Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Bidadari (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Puisi "Bidadari" karya Arif Bagus Prasetyo bercerita tentang kerinduan seorang penyair terhadap sosok yang ia sebut bidadari. Sosok tersebut ...
Bidadari

Tuhan, aku ingin terbang, bisikmu. Dan seketika kamu bangkit lewat hujan yang semalam kucemaskan. Celah basah di matamu, hutan musim gugur. Tapi di bibirmu, di dadamu, orang-orang makin rajin menanam benih musim semi dan pelangi. Memimpikan taman-taman senja hari yang tiada ingin kaucemaskan lagi.

Dan terbawa hawa dingin di gelasmu, denting kata-kata runcing yang terlampau kucemaskan, kini kugoreskan juga setiap warna yang kaucemaskan di alis itu, di mana cuaca membangunmu jadi kota yang sepi ditinggalkan penghuni, dengan apartemen lain, gema percakapan lain, lampu gantung terayun suram di tiap tingkat, menara salib gereja tua, rel kereta yang menjulur ke arah gelap, dan jembatan masa silam yang kelewat kauharapkan, yang terlalu cepat melepas.

Sementara kebeninganku, serak hujan yang tiada padam-padamnya menjeritkanmu di balik korden, kelak akan tampak tolol, kukira. Akan bagai cat kukumu yang keburu terkelupas, rontok, dan hanya bisa menyesali jemarimu yang tak sampai.

1995

Sumber: Memento (2009)

Analisis Puisi:

Puisi "Bidadari" karya Arif Bagus Prasetyo adalah sebuah karya yang memadukan imaji alam, hujan, musim, dan kota dengan nuansa personal yang penuh perasaan. Puisi ini tidak hanya berbicara tentang sosok “bidadari” yang mungkin ditujukan kepada seseorang yang dicintai atau dimuliakan, tetapi juga tentang kerentanan manusia, kecemasan, dan kerinduan yang ditumpahkan melalui bahasa simbolik yang padat.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kerinduan dan kecemasan dalam hubungan manusia. Ada juga sentuhan spiritual karena penyair mengawali puisinya dengan seruan kepada Tuhan.

Puisi ini bercerita tentang kerinduan seorang penyair terhadap sosok yang ia sebut bidadari. Sosok tersebut digambarkan melalui simbol-simbol alam—hujan, musim gugur, musim semi, pelangi—serta simbol ruang kota yang sepi. Penyair mengekspresikan perasaan cemas, rindu, dan pasrah melalui rangkaian imaji yang kompleks.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah kerapuhan manusia dalam menghadapi cinta, kerinduan, dan harapan yang tak selalu sejalan dengan kenyataan. Ada harapan yang terlalu cepat lepas, ada percakapan yang hanya tinggal gema, dan ada luka yang hanya bisa disembunyikan di balik korden. “Bidadari” dalam puisi ini bisa dipahami sebagai lambang cinta ideal atau sosok yang dimuliakan, namun sulit diraih.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang ditampilkan dalam puisi ini adalah melankolis, cemas, sekaligus puitis. Hujan yang tak henti-hentinya, kota yang sepi, dan simbol-simbol keretakan seperti jembatan masa silam yang “terlalu cepat melepas” memperkuat kesan duka dan kerinduan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang bisa diambil dari puisi ini adalah bahwa cinta dan kerinduan tidak selalu berjalan lurus dengan harapan. Ada kalanya, kita hanya bisa mengingat, merasakan kehilangan, atau bahkan menyesali sesuatu yang tidak dapat dijangkau lagi. Namun, dari kecemasan dan kerinduan itu pula lahir puisi yang merekam jejak perasaan terdalam manusia.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji yang kuat:
  • Imaji visual: “menara salib gereja tua, rel kereta yang menjulur ke arah gelap, jembatan masa silam” menghadirkan gambaran nyata tentang suasana kota yang sepi.
  • Imaji perasaan: “celah basah di matamu, hutan musim gugur” mencerminkan kesedihan mendalam.
  • Imaji pendengaran: “denting kata-kata runcing” membawa nuansa suara yang menusuk, menegaskan rasa cemas.
  • Imaji gerak: “lampu gantung terayun suram di tiap tingkat” menciptakan kesan kesepian dan kehampaan.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: “hutan musim gugur di matamu” menggambarkan kesedihan yang mendalam.
  • Personifikasi: “cuaca membangunmu jadi kota yang sepi” memberikan sifat manusia pada cuaca, seolah-olah ia bisa membentuk seseorang.
  • Hiperbola: “serak hujan yang tiada padam-padamnya menjeritkanmu” melebih-lebihkan hujan sebagai jeritan kesedihan yang terus-menerus.
  • Simbolisme: “jembatan masa silam” melambangkan kenangan yang sulit dilepaskan.
Puisi "Bidadari" karya Arif Bagus Prasetyo adalah karya yang sarat dengan imaji alam dan ruang kota untuk menggambarkan kerinduan serta kecemasan manusia terhadap cinta. Dengan tema kerinduan, makna tersirat tentang rapuhnya harapan, suasana melankolis, serta penggunaan imaji dan majas yang kaya, puisi ini berhasil menyuarakan perasaan terdalam manusia melalui simbol-simbol puitis.

Arif Bagus Prasetyo
Puisi: Bidadari
Karya: Arif Bagus Prasetyo
© Sepenuhnya. All rights reserved.