Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Guruh Tengah Hari (Karya Rusli Marzuki Saria)

Puisi "Guruh Tengah Hari" karya Rusli Marzuki Saria mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup yang penuh paradoks: kebahagiaan sekaligus keh
Guruh Tengah Hari

Kalau mata sudah bertatapan mata
Jamahan tangan waktu yang aneh terasa panasnya
Isteriku memandang,  di matanya terbayang:
Kami tidak lagi berdua, ada yang akan datang

Senyum hambar disambar halusnya jari-jarinya
Larut kenangan bagai guruh tengah hari
Rabut kata-katanya tak bisa pejamkan mata
Di siang bolong ini aku harus cari mimpi?

Gelak teragak kerabat berdatangan dari kampung
Lama kami dialog: sawah-ladang lada berbunga
Ikan di tebat berkilatan, ia nanti panen di kampung
Aku menanti anak pertama akan lahir di kota

Pesan dan pesan kuterima menjelang bulan puasa
Pulanglah! "Orang akan bersihkan pusara"
Larut kenangan bagai guruh tengah hari.
Terasa kami sudah lama tak punya orangtua: — Mari!

1964

Sumber: Horison (Oktober, 1969)

Analisis Puisi:

Puisi "Guruh Tengah Hari" karya Rusli Marzuki Saria menghadirkan potret kehidupan rumah tangga, perjalanan keluarga, dan kenangan yang diselimuti duka. Dalam larik-lariknya, penyair menggambarkan momen kebersamaan, kehadiran anak pertama, hingga kehilangan orang tua yang membekas begitu dalam. Kehidupan yang berjalan seperti arus waktu dihadirkan dengan simbol-simbol keseharian yang sarat makna emosional.

Tema

Tema utama puisi ini adalah keluarga, kenangan, dan kehilangan. Penyair menyoroti perjalanan hidup rumah tangga yang penuh harap, namun juga diliputi kesedihan karena orang tua yang telah tiada.

Puisi ini bercerita tentang seorang suami yang bersama istrinya menantikan kelahiran anak pertama di kota, sementara kenangan masa lalu, kampung halaman, dan pesan tentang orang tua yang sudah tiada kembali hadir dengan getir. Seperti guruh di tengah hari, kehidupan mendatangkan kebahagiaan sekaligus kesedihan dalam satu waktu.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup selalu menghadirkan dua sisi: suka dan duka, hadir dan hilang, lahir dan mati. Saat seorang anak baru akan lahir, berita tentang pusara orang tua juga datang. Kehidupan berjalan seperti lingkaran yang mempertemukan generasi demi generasi, meninggalkan luka namun juga memberi harapan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, getir, dan penuh renungan. Ada kegembiraan menanti anak pertama, tetapi juga kesedihan mendalam karena menyadari orang tua sudah tiada. Perasaan campur aduk ini menciptakan suasana batin yang kompleks.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang tersirat dari puisi ini adalah agar manusia selalu siap menghadapi dua sisi kehidupan: kebahagiaan dan kesedihan, lahir dan kematian. Kehidupan harus dijalani dengan ikhlas, sambil tetap menjaga kenangan akan orang tua dan kampung halaman sebagai bagian dari identitas diri.

Imaji

Puisi ini mengandung imaji yang kuat, antara lain:
  • Imaji visual: “sawah-ladang lada berbunga”, “ikan di tebat berkilatan” memberi gambaran kehidupan kampung.
  • Imaji suara: “larut kenangan bagai guruh tengah hari” menghadirkan gema yang tiba-tiba mengagetkan.
  • Imaji perasaan: “jamahan tangan waktu yang aneh terasa panasnya” memperlihatkan rasa getir bercampur waswas.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini adalah:
  • Simile: “larut kenangan bagai guruh tengah hari” membandingkan kenangan yang datang mendadak dengan bunyi guruh yang mengejutkan.
  • Personifikasi: “jamahan tangan waktu yang aneh terasa panasnya” memberi sifat manusia pada waktu.
  • Metafora: guruh dijadikan lambang kenangan pahit yang tiba-tiba menghantam batin.
Puisi "Guruh Tengah Hari" karya Rusli Marzuki Saria mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup yang penuh paradoks: kebahagiaan sekaligus kehilangan, harapan sekaligus duka. Dengan tema keluarga dan kehilangan, makna tersirat tentang siklus kehidupan, serta imaji dan majas yang hidup, puisi ini berhasil menghadirkan suasana batin yang mendalam. Ia mengingatkan kita bahwa hidup selalu bergerak dalam irama yang tak sepenuhnya bisa kita pilih—kadang bahagia, kadang pilu, namun selalu layak dikenang.

Puisi Rusli Marzuki Saria
Puisi: Guruh Tengah Hari
Karya: Rusli Marzuki Saria

Biodata Rusli Marzuki Saria:
  • Rusli Marzuki Saria lahir pada tanggal 26 Februari 1936 di Kamang, Bukittinggi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.