Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Doa (Karya Aldian Aripin)

Puisi "Doa" karya Aldian Aripin adalah refleksi religius yang sarat makna, mengajarkan bahwa dosa bukan akhir dari segalanya, melainkan pintu ...
Doa

Tuhan,
Kutuklah aku. Karena akulah
Sendiri yang menjemba buah
Yang terlarang dalam surga

Bagai Adam,
Campakkanlah aku ke alam
Jauh. Terpisah dari yang membuat
Aku alpa kepada-Mu
Maka inilah hukum yang paling adil.

Lalu,
Tobat aku Tuhan!
Lindungkanlah pandang amarah-Mu
Padamkanlah api murka-Mu
Siramkanlah air rahmat-Mu yang sejuk
Atas pucuk kesadaranku yang lentuk
Dalam kalbuku.

Demi Nama-Mu ya Tuhan,
Perkenankanlah.

1963

Sumber: Ribeli 1966 (Penerbit Sastera Leo Medan, 1966)

Analisis Puisi:

Puisi "Doa" karya Aldian Aripin mengangkat tema penyesalan, tobat, dan permohonan ampun kepada Tuhan. Sang penyair mengekspresikan perasaan manusia yang penuh dosa, merasa telah melanggar ketentuan Tuhan, tetapi masih menyisakan harapan akan kasih sayang dan rahmat-Nya.

Puisi ini bercerita tentang dialog batin seorang manusia dengan Tuhannya, yang dimulai dengan pengakuan dosa, kemudian menerima hukuman yang pantas, hingga akhirnya memohon ampun dan perlindungan dari murka Tuhan. Tokoh aku lirik dalam puisi ini menempatkan dirinya sebagai sosok yang bersalah, serupa dengan kisah Nabi Adam yang memakan buah terlarang di surga.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah kerendahan hati seorang hamba di hadapan Tuhan, sekaligus penegasan bahwa manusia tak pernah luput dari salah. Meski demikian, Tuhan tetap membuka pintu ampunan bagi mereka yang sungguh-sungguh bertobat. Ada pula refleksi bahwa hukuman ilahi bukan bentuk kebencian, melainkan jalan menuju kesadaran agar manusia kembali pada-Nya.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini diawali dengan tekanan batin, penuh rasa bersalah, dan getir, lalu perlahan berubah menjadi suasana harap dan ketenangan ketika sang aku lirik berserah diri dan memohon rahmat Tuhan. Ada nuansa peralihan dari keputusasaan menuju pengharapan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat puisi ini adalah manusia harus menyadari kesalahannya, berani mengakuinya, dan kembali pada Tuhan dengan penuh penyesalan. Tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni jika manusia benar-benar bertobat. Selain itu, puisi ini menekankan pentingnya kejujuran pada diri sendiri serta keyakinan bahwa kasih sayang Tuhan melampaui murka-Nya.

Imaji

Imaji dalam puisi ini cukup kuat:
  • Imaji penglihatan: “buah yang terlarang dalam surga” menggambarkan kesalahan manusia pertama.
  • Imaji perasaan: “Padamkanlah api murka-Mu” menghadirkan suasana takut dan berharap perlindungan.
  • Imaji kesejukan: “Siramkanlah air rahmat-Mu yang sejuk” memberikan gambaran visual sekaligus rasa nyaman dan damai.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
  • Majas perbandingan (simile): “Bagai Adam” membandingkan kesalahan aku lirik dengan dosa Adam.
  • Majas personifikasi: “air rahmat-Mu yang sejuk” memberi sifat menenangkan seolah-olah rahmat dapat dirasakan seperti siraman air.
  • Majas hiperbola: “Kutuklah aku” memperkuat perasaan penyesalan mendalam dengan ekspresi yang berlebihan.
Puisi "Doa" karya Aldian Aripin adalah refleksi religius yang sarat makna, mengajarkan bahwa dosa bukan akhir dari segalanya, melainkan pintu menuju kesadaran spiritual. Melalui pengakuan, penyesalan, dan doa, manusia diingatkan untuk kembali kepada Tuhan yang Maha Pengampun.

Aldian Aripin
Puisi: Doa
Karya: Aldian Aripin

Biodata Aldian Aripin:
  • Aldian Aripin lahir pada tanggal 1 Agustus 1938 di Kotapinang, Sumatera Utara.
  • Aldian Aripin meninggal dunia pada tanggal 15 Oktober 2010 di Medan
  • Aldian Aripin merupakan Penyair Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.