Harapan (1)
Ia seperti asap yang kelihatan, tetapi sesaat saja akan menghilang
Karena diterpa angin
Aku tak tahu kemana perginya
Tetapi aku tahu bahwa ia akan menjadi awan yang mendatangkan hujan ketika hatiku dilanda keputusasaan dalam menjalankan pilihan hidupku ini
Ia datang untuk menumbuhkan benih-benih harapan yang telah kutaburkan dalam hatiku
Benih-benih harapan itulah yang menjadi semangat jiwaku
Dan kompas bagi langkah hidupku
Harapan (2)
Dalam diamku, kutemukan dia
Yang s'lalu menguatkan hatiku, ketika aku dilanda persoalan hidup
Dia itu harapanku….
Padanya 'ku berlangkah untuk menjawabi panggilan hidupku
'Ku s'lalu berharap padanya, karena dia t'lah mengajariku
Untuk t'rus berharap dan berjuang demi harapanku
Harapan itu merupakan sebuah gamabaran tentang aku di hari yang akan datang
'Ku hanya gunakan waktu saat ini, untuk merubah pola pikirku, karena hari ini adalah kenyataan bagiku
2023
Analisis Puisi:
Puisi "Harapan" karya Okto Son terbagi menjadi dua bagian, yakni "Harapan (1)" dan "Harapan (2)". Keduanya sama-sama mengangkat refleksi batin tentang arti harapan dalam kehidupan manusia. Melalui puisi ini, Okto Son berusaha menggambarkan harapan sebagai sesuatu yang abstrak, kadang rapuh, namun selalu memberikan arah dan kekuatan bagi perjalanan hidup.
Tema
Tema puisi ini adalah harapan sebagai sumber kekuatan hidup dan penuntun langkah manusia. Harapan menjadi pondasi untuk bertahan dalam kesulitan, sekaligus memberi arah bagi masa depan yang diimpikan.
Puisi ini bercerita tentang pengalaman batin seseorang yang menemukan kekuatan dalam harapan, meski hidup dipenuhi persoalan dan keputusasaan. Pada bagian pertama, harapan digambarkan seperti asap yang rapuh, mudah hilang, tetapi juga bisa menjelma menjadi awan pembawa hujan yang menumbuhkan semangat baru. Pada bagian kedua, harapan dipersonifikasikan sebagai teman yang setia mendampingi dalam kesulitan, memberi kekuatan untuk terus berjuang dan melangkah.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah pesan agar manusia tidak pernah berhenti berharap, meski hidup seringkali penuh hambatan dan penderitaan. Harapan mungkin tampak rapuh, tetapi justru dalam kerentanannya terdapat kekuatan yang mampu menghidupkan kembali semangat jiwa. Okto Son juga menyiratkan bahwa harapan adalah proses yang dinamis: ia harus ditabur, dipelihara, dan dijadikan kompas bagi langkah hidup.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini adalah reflektif, tenang, dan penuh renungan. Ada rasa pasrah pada kondisi hidup yang sulit, namun juga muncul semangat optimisme. Pembaca seolah diajak masuk ke dalam ruang batin penyair yang sedang berjuang menjaga bara harapan agar tidak padam.
Amanat / pesan yang disampaikan puisi
Amanat puisi ini adalah pentingnya menjaga harapan dalam setiap situasi hidup. Harapan bukan sekadar angan-angan, tetapi kekuatan nyata yang dapat mengubah cara berpikir, memberi semangat untuk berjuang, dan menuntun manusia menuju masa depan yang lebih baik. Puisi ini menekankan bahwa harapan adalah cahaya yang selalu hadir, bahkan ketika seseorang berada dalam keputusasaan.
Imaji
Puisi ini menghadirkan sejumlah imaji yang kuat:
- “Ia seperti asap yang kelihatan, tetapi sesaat saja akan menghilang” → menghadirkan imaji visual tentang rapuhnya harapan.
- “Ia akan menjadi awan yang mendatangkan hujan” → imaji alam yang memberi kesan penyegaran dan pembaruan.
- “Benih-benih harapan itulah yang menjadi semangat jiwaku” → imaji pertumbuhan yang melambangkan kekuatan hidup.
- “Dalam diamku, kutemukan dia” → imaji perenungan yang tenang dan mendalam.
Majas
Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
- Metafora – “Harapan itu merupakan sebuah gambaran tentang aku di hari yang akan datang” menggambarkan harapan sebagai cermin masa depan.
- Personifikasi – “Dia itu harapanku….” harapan digambarkan seperti sosok manusia yang mendampingi.
- Simile (perumpamaan) – “Ia seperti asap yang kelihatan, tetapi sesaat saja akan menghilang”.
- Simbolisme – Asap, awan, hujan, dan benih dipakai sebagai simbol perjalanan harapan dari rapuh menuju kekuatan.
Puisi "Harapan" karya Okto Son menegaskan bahwa meski harapan tampak rapuh dan mudah hilang, ia tetap menjadi kekuatan batin yang menuntun manusia untuk bertahan, berjuang, dan terus melangkah menuju masa depan. Dengan tema yang universal, makna tersirat yang mendalam, suasana reflektif, serta imaji dan majas yang kaya, puisi ini mengajarkan pembaca bahwa harapan adalah energi kehidupan yang tidak boleh padam.
