Gerimis Malam
Gerimis malam
Jangan singgung simpul hati kerna kemuraman langitmu
Yang sibak oleh kekuyuan tangis di seberang sana
Meratap sendu mengalun dibawa kepak burung
Senja laut
Mengiris mendekatkan rasa pedih padanya
Segala kekalahan kini telah kupendam di bawah
Dekapan
Pada tubuh dingin atas ranjang biru
Gerimis malam
Kenangan berebut mimpi mata-mata yang lelah
Tiada kepedihan setajam ingatan pada yang mati
Atas kelembutan kata dan bahasa wajah
Kini jauh tersalib di kelam lautan tak bertepi.
1956
Sumber: Nafiri (1983)
Analisis Puisi:
Puisi "Gerimis Malam" karya Djamil Suherman adalah sebuah karya yang menyajikan perenungan batin tentang kesedihan, kehilangan, dan kenangan yang menyakitkan. Penyair memadukan suasana malam gerimis dengan nuansa duka, menghadirkan pengalaman emosional yang dalam dan penuh getir.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kesedihan dan kenangan akan kehilangan. Gerimis malam menjadi latar yang melambangkan suasana muram, seolah ikut merayakan kepedihan batin penyair.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang larut dalam kesedihan akibat kenangan pahit dan kehilangan orang tercinta. Gerimis malam, ranjang biru yang dingin, serta kenangan yang membanjiri ingatan menjadi simbol dari perasaan duka yang tak bisa dihapuskan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa kehilangan orang yang dicintai meninggalkan luka terdalam yang tak bisa dilenyapkan oleh waktu. Ingatan tentang mereka justru menjadi kepedihan yang terus membekas, lebih tajam dari penderitaan lainnya. Gerimis malam di sini bisa dimaknai sebagai lambang kesedihan batin yang sulit dipadamkan.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang tercipta dalam puisi ini adalah muram, sendu, dan penuh kepedihan. Ada rasa hampa dan keputusasaan, seolah penyair terjebak dalam lingkaran kenangan yang tak kunjung reda.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang bisa ditarik dari puisi ini adalah bahwa hidup tak bisa dilepaskan dari duka dan kehilangan, namun kenangan tetap menjadi bagian penting dari kehidupan manusia. Kesedihan memang tak bisa dihindari, tetapi ia juga menjadi saksi betapa dalamnya cinta dan kasih yang pernah ada.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji yang kuat, di antaranya:
- Imaji penglihatan: “gerimis malam”, “senja laut”, “ranjang biru”, yang menghadirkan suasana visual penuh kesan melankolis.
- Imaji pendengaran: “meratap sendu mengalun dibawa kepak burung” menciptakan suasana pilu yang bisa terdengar dalam imajinasi.
- Imaji perasaan: kesedihan mendalam yang muncul karena kenangan akan yang telah pergi, terutama dalam larik “tiada kepedihan setajam ingatan pada yang mati”.
Majas
Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini adalah:
- Personifikasi: “gerimis malam jangan singgung simpul hati” seolah-olah gerimis memiliki kehendak untuk menyentuh hati.
- Metafora: “kenangan berebut mimpi mata-mata yang lelah” menggambarkan kenangan sebagai sesuatu yang hidup dan berebut ruang dalam batin.
- Hiperbola: “tiada kepedihan setajam ingatan pada yang mati” sebagai penggambaran betapa sakitnya kehilangan.
- Simbolisme: gerimis malam, ranjang biru, dan lautan kelam menjadi simbol duka dan kesendirian.
Puisi "Gerimis Malam" karya Djamil Suherman adalah sebuah refleksi tentang dukacita, kehilangan, dan kekuatan kenangan yang abadi. Dengan suasana muram, imaji yang menyentuh indra, serta majas yang memperkuat ekspresi, puisi ini menegaskan bahwa ingatan terhadap yang telah tiada merupakan pedih terdalam dalam hidup manusia.

Puisi: Gerimis Malam
Karya: Djamil Suherman
Biodata Djamil Suherman:
- Djamil Suherman lahir di Surabaya, pada tanggal 24 April 1924.
- Djamil Suherman meninggal dunia di Bandung, pada tanggal 30 November 1985 (pada usia 61 tahun).
- Djamil Suherman adalah salah satu sastrawan angkatan 1966-1970-an.