Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Jemarimu Menggelitik (Karya Rusli Marzuki Saria)

Puisi "Jemarimu Menggelitik" karya Rusli Marzuki Saria bercerita tentang ketegangan antara kekuasaan, rakyat, dan sejarah. Baris “Jemarimu ...
Jemarimu Menggelitik

Jemarimu menggelitik
pelatuk bedil itu
Kita semua memandangnya. Terlepas
dari soal manusia
Ah, prajurit buruan di lembah ini
bertanya: Matahari khatulistiwa
terbit besok hari?

Di luar segala cemburu. Nasib negeri
ini. Terjunjung di atas kepala yang
anggun. Generasi
Kita semua telah membangkang
dalam satu adegan Sejarah

1967

Sumber: Horison (Mei, 1974)

Analisis Puisi:

Puisi "Jemarimu Menggelitik" karya Rusli Marzuki Saria merupakan sebuah karya yang sarat dengan refleksi sosial-politik. Melalui ungkapan puitis yang padat dan simbolis, penyair menyuguhkan gambaran tentang manusia, kekuasaan, sejarah, dan nasib bangsa. Puisi ini bukan sekadar ungkapan estetis, melainkan juga mengandung kritik dan perenungan yang dalam terhadap kondisi negeri.

Tema

Tema utama puisi ini adalah konflik sosial-politik dan nasib bangsa. Penyair menyinggung persoalan kekerasan, sejarah, serta perlawanan generasi terhadap kondisi yang menekan. Tema ini menempatkan puisi sebagai medium untuk menyuarakan kegelisahan dan perenungan terhadap perjalanan bangsa.

Puisi ini bercerita tentang ketegangan antara kekuasaan, rakyat, dan sejarah. Baris “Jemarimu menggelitik pelatuk bedil itu” menggambarkan situasi genting, seolah ada kekerasan yang siap meledak hanya dengan sedikit sentuhan. Sementara itu, pertanyaan seorang prajurit “Matahari khatulistiwa terbit besok hari?” memberi kesan tentang ketidakpastian masa depan negeri. Bagian akhir puisi menyiratkan generasi yang menolak tunduk sepenuhnya pada sistem yang mapan, memilih untuk “membangkang” sebagai bentuk perlawanan.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah bahwa nasib bangsa tidak hanya ditentukan oleh kekuasaan, tetapi juga oleh sikap generasi yang berani menolak ketidakadilan. Kata “jemari” bisa ditafsirkan sebagai lambang kekuasaan yang seolah ringan memutuskan hidup-mati, sedangkan “bedil” adalah simbol kekerasan dan represi. Pertanyaan tentang terbitnya matahari keesokan hari menyinggung harapan yang selalu ada meski situasi suram. Pada akhirnya, puisi ini ingin mengatakan bahwa generasi muda memiliki tanggung jawab untuk tidak hanya menerima keadaan, tetapi juga melakukan perlawanan agar sejarah tidak terus dikuasai oleh tirani.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa tegang, suram, sekaligus penuh perlawanan. Ketegangan tergambar pada baris awal yang mengacu pada pelatuk senjata, sedangkan nuansa harapan dan kebangkitan muncul di bagian akhir yang berbicara tentang generasi yang berani melawan.

Amanat / Pesan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa setiap generasi harus menyadari tanggung jawabnya terhadap bangsa dan sejarah. Kekuasaan bisa menindas dengan kekerasan, tetapi rakyat dan generasi baru tidak boleh hanya diam. Mereka harus berani melawan, meski dengan cara berbeda, agar nasib negeri tidak selalu berada di bawah bayang-bayang kekuasaan yang semena-mena.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji visual dan imaji suasana yang kuat:
  • “Jemarimu menggelitik pelatuk bedil itu” menimbulkan bayangan visual tentang seseorang yang siap menembakkan senjata.
  • “Prajurit buruan di lembah ini” menciptakan imaji suasana perang atau pengejaran yang penuh ketegangan.
  • “Matahari khatulistiwa terbit besok hari?” menghadirkan imaji tentang harapan yang ditanyakan dalam situasi penuh ketidakpastian.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: “jemarimu menggelitik pelatuk bedil” sebagai simbol kekuasaan dan ancaman kekerasan.
  • Personifikasi: “nasib negeri ini. Terjunjung di atas kepala yang anggun” memberi sifat manusia pada nasib negeri.
  • Simbolik: “matahari khatulistiwa” bukan sekadar matahari, tetapi melambangkan harapan, masa depan, dan keberlanjutan bangsa.
Puisi "Jemarimu Menggelitik" karya Rusli Marzuki Saria merupakan karya yang penuh makna politis dan refleksi historis. Melalui tema tentang konflik sosial dan generasi yang berani melawan, puisi ini menyingkap sisi lain dari sejarah bangsa yang penuh luka, tetapi juga sarat dengan harapan. Imaji yang kuat dan penggunaan majas simbolis menjadikan puisi ini tidak hanya indah secara bahasa, tetapi juga mendalam secara makna.

Rusli Marzuki Saria
Puisi: Jemarimu Menggelitik
Karya: Rusli Marzuki Saria

Biodata Rusli Marzuki Saria:
  • Rusli Marzuki Saria lahir pada tanggal 26 Februari 1936 di Kamang, Bukittinggi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.