Burung-Burung
Pencipta lagu semesta yang agung
telah menunjuk burung-burung
jadi penyanyi-penyanyi
pada pesta pagi menyambut matahari
Maka pada setiap cahaya pertama
dinyalakan fajar yang mengantar dan menuntun
matahari remaja
burung-burung pun bangun
terjaga, dan menghambur ke udara
dari buaian berjuta daun
Mereka pun bernyanyi
sementara di tangga timur matahari pelan mendaki
1976
Analisis Puisi:
Puisi "Burung-Burung" karya Hartojo Andangdjaja merupakan salah satu karya yang menghadirkan keindahan alam dengan bahasa yang sederhana namun sarat makna. Melalui gambaran burung dan cahaya fajar, penyair menyingkap harmoni semesta serta peran kecil makhluk hidup dalam siklus kehidupan.
Tema
Puisi ini mengangkat tema keindahan alam dan keteraturan ciptaan Tuhan. Burung-burung diposisikan sebagai simbol keterhubungan manusia dengan alam, serta wujud syukur atas datangnya hari baru.
Puisi ini bercerita tentang burung-burung yang bangun pada pagi hari untuk menyambut matahari terbit. Mereka bernyanyi, terbang dari pepohonan, dan menjadi bagian dari perayaan semesta atas hadirnya fajar. Gambaran ini tidak sekadar aktivitas burung, melainkan juga metafora kebangkitan, kehidupan, dan semangat baru.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah pesan tentang harmoni antara makhluk hidup dengan alam semesta. Burung-burung melambangkan kebebasan, keceriaan, sekaligus pengingat bagi manusia untuk menyambut hari dengan penuh syukur. Selain itu, ada makna spiritual bahwa alam pun ikut memuji dan mengagungkan Sang Pencipta melalui keteraturan hidupnya.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa penuh kehangatan, semangat, dan kedamaian. Fajar, kicau burung, serta cahaya matahari digambarkan menghadirkan nuansa segar yang menghidupkan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah manusia sebaiknya belajar dari alam, khususnya dari burung-burung yang selalu menyambut hari baru dengan nyanyian dan semangat. Pagi adalah simbol harapan baru, sehingga setiap hari patut dijalani dengan rasa syukur, semangat, dan kesadaran akan keteraturan hidup yang lebih besar dari diri manusia.
Imaji
Puisi ini kuat dalam menghadirkan imaji visual dan auditif:
- “Burung-burung pun bangun / terjaga, dan menghambur ke udara” → imaji visual yang menghadirkan gambaran nyata tentang gerakan burung di pagi hari.
- “Mereka pun bernyanyi” → imaji auditif yang memunculkan suara merdu burung menyambut matahari.
- “Matahari remaja / pelan mendaki” → imaji visual yang memperlihatkan fajar yang perlahan naik di timur.
Majas
Beberapa majas yang terdapat dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi: burung-burung digambarkan seperti “penyanyi-penyanyi” pada pesta pagi, seakan mereka memiliki kesadaran untuk merayakan hari.
- Metafora: “matahari remaja” menjadi kiasan untuk menggambarkan matahari pagi yang baru muncul dan penuh energi.
- Hiperbola: penyair menyebut burung sebagai “penyanyi semesta”, seakan suara mereka mewakili seluruh kehidupan alam.
Puisi "Burung-Burung" karya Hartojo Andangdjaja tidak hanya menggambarkan rutinitas alamiah, tetapi juga menyimpan pesan filosofis bahwa kehidupan adalah sebuah perayaan. Melalui burung-burung yang bernyanyi menyambut fajar, penyair menghadirkan simbol kebebasan, harapan, dan syukur. Imaji visual dan auditif yang kuat membuat pembaca dapat merasakan langsung suasana pagi yang segar dan penuh kehidupan.
Biodata Hartojo Andangdjaja:
- Hartojo Andangdjaja (Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya) lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
- Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
- Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.