Bicara dalam Diam
Bicara senja
Tak habis kata 'tuk memuja
Pada tahta jingga yang meraja
Meminta hati teramat manja
Kembali menunduk penuh sahaja
Bicara rindu
Membuat sukma bernyanyi merdu
Bersama semilir di balik perdu
Menyampaikan rasa yang semakin sendu
Berharap tetap satu padu
Bicara kamu
Teringat tatap yang mendamba temu
Dalam barisan asa yang teramu
Olehku, olehmu
Saat semua belum beralih semu
Andai senja, rindu, dan kamu bersatu
Mungkin senja tak akan cepat berlalu
Mungkin rindu akan bersemayam haru
Mungkin kamu tetap bisa memelukku
Tanpa terbatas detak waktu
Tapi senja telah runtuh di hadapan malam
Rindu kini sudah dipaksa mendekam
Dan kamu kembali berselimut pejam
Hingga aku jatuh tenggelam
Bicara dalam diam
2023
Analisis Puisi:
Puisi "Bicara dalam Diam" karya Lalik Kongkar menghadirkan suasana batin yang penuh kerinduan, keindahan, dan kepasrahan. Melalui rangkaian larik yang sederhana namun penuh perasaan, penyair menggambarkan pergulatan antara cinta, waktu, dan keabadian rasa. Dalam puisi ini, pembaca diajak merenungi betapa kuatnya rindu dan cinta, tetapi juga betapa tak berdayanya manusia di hadapan waktu dan kenyataan.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kerinduan dan keterbatasan manusia dalam mempertahankan cinta di tengah keterbatasan waktu. Lalik Kongkar memadukan unsur senja, rindu, dan cinta sebagai lambang pergulatan emosional yang intens, namun pada akhirnya terikat pada takdir.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang mengungkapkan rasa rindu dan cintanya melalui bahasa simbolis senja. Senja hadir sebagai saksi perasaan, rindu menjadi nyanyian hati, dan "kamu" adalah sosok yang dicintai namun tak sepenuhnya bisa diraih. Ada kerinduan yang terus bergelora, keinginan untuk tetap bersama, namun realitas memaksa pada keterpisahan.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa cinta dan rindu adalah kekuatan yang indah, tetapi manusia tak bisa melawan waktu, jarak, dan takdir. Penyair seolah menegaskan bahwa keindahan cinta sering kali hanya bisa dirayakan dalam ingatan dan kerinduan, bukan dalam kepemilikan penuh. Senja menjadi metafora bahwa setiap keindahan pasti berlalu, sementara rindu menjadi perasaan yang tetap menetap dalam diam.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini adalah romantis sekaligus melankolis. Ada nuansa lembut ketika penyair menggambarkan senja dan rindu, tetapi juga ada kesedihan mendalam ketika pertemuan yang diharapkan tak kunjung terjadi. Perpaduan antara keindahan dan kesedihan inilah yang membuat puisi ini terasa intim dan emosional.
Amanat / pesan yang disampaikan
Amanat dari puisi ini adalah pentingnya menghargai momen kebersamaan dan menyadari bahwa cinta sejati tidak selalu diwujudkan dalam kepemilikan fisik, melainkan bisa hidup dalam kenangan, doa, dan keheningan hati. Rindu bukanlah kelemahan, melainkan bukti adanya cinta yang tulus.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji visual dan perasaan. Misalnya:
- “Pada tahta jingga yang meraja” menghadirkan imaji visual tentang senja yang agung.
- “Membuat sukma bernyanyi merdu” menimbulkan imaji auditif tentang rindu yang berpadu dengan lagu batin.
- “Kembali menunduk penuh sahaja” menggambarkan gerakan fisik yang sederhana namun sarat makna kepasrahan.
Imaji yang dihadirkan membuat pembaca seolah ikut merasakan suasana senja, rindu, dan cinta yang ingin dirangkul.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi – “Senja tak habis kata ‘tuk memuja”, seakan senja memiliki kemampuan berbicara.
- Metafora – “Tahta jingga yang meraja” menggambarkan senja sebagai penguasa keindahan langit.
- Hiperbola – “Mungkin kamu tetap bisa memelukku tanpa terbatas detak waktu”, menggambarkan keinginan melampaui batas waktu.
- Repetisi – Pengulangan kata “bicara” di awal setiap bagian menegaskan intensitas perasaan yang ingin disampaikan.
Puisi "Bicara dalam Diam" karya Lalik Kongkar adalah sebuah refleksi puitis tentang rindu, cinta, dan keterbatasan waktu. Dengan memadukan imaji senja, rasa, dan keheningan, penyair berhasil menghadirkan suasana yang romantis sekaligus melankolis. Di balik kata-kata yang sederhana, tersimpan pesan mendalam bahwa rindu adalah bahasa hati yang kadang hanya bisa diungkapkan dalam diam.
Karya: Lalik Kongkar
Biodata Lalik Kongkar:
- Lalik Kongkar. Pemerhati Pembangunan Desa, Minat Kajian Politik, Filsafat dan Sastra.
