Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Biarlah Jantra Tetap Berputar (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Biarlah Jantra Tetap Berputar" karya Sapardi Djoko Damono membangkitkan banyak pertanyaan tentang kehidupan, Tuhan, dan hubungan manusia ...
Biarlah Jantra Tetap Berputar

Apapun yang mesti terjadi, biarlah jantra tetap berputar;
tak-lain sebab Engkaulah yang berhak menawarkan
baik dan buruk kepada kami.
Perempuan-perempuan yang mengandung tua, berjuntai ke bumi rambut mereka.
dan besoknya selaksa bayi bagai suara kumbang,
sementara lelaki membajak tanah-tanah telanjang
yang bernama kehidupan.
Apalah yang belum pernah bersahabat dengan kami, Tuhan,
kelahiran, kecemasan, perburuan, perkosaan,
penjara; bahkan cakar-cakar peperangan yang terbakar;
tapi atas nama apapun, biarlah jantra tetap berputar,
lambang dari kehadiran kami sendiri.
Apa pula makna kebaikan, atau keburukan,
bagi kami,
serta bagi-Mu, Tuhan;
telah terperangkap kami ke dalam selaksa lambang-lambang,
jaring-jaring yang gaib, dan mengertap debu sepanjang jalan,
panjang, penuh jejak-jejak yang membingungkan
Itulah: kami pun tetap membajak kehidupan,
dan membakar mereka yang telah berjina dengan iblis;
dan biarlah jantra tetap berputar, Tuhan,
anak-anak kami nanti bukanlah beratus juta domba-domba
yang dipimpin para keledai; mereka adalah balatentera Sejarah,
mengembara ke tanah-tanah yang jauh, memadamkan kesengsaraan
dan melumpuhkan suara-suara peperangan.
Kami bermimpi telah bersahabat dengan ketentraman.

1966

Sumber: Horison (Maret, 1968)

Analisis Puisi:

Puisi "Biarlah Jantra Tetap Berputar" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya yang mendalam dan reflektif tentang kehidupan, keberadaan manusia, dan hubungannya dengan Tuhan serta alam semesta. Melalui penggunaan bahasa yang metaforis dan gambaran yang kuat, Sapardi mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan eksistensi.

Simbolisme Jantra

Puisi ini mengambil judul dari "jantra," yang dalam bahasa Jawa berarti roda atau cakram yang melambangkan siklus kehidupan dan alam semesta. "Biarlah jantra tetap berputar" menggambarkan filosofi bahwa kehidupan terus berlanjut tanpa henti, tidak peduli apa yang terjadi, dan ini merupakan simbol dari keberadaan manusia di dalamnya.

Hubungan dengan Tuhan dan Alam Semesta

Sapardi mengeksplorasi hubungan manusia dengan Tuhan dalam puisi ini. Dia mengakui bahwa segala sesuatu, baik dan buruk, datang dari Tuhan, dan manusia harus menerima segala peristiwa dalam hidup mereka sebagai bagian dari rencana yang lebih besar. Penggambaran tentang perempuan yang mengandung dan bayi yang lahir sebagai suara kumbang menciptakan gambaran tentang kehidupan yang terus berputar dengan siklus kelahiran dan kematian.

Penderitaan dan Kehidupan Manusia

Puisi ini juga menyentuh tema penderitaan manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti kecemasan, perang, dan penjara. Sapardi menggunakan bahasa yang kuat untuk menggambarkan jaring-jaring gaib yang mengekang manusia dan debu-debu sepanjang jalan yang melambangkan jejak-jejak kehidupan yang membingungkan.

Penghargaan terhadap Sejarah dan Ketentraman

Di akhir puisi, Sapardi menyampaikan harapan bahwa anak-anak akan membawa kedamaian di masa depan, bukan menjadi domba yang dipimpin para keledai tetapi menjadi pelaku sejarah yang mengembara dan mengakhiri penderitaan serta perang. Dia bermimpi bahwa manusia akan menjalin persahabatan dengan ketentraman, menciptakan gambaran tentang harapan dan impian akan kehidupan yang lebih baik.

Bahasa dan Struktur

Sapardi menggunakan bahasa yang kaya metafora dan struktur yang padat untuk mengekspresikan pemikiran kompleksnya tentang eksistensi manusia dan hubungannya dengan alam semesta. Setiap baris puisi ini penuh dengan refleksi filosofis yang mengundang pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan eksistensi manusia.

Puisi "Biarlah Jantra Tetap Berputar" adalah sebuah karya sastra yang membangkitkan banyak pertanyaan tentang kehidupan, Tuhan, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Melalui penggunaan simbolisme yang kuat dan bahasa yang mendalam, Sapardi Djoko Damono berhasil menciptakan sebuah karya yang menggugah untuk merenungkan eksistensi dan makna kehidupan yang abadi.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Biarlah Jantra Tetap Berputar
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.