Analisis Puisi:
Puisi "Bayangan" karya Mustafa Ismail adalah sebuah karya yang sarat akan simbolisme dan perasaan getir dalam relasi antarmanusia. Melalui citraan yang kuat, penyair menyingkap konflik batin, luka, dan kekecewaan yang tidak mudah dihapus meski dicoba ditutupi dengan berbagai cara.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kekecewaan dalam hubungan dan luka batin yang sulit disembuhkan. Puisi ini bercerita tentang seseorang yang merasa dihantui oleh bayangan masa lalu atau hubungan yang penuh luka. Sosok yang datang dalam tidur meninggalkan jejak busuk pada “gelas minum” yang mereka bagi, simbol kerusakan dalam kebersamaan. Penyair menolak identifikasi romantis—bukan Juliet atau perempuan bermata merah—dan memilih menyatakan dirinya sebagai camar yang terbakar oleh penderitaan yang terus berulang.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa dalam hubungan yang retak, luka dan kepahitan tidak bisa begitu saja disembunyikan. Meski berbagai cara dilakukan untuk menutupinya (misalnya dengan “aroma terapi”), kenyataan pahit tetap terasa. Puisi ini menggambarkan bahwa kebersamaan tanpa kejujuran dan cinta yang tulus hanya meninggalkan kehampaan dan kepedihan.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini adalah muram, getir, dan penuh kekecewaan. Ada perasaan gelisah, luka batin, dan keputusasaan yang melingkupi narasi puisi.
Amanat / pesan yang disampaikan
Pesan yang bisa ditarik dari puisi ini adalah bahwa cinta atau hubungan manusia tidak bisa dipaksakan dengan topeng atau kepalsuan. Bila dasar kebersamaan sudah rusak, ia hanya akan meninggalkan luka yang terus membekas. Kejujuran, ketulusan, dan kesetiaan adalah kunci untuk menjaga cinta tetap hidup.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji yang tajam:
- Imaji visual: “perempuan bermata merah,” “camar-camar terbakar,” dan “ikan-ikan menggelepar di pantai” yang memberi gambaran perasaan sakit dan luka.
- Imaji penciuman: “bibir busuk” dan “gelas minum kita makin busuk” menghadirkan aroma busuk sebagai simbol kehancuran.
- Imaji perasaan: kesan getir, muram, dan kekecewaan yang tidak bisa disembunyikan meskipun disemprotkan “aroma terapi.”
Majas
Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
- Metafora – “gelas minum kita makin busuk” sebagai simbol kebersamaan yang rusak.
- Personifikasi – “camar-camar yang selalu terbakar” menggambarkan penderitaan batin.
- Simbolisme – “Juliet” sebagai lambang cinta romantis yang ditolak kehadirannya dalam realitas getir.
- Hiperbola – “bermili-mili aroma terapi kita semprotkan” melebih-lebihkan usaha menutupi kebusukan, namun tetap gagal.
Puisi "Bayangan" karya Mustafa Ismail menghadirkan refleksi pahit tentang cinta dan hubungan yang retak. Dengan imaji busuk, terbakar, dan menggelepar, penyair menyampaikan perasaan getir yang dalam. Pada akhirnya, puisi ini mengingatkan bahwa hubungan tidak bisa dijaga hanya dengan penutup semu—ketulusanlah yang menjadi dasar agar cinta tidak berubah menjadi luka.
Karya: Mustafa Ismail
Biodata Mustafa Ismail:
- Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.
