Bulan Memucat
Bulan memucat
membiarkan canting menggambar kain
tak bersisa
Bulan memucat
tarian pena gemulai menyulang warna
luar biasa
Bulan memucat
awan menyudahi drama cinta tak biasa
para dewi singgasana Sang Arjuna tanggalkan selendang ungu pekat
di ruang bersekat
ribuan hari melewat
ribuan cinta melesat
ribuan tarian menyesat
ribuan beban menyurat
ribuan maaf merekat
April, 2010
Analisis Puisi:
Puisi "Bulan Memucat" karya Rini Intama merupakan karya yang sarat dengan imaji dan simbol. Lewat bait-baitnya, pembaca diajak menyelami dunia yang penuh perasaan, keindahan, sekaligus kesedihan yang samar. Seperti puisi lain pada umumnya, karya ini memiliki tema, makna tersirat, amanat, serta kekayaan imaji dan majas yang memperkuat daya estetikanya.
Tema
Tema utama puisi ini adalah perubahan dan kefanaan dalam cinta serta kehidupan. Bulan yang memucat menjadi simbol pudarnya sesuatu yang indah, baik cinta, harapan, atau bahkan semangat yang perlahan redup.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan batin seseorang yang menyaksikan perubahan dalam hidup dan cinta. Bulan yang awalnya terang kini memucat, sama halnya dengan cinta yang pernah begitu kuat lalu meredup. Tarian pena, selendang para dewi, hingga ribuan maaf yang merekat menggambarkan perasaan manusia dalam menghadapi perpisahan, luka, dan usaha untuk kembali menyambung yang retak.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa segala sesuatu dalam hidup, termasuk cinta, memiliki masa terang dan redup. Ada saat penuh keindahan, namun ada pula masa surut yang tak bisa dielakkan. Akan tetapi, dari kefanaan itu lahirlah kebijaksanaan: manusia belajar memaafkan, menerima, dan mengikhlaskan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini adalah melankolis, sendu, sekaligus reflektif. Ada nuansa kesedihan karena sesuatu yang memudar, namun juga ada keindahan dalam penerimaan. Kata-kata seperti memucat, menyudahi, beban, maaf menegaskan atmosfer perenungan yang syahdu.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang dapat dipetik dari puisi ini adalah bahwa cinta dan kehidupan tidak selalu berjalan abadi dalam terang. Ada kalanya cinta memudar, hubungan merenggang, atau kebahagiaan merosot. Namun, manusia tetap bisa menghadapinya dengan kesabaran, maaf, dan kebesaran hati.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji visual dan emosional:
- “bulan memucat” → menggambarkan suasana malam yang sendu.
- “canting menggambar kain tak bersisa” → menghadirkan imaji batik, seni, dan kesungguhan yang mendalam.
- “para dewi singgasana Sang Arjuna tanggalkan selendang ungu pekat” → menghadirkan bayangan dramatik sekaligus mitologis.
- “ribuan maaf merekat” → memberikan gambaran emosional tentang rekonsiliasi dan keikhlasan.
Majas
Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi → “bulan memucat, membiarkan canting menggambar kain” memberi sifat manusiawi pada bulan.
- Metafora → “tarian pena gemulai menyulang warna” sebagai gambaran proses menulis yang diibaratkan tarian.
- Hiperbola → pengulangan kata ribuan untuk menegaskan intensitas perasaan.
- Simbolik → bulan sebagai simbol cinta dan harapan yang redup.
Puisi "Bulan Memucat" karya Rini Intama adalah refleksi indah tentang kefanaan cinta, keindahan yang memudar, serta kekuatan manusia untuk menerima dan memaafkan. Dengan kekuatan imaji dan majasnya, puisi ini membangun suasana melankolis yang sarat makna, menjadikannya layak sebagai bahan renungan tentang kehidupan dan perasaan manusia.
Karya: Rini Intama
Biodata Rini Intama:
Rini Intama lahir pada tanggal 21 Februari di Garut, Jawa Barat. Namanya tercatat dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017).
