Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Bulan Bulat Sempurna (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Bulan Bulat Sempurna" karya Gunoto Saparie bercerita tentang penyair yang merenungi bulan bulat sempurna yang berkaca di telaga. Dalam ...
Bulan Bulat Sempurna

bulan bulat sempurna berkaca di telaga 
ada suara kecipak katak melompat
membuat lingkaran alun yang fana
ada suara-suara sepi melepaskan isyarat

benarkah sampai rindu ini kepadamu
terbawa angin dingin musim kemarau?
benarkah bisik cemara menjelma puisi
ketika bayang pepohonan memperdalam sepi?

bulan bulat sempurna sendiri dalam sunyi
menciptakan bayang-bayang pepohonan di latar
ada seekor kelelawar mencicit terbang memutar
ada suara teletik daun luruh bagaikan detik arloji

2020

Analisis Puisi:

Puisi "Bulan Bulat Sempurna" karya Gunoto Saparie menghadirkan suasana malam yang penuh keheningan, dengan bulan sebagai pusat simbolik yang memantulkan cahaya sekaligus kesepian. Kehadiran bulan di telaga, suara katak, bisikan cemara, hingga daun yang gugur digambarkan sebagai rangkaian imaji yang meneguhkan perasaan sunyi, rindu, dan renungan batin.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kesepian dan kerinduan dalam kesunyian malam. Bulan yang bulat sempurna menjadi simbol kerinduan yang berusaha menemukan jawabannya di tengah sunyi alam semesta.

Puisi ini bercerita tentang penyair yang merenungi bulan bulat sempurna yang berkaca di telaga. Dalam hening malam, suara katak, bisikan angin, dan bayangan pepohonan memperkuat perasaan sepi. Dari suasana itu, lahirlah pertanyaan batin: apakah rindu yang ia rasakan benar-benar sampai pada seseorang yang dirindukan?

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa kerinduan manusia sering kali larut dalam kesepian dan keheningan, seperti bulan yang tampak indah namun juga sendirian di langit malam. Puisi ini menyiratkan bahwa kerinduan tak selalu menemukan jawabannya, tetapi tetap hidup melalui alam, suara, dan bayangan yang mengiringinya.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang tercipta dalam puisi ini adalah hening, sunyi, dan kontemplatif. Ada rasa kesepian yang mendalam, namun juga keindahan yang lembut dari alam malam yang menyertai penyair.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat dari puisi ini adalah bahwa kerinduan adalah bagian dari kehidupan manusia, meskipun tak selalu terjawab. Melalui kesepian, manusia bisa menemukan kedalaman batin dan menyadari bahwa alam sering menjadi cermin perasaan kita.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji alam dan perasaan:
  • Imaji visual: “bulan bulat sempurna berkaca di telaga”, “bayang pepohonan memperdalam sepi”, “daun luruh bagaikan detik arloji”.
  • Imaji auditif: “suara kecipak katak melompat”, “suara teletik daun luruh”, “kelelawar mencicit terbang memutar”.
  • Imaji perasaan: pertanyaan tentang apakah rindu bisa sampai, menciptakan suasana batin yang penuh kerinduan.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: “bisik cemara menjelma puisi” memberi sifat manusiawi pada pohon cemara.
  • Metafora: bulan sebagai simbol kerinduan dan kesepian batin.
  • Simile: “daun luruh bagaikan detik arloji” membandingkan jatuhnya daun dengan waktu yang terus berjalan.
  • Hiperbola: suasana sepi yang digambarkan seolah semakin mendalam oleh bayang-bayang pepohonan.
Puisi "Bulan Bulat Sempurna" karya Gunoto Saparie adalah refleksi indah tentang kesepian, kerinduan, dan dialog batin manusia dengan alam. Melalui simbol bulan, telaga, cemara, dan gugurnya daun, penyair mengajak pembaca merenungkan makna rindu yang tak selalu terjawab, tetapi justru membuat hidup lebih puitis dan penuh kesadaran akan keheningan.

Foto Gunoto Saparie
Puisi: Bulan Bulat Sempurna
Karya: Gunoto Saparie


BIODATA GUNOTO SAPARIE

Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).  Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019).

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi dan cerita pendeknya termuat dalam antologi bersama para penyair lain. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif (Jakarta).

Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah.

Ia pernah mencoba peruntungan menjadi calon anggota legislatif DPRD Jawa Tengah melalui Partai Golkar dan Partai Nasdem, tetapi gagal. Bahkan ia sempat menjadi calon Wakil Bupati Kendal dari Partai Golkar, namun gagal pula. Kini ia menikmati masa tuanya dengan membaca dan menulis. Tinggal di Jalan Taman Karonsih 654, Ngaliyan, Semarang 50181.
© Sepenuhnya. All rights reserved.