Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Di Ujung Ranjang (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Di Ujung Ranjang" karya Subagio Sastrowardoyo mengajak pembaca untuk merenung tentang kehendak takdir dan kepasrahan terhadap nasib.
Di Ujung Ranjang

Waktu tidur
tak ada yang menjamin
kau bisa bangun lagi

Tidur
adalah persiapan
buat tidur lebih lelap.

di ujung ranjang
menjaga bidadari
menyanyi nina bobo.

Sumber: Horison (Februari, 1967)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Ujung Ranjang" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya yang singkat namun menyentuh. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kehendak takdir dan kepasrahan terhadap nasib.

Tema dan Pesan

Tema utama dalam puisi ini adalah kematian dan kepasrahan terhadap takdir. Dengan menggambarkan ranjang sebagai tempat di mana kita tidur, puisi ini mengingatkan kita akan keterbatasan hidup manusia dan bahwa kematian bisa datang kapan saja tanpa peringatan. Pesan yang ingin disampaikan adalah pentingnya untuk bersiap-siap dan menerima takdir dengan lapang dada.

Gaya Bahasa

Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana dan lugas. Kata-kata yang dipilih sangatlah padat dan mengandung makna mendalam. Subagio Sastrowardoyo berhasil menyampaikan pesan yang kompleks dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti.

Simbolisme

  1. Waktu Tidur: Waktu tidur dalam puisi ini bisa dimaknai sebagai metafora hidup. Kehidupan manusia diibaratkan sebagai tidur, di mana tidak ada jaminan bahwa kita akan bangun lagi. Ini mengingatkan kita akan keterbatasan dan kerentanan hidup manusia.
  2. Di Ujung Ranjang: Ujung ranjang menjadi simbol dari akhir hidup atau kematian. Di sinilah kita menemui "bidadari" atau malaikat maut yang menjemput kita untuk pergi.
  3. Menjaga Bidadari dan Menyanyi Nina Bobo: Menjaga bidadari dan menyanyi nina bobo bisa dimaknai sebagai metafora untuk merangkul kematian dengan damai. Subagio Sastrowardoyo mengajak kita untuk menerima kematian dengan tenang dan bahagia, mirip dengan suasana tidur yang lelap.

Narasi dan Emosi

Puisi ini menciptakan suasana yang tenang dan penuh ketenangan. Subagio Sastrowardoyo berhasil menyampaikan pesan tentang kematian dengan gaya yang menghormati dan tenang, tanpa menghadirkan rasa ketakutan atau kecemasan.

Puisi "Di Ujung Ranjang" adalah puisi yang singkat namun penuh makna. Subagio Sastrowardoyo mengajak pembaca untuk merenung tentang kematian dan kehendak takdir dengan gaya bahasa yang sederhana namun efektif. Dengan menggunakan simbolisme yang kuat dan narasi yang tenang, puisi ini menginspirasi kita untuk menerima takdir dengan lapang dada dan merangkul kematian sebagai bagian dari siklus kehidupan.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Di Ujung Ranjang
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.