Sumber: Abad yang Berlari (1984)
Analisis Puisi:
Afrizal Malna dikenal sebagai salah satu penyair Indonesia yang karyanya sarat dengan imaji, simbol, dan potongan-potongan realitas urban yang seringkali menghadirkan suasana surealis. Salah satu puisinya yang menarik untuk ditelaah adalah “Doa Sapi Betina”. Dalam puisi ini, Afrizal Malna seolah membangun dunia yang absurd sekaligus getir, tempat manusia, benda, dan alam hadir dalam keterpisahan masing-masing.
Tema
Tema puisi “Doa Sapi Betina” berkisar pada keterasingan manusia di tengah kehidupan modern. Penyair menampilkan suasana penuh keterpisahan, di mana setiap elemen seperti matahari, burung, mobil, telepon, hingga pohon, seolah hidup sendiri-sendiri tanpa keterhubungan. Dunia yang terpecah ini mencerminkan krisis makna, sekaligus kerapuhan manusia di dalamnya.
Puisi ini bercerita tentang pengalaman eksistensial seseorang yang merasakan keterasingan dalam hidup. Baris-baris seperti “matahari berputar sendiri”, “mobil berjalan sendiri”, “burung terbang sendiri”, “pohon mati sendiri” menunjukkan bahwa penyair sedang menggambarkan dunia yang berjalan tanpa harmoni. Bahkan tubuh manusia sendiri seakan tidak lagi utuh, terguncang oleh waktu dan ruang yang asing.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik terhadap kehidupan modern yang terfragmentasi. Afrizal Malna ingin menunjukkan bahwa dalam dunia yang semakin materialistis dan mekanis, manusia sering kehilangan keterikatan dengan alam, sesama, bahkan dirinya sendiri. Kata-kata seperti “bermimpi seribu anjing mau menjadi Tuhan” menghadirkan kesan satir sekaligus simbol tentang hilangnya nilai-nilai kemanusiaan, digantikan oleh kekacauan.
Suasana dalam puisi
Suasana yang muncul dari puisi ini adalah suasana muram, dingin, sekaligus absurd. Ada kesan kesunyian yang pekat, di mana segala sesuatu berjalan sendiri tanpa arah. Suasana keterasingan itu membuat pembaca ikut merasakan kegelisahan eksistensial yang ingin ditunjukkan penyair.
Amanat / pesan yang disampaikan puisi
Amanat yang dapat ditarik dari puisi ini adalah pentingnya menyadari kembali keterhubungan manusia dengan kehidupan. Penyair seolah mengingatkan bahwa dunia yang terpecah dan berjalan sendiri-sendiri hanya akan menghadirkan kehampaan. Ada kritik agar manusia tidak kehilangan jati diri dan tidak larut dalam absurditas kehidupan modern.
Imaji
Puisi ini penuh dengan imaji visual dan auditif. Misalnya:
- “Burung mencari kelepaknya sendiri di antara jendela-jendela losmen” menghadirkan gambaran burung yang tersesat.
- “Telpon berdering sendiri” menghadirkan imaji bunyi yang menciptakan kesan ganjil.
- “Pohon mati sendiri sehabis tanah” memberi imaji visual yang suram tentang kehancuran.
Imaji-imaji ini membangun suasana surealis dan absurd yang menjadi ciri khas Afrizal Malna.
Majas
Beberapa majas yang digunakan antara lain:
- Repetisi, seperti pada “di mana kakiku, di mana kakiku” untuk menekankan kebingungan eksistensial.
- Personifikasi, ketika benda-benda seperti mobil, telepon, dan pohon digambarkan memiliki kehidupan sendiri.
- Metafora, misalnya “jarum waktu membongkar dadaku” yang menggambarkan penderitaan batin akibat tekanan waktu.
Puisi “Doa Sapi Betina” karya Afrizal Malna adalah potret dunia yang absurd, penuh keterasingan, dan kehilangan keterhubungan antarunsur kehidupan. Dengan tema keterpecahan dan keterasingan, puisi ini berusaha menyampaikan pesan kritis agar manusia tidak tenggelam dalam absurditas modernitas. Imaji yang kaya, majas yang padat, dan suasana muram menjadikan karya ini khas dan menantang untuk ditafsirkan.
Puisi: Doa Sapi Betina
Karya: Afrizal Malna
Biodata Afrizal Malna:
- Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
