Jalan Hidup
Terkadang kita susuri lorong waktu
Di tengah setapak yang retak
Atau tersesat di rimba tak berpeta
Dan luka besulam doa
Itulah hidup,
Jejak-jejak yang tertiup angin
Dan arah dihapus sungai air mata
Jikapun reruntuhan asa
Ditampar badai
Masihkah ada cahaya di ujung kabut
Walau setiap janji meleleh di tepian mimpi
Teruslah tapaki jalanan itu
Sepanjang takdir
Bersebab hidup bukan membaca naskah
Yang diikuti skenarionya dialog batin
Ketika waktu terus beringsut di kisut wajahmu
Menapaklah walau di tebing rapuh
Angkatlah matamu pada langit
Pada cahaya matahari
Selami setiap kegelisahan dengan lumuran doa
Tutup mata, lihat langit terbuka,
Di sana, sinar mentari menembus kabut,
Bersama doa yang menguatkan jiwa,
Langkah tetap maju menembus gelap sunyi
Bandung, Agustus 2025
Analisis Puisi:
Puisi "Jalan Hidup" karya Rizal De Loesie merupakan sebuah refleksi tentang perjalanan manusia dalam menghadapi berbagai rintangan kehidupan. Melalui larik-larik penuh simbol, penyair mencoba menggambarkan bagaimana manusia berjuang, terjatuh, bangkit, hingga tetap melangkah meski jalan yang ditempuh penuh luka dan kabut.
Tema
Tema utama puisi ini adalah perjuangan hidup dan ketabahan manusia menghadapi ujian. Penyair menekankan bahwa hidup bukanlah sesuatu yang bisa ditebak atau dijalani sesuai naskah, melainkan penuh liku, luka, dan harapan yang harus dihadapi dengan keberanian dan doa.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan hidup manusia yang penuh cobaan. Kadang manusia berjalan di jalan yang retak, tersesat di rimba, atau menghadapi badai yang menghancurkan harapan. Namun, penyair menekankan bahwa meskipun janji bisa sirna dan mimpi bisa luruh, langkah tetap harus dilanjutkan. Hidup digambarkan sebagai jalan panjang yang tidak boleh berhenti, sebab setiap langkah memiliki makna tersendiri.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa hidup merupakan perjalanan spiritual sekaligus perjuangan fisik. Meski penuh luka, air mata, dan kebingungan, manusia tetap harus melangkah dengan doa sebagai penopang. Ada ajakan untuk tidak menyerah pada keadaan, melainkan terus berjalan menuju cahaya, walau harus melewati kabut dan kegelapan. Dengan kata lain, puisi ini mengingatkan bahwa setiap penderitaan selalu menyimpan harapan di ujungnya.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, getir, namun penuh harapan. Pada bagian awal, pembaca dibawa pada gambaran jalan retak, rimba tak berpeta, dan luka yang membekas. Namun, semakin ke akhir, suasana berangsur cerah dengan kehadiran cahaya mentari, doa, dan keyakinan bahwa hidup tetap bisa dilalui meski penuh rintangan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang ingin disampaikan penyair adalah bahwa hidup bukanlah jalan lurus tanpa halangan, melainkan sebuah perjalanan yang menuntut kesabaran, keberanian, dan doa. Jangan menyerah meski dihantam badai, sebab selalu ada sinar mentari yang menembus kabut. Dengan keyakinan dan doa, manusia dapat tetap melangkah menghadapi segala tantangan hidup.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji visual dan emosional. Contohnya:
- “lorong waktu di tengah setapak yang retak” menciptakan imaji visual tentang jalan yang rapuh.
- “reruntuhan asa ditampar badai” menggambarkan kehancuran harapan yang diguncang ujian.
- “sinar mentari menembus kabut” menghadirkan imaji harapan yang muncul setelah kesulitan.
Imaji-imaji tersebut membuat puisi terasa hidup dan menyentuh batin pembaca.
Majas
Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
- Metafora – “lorong waktu”, “reruntuhan asa”, “jalan hidup” digunakan sebagai simbol perjalanan batin manusia.
- Personifikasi – “janji meleleh di tepian mimpi” dan “arah dihapus sungai air mata” memberi sifat manusiawi pada benda abstrak.
- Hiperbola – “ditampar badai” memperkuat kesan penderitaan yang dialami.
- Simbolik – cahaya, doa, dan matahari melambangkan harapan serta keteguhan jiwa.
Puisi "Jalan Hidup" karya Rizal De Loesie adalah sebuah renungan tentang hakikat kehidupan yang penuh cobaan. Penyair dengan indah menggambarkan bahwa meskipun jalan yang ditempuh manusia kerap retak, gelap, dan menyesakkan, tetap ada cahaya dan harapan yang menunggu di ujung perjalanan. Doa dan keberanian menjadi kunci agar langkah tetap tegak menghadapi segala badai kehidupan.