Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Di Ujung Jembatan Itu (Karya Cecep Syamsul Hari)

Puisi "Di Ujung Jembatan Itu" karya Cecep Syamsul Hari bercerita tentang seorang aku lirik yang menapaki perjalanan panjang kehidupan, melewati ...
Di Ujung Jembatan Itu

Ajari aku kembali makna luka hingga usai kukembarai
masa silam dan maqam malamku kini
menjadi awal bersahaja bagi sujud cintaku yang kekal

Ajari aku kembali memahami hati yang selalu memberi
namun enggan menampakkan diri

Sayangku, telah cukup panjang
jembatan ini kulalui

Di ujung jembatan kubayangkan kau setia menanti

1992-1999

Analisis Puisi:

Puisi "Di Ujung Jembatan Itu" karya Cecep Syamsul Hari adalah sebuah refleksi batin yang sarat makna, menghadirkan perenungan tentang luka, cinta, dan penantian. Puisi ini pendek, tetapi penuh lapisan emosi yang dapat ditafsirkan secara beragam oleh pembaca.

Tema

Tema utama puisi ini adalah perjalanan batin menuju pemahaman cinta yang abadi. Melalui simbol jembatan, penyair menggambarkan proses hidup yang dipenuhi luka, pemberian hati, dan akhirnya bermuara pada penantian seseorang yang dicintai.

Puisi ini bercerita tentang seorang aku lirik yang menapaki perjalanan panjang kehidupan, melewati luka dan masa lalu, hingga tiba pada titik penantian di ujung jembatan. Di sana, ia berharap akan bertemu dengan sosok yang setia menunggu, menjadi simbol dari cinta sejati yang tak lekang oleh waktu.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah hidup sebagai perjalanan spiritual dan emosional yang dipenuhi ujian, luka, dan penantian. Jembatan menjadi metafora lintasan kehidupan; luka menjadi guru yang memberi pemahaman baru; dan sosok yang menanti di ujung jembatan melambangkan harapan, keabadian cinta, atau bahkan pertemuan dengan Tuhan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa hening, penuh renungan, dan harap-harap cemas. Ada kesan spiritual yang mendalam, seolah-olah aku lirik sedang berada dalam perjalanan transendental, meninggalkan masa lalu yang berat menuju sesuatu yang suci dan abadi.

Amanat / Pesan

Amanat yang dapat dipetik dari puisi ini adalah bahwa setiap luka dan perjalanan panjang dalam hidup bukanlah sia-sia, melainkan jalan menuju pemahaman cinta sejati. Kesabaran, keikhlasan, dan kesetiaan akan selalu berbuah indah pada akhirnya.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji perjalanan:
  • “jembatan ini kulalui” menghadirkan gambaran nyata sebuah perjalanan panjang.
  • “maqam malamku kini menjadi awal bersahaja” membangkitkan imaji religius dan transendental.
  • “Di ujung jembatan kubayangkan kau setia menanti” menampilkan imaji visual tentang seseorang yang menunggu dengan penuh kesetiaan.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
  • Majas metafora, misalnya pada kata jembatan yang melambangkan perjalanan hidup.
  • Majas personifikasi, pada ungkapan hati yang selalu memberi namun enggan menampakkan diri, seolah-olah hati memiliki sifat manusia.
  • Majas repetisi, ditunjukkan dengan pengulangan kata "ajari aku kembali" sebagai penekanan pada kerinduan akan pemahaman mendalam.
Puisi "Di Ujung Jembatan Itu" karya Cecep Syamsul Hari adalah puisi singkat namun mendalam, dengan tema perjalanan cinta dan kehidupan yang spiritual. Ia bercerita tentang perjalanan panjang manusia menapaki luka, belajar memberi, hingga tiba pada penantian yang penuh harapan. Dengan imaji kuat dan majas yang halus, puisi ini menyampaikan pesan agar manusia mau belajar dari luka, menjaga kesetiaan, serta menjadikan cinta sebagai jalan menuju keabadian.

Cecep Syamsul Hari
Puisi: Di Ujung Jembatan Itu
Karya: Cecep Syamsul Hari

Biodata Cecep Syamsul Hari:
  • Cecep Syamsul Hari lahir pada tanggal 1 Mei 1967 di Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.