan kekecewaan yang tidak mudah dihapus meski dicoba ditutupi dengan berbagai cara.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kekecewaan dalam hubungan dan luka batin yang sulit disembuhkan. Puisi ini bercerita tentang seseorang yang merasa dihantui oleh bayangan masa lalu atau hubungan yang penuh luka. Sosok yang datang dalam tidur meninggalkan jejak busuk pada “gelas minum” yang mereka bagi, simbol kerusakan dalam kebersamaan. Penyair menolak identifikasi romantis—bukan Juliet atau perempuan bermata merah—dan memilih menyatakan dirinya sebagai camar yang terbakar oleh penderitaan yang terus berulang.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa dalam hubungan yang retak, luka dan kepahitan tidak bisa begitu saja disembunyikan. Meski berbagai cara dilakukan untuk menutupinya (misalnya dengan “aroma terapi”), kenyataan pahit tetap terasa. Puisi ini menggambarkan bahwa kebersamaan tanpa kejujuran dan cinta yang tulus hanya meninggalkan kehampaan dan kepedihan.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini adalah muram, getir, dan penuh kekecewaan. Ada perasaan gelisah, luka batin, dan keputusasaan yang melingkupi narasi puisi.

Amanat / pesan yang disampaikan

Pesan yang bisa ditarik dari puisi ini adalah bahwa cinta atau hubungan manusia tidak bisa dipaksakan dengan topeng atau kepalsuan. Bila dasar kebersamaan sudah rusak, ia hanya akan meninggalkan luka yang terus membekas. Kejujuran, ketulusan, dan kesetiaan adalah kunci untuk menjaga cinta tetap hidup.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji yang tajam:
  • Imaji visual: “perempuan bermata merah,” “camar-camar terbakar,” dan “ikan-ikan menggelepar di pantai” yang memberi gambaran perasaan sakit dan luka.
  • Imaji penciuman: “bibir busuk” dan “gelas minum kita makin busuk” menghadirkan aroma busuk sebagai simbol kehancuran.
  • Imaji perasaan: kesan getir, muram, dan kekecewaan yang tidak bisa disembunyikan meskipun disemprotkan “aroma terapi.”

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora – “gelas minum kita makin busuk” sebagai simbol kebersamaan yang rusak.
  • Personifikasi – “camar-camar yang selalu terbakar” menggambarkan penderitaan batin.
  • Simbolisme – “Juliet” sebagai lambang cinta romantis yang ditolak kehadirannya dalam realitas getir.
  • Hiperbola – “bermili-mili aroma terapi kita semprotkan” melebih-lebihkan usaha menutupi kebusukan, namun tetap gagal.
Puisi "Bayangan" karya Mustafa Ismail menghadirkan refleksi pahit tentang cinta dan hubungan yang retak. Dengan imaji busuk, terbakar, dan menggelepar, penyair menyampaikan perasaan getir yang dalam. Pada akhirnya, puisi ini mengingatkan bahwa hubungan tidak bisa dijaga hanya dengan penutup semu—ketulusanlah yang menjadi dasar agar cinta tidak berubah menjadi luka.

Mustafa Ismail
Puisi: Bayangan
Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:
  • Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.