Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Benda-Benda Pos di Siang Hari (Karya Afrizal Malna)

Puisi “Benda-Benda Pos di Siang Hari” karya Afrizal Malna merupakan cerminan kritik sosial terhadap komunikasi, birokrasi, dan globalisasi yang ...
Benda-Benda Pos di Siang Hari

Di siang saling menunggu dengan hari-hari lain itu, mereka masih saling memberi bingkai pada wajah sendiri. Tak ada telinga jadi berwarna, ketika Coca-cola tidak membawa mereka kemana-mana. Aku temukan sisa-sisa seragam mereka, dalam daftar tenaga kerja yang menunggu di batas kota.

Tidak, tidak ada.

Di sepanjang rel kereta api antar batas kota itu. Kebisuan telah merata dan kian tawar, seperti bahasa terbungkus setelan jas, untuk mayat membiru.

Aku masih bercerita aku kira, padamu, dengan tema-tema menggigil setiap didekati; seperti ada luka yang terdapat dalam setiap kata. T
etapi kantor pos tidak segera jadi kedai pengadilan untuk setiap pengaduan, atau jadi ribuan pabrik untuk setiap lamaran kerja. Sejak itu ada spiker yang selalu menunggu di pinggir-pinggir jalan, seperti menjaga setiap peristiwa yang akan tiba. Ada yang terbakar di situ, tubuhnya dalam sekam.

Suratmu masih aku baca, seperti rasa khawatir yang akan membawamu, ke sebuah negeri tanpa pengucapan lain. Di situ orang berdagang, dengan menjual hartanya sendiri.

“Ada kiriman dari kedutaan asing, sejumlah majalah teknik, dan jaringan beasiswa.”

Ia tahu kemudian banyak kapal-kapal barang, juga kapal perang, telah menjaga pulau-pulau di sekitarnya, mengirim pabrik dan sejumlah restoran ayam goreng.

Tetapi kini aku melayang, tanpa alamat, dalam surat penuh tanda tangan. Tak ada seragam polisi dan kejaksaan di situ. Juga tak ada materai aku kira, yang melindungimu dari jalan raya.

Tetapi memang tak ada kantor pos buat mereka, untuk surat apa pun. Jadi siapa kami, di sini, tanpa kabar, membayangkan dunia lain tanpa stempel dan sidik jari.

Tidak, tidak ada.

Di sepanjang rel kereta api antar batas kota itu. Tetapi siapa yang telah mengajari mereka, menulis surat seperti itu, seperti membuka selembar telegram di depan pintu, memutuskan kabel listrik, dan suara spiker dimana-mana.

1990

Analisis Puisi:

Afrizal Malna dikenal sebagai salah satu penyair Indonesia yang kerap menghadirkan bahasa sehari-hari, benda-benda konkret, serta fragmen kehidupan urban dalam puisinya. Ia sering mengaburkan batas antara realitas dan absurditas, sehingga puisi-puisinya terasa padat, asing, sekaligus reflektif. Salah satu karyanya, “Benda-Benda Pos di Siang Hari”, menunjukkan bagaimana benda dan peristiwa kecil dapat menjadi medium untuk menyingkap kenyataan sosial yang lebih luas.

Tema

Tema utama puisi ini adalah keterasingan manusia modern dalam dunia yang penuh birokrasi, sistem, dan benda-benda simbolik (seperti kantor pos, surat, seragam, spiker, kapal, hingga restoran cepat saji). Afrizal Malna mengungkap bagaimana manusia kehilangan ruang keintiman dan terjebak dalam arus komunikasi yang dingin dan mekanis.

Puisi ini bercerita tentang dunia surat-menyurat dan benda-benda pos yang semestinya menjadi sarana komunikasi personal, tetapi justru menyingkap kebisuan dan kekosongan. Penyair menyinggung batas kota, seragam, kantor pos, surat, hingga kapal-kapal perang yang hadir sebagai fragmen-fragmen kehidupan modern. Keseluruhannya menggambarkan bagaimana manusia berhadapan dengan sistem sosial dan politik yang kaku, di mana komunikasi tidak lagi membawa kedekatan, melainkan keterasingan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik terhadap modernitas dan birokrasi yang mendehumanisasi manusia. Surat, kantor pos, dan benda-benda pos lainnya menjadi metafora tentang sistem komunikasi dan administrasi yang kehilangan makna personal. Hubungan antarmanusia berubah menjadi sekadar data, tanda tangan, atau dokumen tanpa ruh. Puisi ini juga menyinggung bagaimana kekuasaan dan globalisasi (ditandai dengan kehadiran kapal perang, pabrik, restoran asing) menekan kehidupan sehari-hari, membuat manusia terlempar ke ruang ketidakpastian.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini terasa suram, asing, dan penuh kebekuan. Ada nuansa kekecewaan, kegelisahan, sekaligus kritik sosial. Kata-kata seperti “kebisuan,” “mayat membiru,” “terbakar dalam sekam,” dan “tanpa alamat” menghadirkan atmosfer muram yang mencerminkan keterasingan manusia modern.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang ingin disampaikan Afrizal Malna adalah pentingnya menyadari bahwa komunikasi sejati tidak bisa hanya diwakili oleh benda, dokumen, atau simbol formal. Dalam dunia yang kian terjerat birokrasi dan globalisasi, manusia berisiko kehilangan kemanusiaannya. Melalui puisi ini, pembaca diajak untuk merenungkan kembali makna komunikasi, hubungan antarmanusia, dan identitas dalam arus modernitas.

Imaji

Puisi ini penuh dengan imaji konkret yang khas karya Afrizal Malna, antara lain:
  • Imaji visual: “sisa-sisa seragam mereka, dalam daftar tenaga kerja,” “kapal-kapal barang, juga kapal perang,” “surat penuh tanda tangan.”
  • Imaji auditif: “suara spiker di mana-mana,” “telegram di depan pintu.”
  • Imaji kinestetik: “memutuskan kabel listrik,” “melayang tanpa alamat.”
Imaji-imaji tersebut membangun dunia puisi yang surreal, tetapi tetap berakar pada benda-benda nyata kehidupan sehari-hari.

Majas

Beberapa majas yang digunakan antara lain:
  • Metafora, seperti “bahasa terbungkus setelan jas, untuk mayat membiru” yang menggambarkan kaku dan dinginnya komunikasi formal.
  • Personifikasi, pada frasa “spiker yang selalu menunggu di pinggir jalan” seolah-olah benda mati memiliki kesadaran.
  • Repetisi, “Tidak, tidak ada” yang diulang untuk menegaskan ketiadaan, kehampaan, dan kebisuan.
  • Hiperbola, seperti “ribuan pabrik untuk setiap lamaran kerja,” yang berfungsi menyoroti absurditas sistem sosial.
Puisi “Benda-Benda Pos di Siang Hari” karya Afrizal Malna merupakan cerminan kritik sosial terhadap komunikasi, birokrasi, dan globalisasi yang merenggut kedekatan manusia. Lewat benda-benda sehari-hari yang ia hadirkan, Afrizal memperlihatkan betapa manusia modern terjebak dalam kebisuan yang tidak lagi personal, melainkan diatur oleh sistem yang dingin. Tema keterasingan, imaji benda konkret, serta majas yang khas membuat puisi ini menjadi refleksi kuat tentang dunia kita hari ini.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Benda-Benda Pos di Siang Hari
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.