Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Di Sunyi (Karya Remy Sylado)

Puisi "Di Sunyi" karya Remy Sylado menegaskan bahwa kesunyian bukanlah kehampaan, melainkan ruang penuh makna untuk doa, kasih, dan pengharapan.
Di Sunyi

Aku tahu ini hari sunyi
sebab kemarin ada keramaian
kuputuskan tali waktu yang mengikat
kecuali kewajiban sukarela untuk mengasihi
sendiri mengucapkan dalam berulang menyebut namamu
kubiarkan sunyi dunia untuk menerima rahmatmu
pada aminku selalu memerah fajar di ufuk
dan kulihat wangi bukan cuma pada mawar
tapi juga di hati yang menanti janji.

Sumber: Kerygma & Martyria (2004)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Sunyi" karya Remy Sylado menyingkap suasana batin seorang aku lirik yang bergulat dengan kesepian, doa, dan kerinduan spiritual. Melalui larik-larik yang sederhana namun puitis, Remy Sylado menegaskan bahwa sunyi bukanlah kehampaan, melainkan ruang perjumpaan dengan kasih dan rahmat.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kesunyian sebagai jalan menuju ketulusan doa dan kasih. Sunyi dipahami bukan sekadar ketiadaan suara, melainkan keadaan batin yang memungkinkan seseorang merasakan kedekatan dengan yang dicintai, baik manusia maupun Sang Pencipta.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman seorang aku lirik yang memilih diam dan menyepi setelah hiruk pikuk keramaian, lalu menggunakan kesunyian itu untuk mengucapkan nama yang ia kasihi dan merasakan rahmat yang hadir dalam doa. Kesunyian menjadi ruang intim bagi cinta, doa, dan harapan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa kesunyian justru menghadirkan makna hidup yang lebih dalam. Di tengah keramaian, manusia sering terikat pada hal-hal duniawi. Namun dalam sunyi, seseorang dapat menemukan kembali ketulusan kasih, kekuatan doa, dan keindahan spiritual yang sejati.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa tenang, hening, namun penuh kekhidmatan. Ada nuansa kontemplatif yang mengalir, seolah penyair sedang berdoa dalam ruang batin yang damai, sekaligus menunggu sebuah janji yang akan datang dengan penuh keyakinan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang disampaikan dalam puisi ini adalah bahwa kesunyian bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan ruang untuk berdoa, merenung, dan menemukan kasih yang murni. Penyair juga mengingatkan bahwa doa dan cinta sejati akan membuat hidup penuh makna meski dalam sepi.

Imaji

Puisi ini menghadirkan beberapa imaji yang kuat, antara lain:
  • Imaji waktu: “kuputuskan tali waktu yang mengikat” menghadirkan gambaran seseorang yang melepaskan diri dari ikatan duniawi.
  • Imaji religius: “pada aminku selalu memerah fajar di ufuk” menampilkan bayangan doa yang menyatu dengan alam semesta.
  • Imaji inderawi: “kulihat wangi bukan cuma pada mawar, tapi juga di hati yang menanti janji” menghidupkan pengalaman penciuman yang dihubungkan dengan keindahan batin.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora – “tali waktu yang mengikat” sebagai lambang keterikatan hidup sehari-hari.
  • Personifikasi – “sunyi dunia untuk menerima rahmatmu” memberi sifat manusiawi pada kesunyian.
  • Simbolisme – “fajar di ufuk” sebagai simbol harapan dan awal yang baru.
  • Perbandingan – “wangi bukan cuma pada mawar, tapi juga di hati” yang menyandingkan keindahan alam dengan keindahan batin.
Puisi "Di Sunyi" karya Remy Sylado menegaskan bahwa kesunyian bukanlah kehampaan, melainkan ruang penuh makna untuk doa, kasih, dan pengharapan. Dengan tema tentang kesunyian dan spiritualitas, puisi ini bercerita tentang pengalaman batin seorang aku lirik yang menemukan kedamaian dalam doa dan kasih. Melalui suasana hening, imaji yang puitis, dan penggunaan majas metafora serta simbolisme, puisi ini menyampaikan pesan bahwa manusia dapat menemukan rahmat dan keindahan sejati justru dalam kesunyian.

"Puisi Remy Sylado"
Puisi: Di Sunyi
Karya: Remy Sylado
© Sepenuhnya. All rights reserved.