Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kepada Rodin (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Kepada Rodin" karya Ajip Rosidi bercerita tentang kekaguman penyair kepada Rodin yang dianggap mampu menangkap hakikat manusia melalui ...
Kepada Rodin

Kaucintai
manusia-manusia penuh mas'alah
yang melangkah, tertegun ragu, tengadah
hidup dalam himpitan. Warga-warga calais
yang sia-sia melepaskan diri
dari persoalan.

Kaucintai
manusia-manusia yang selalu sungguh
yang terkulai dalam nafsu, menggeliat berat
dalam ilusi yang hebat. Bahkan malaikat
kau buat terjerat dalam persoalan
manusiawi.

Kautangkap dalam jenak yang tepat
menjelma menjadi hidup
yang menumbuhkan kesadaran: Bahwa tak sanggup
kendati hanya lari
ke dalam kemutlakan
diri sendiri.

1972


Sumber: Ular dan Kabut (1973)

Analisis Puisi:

Puisi "Kepada Rodin" karya Ajip Rosidi merupakan salah satu karya yang memperlihatkan kekaguman penyair terhadap seniman besar, khususnya pematung Prancis, Auguste Rodin. Dalam bait-baitnya, Ajip Rosidi menghadirkan refleksi tentang manusia, penderitaan, keraguan, dan kesungguhan yang ditangkap oleh tangan seorang seniman. Dengan gaya bahasa yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hakikat manusia dan seni yang berakar pada kenyataan hidup.

Tema

Tema utama puisi ini adalah hubungan antara seni, penderitaan, dan kemanusiaan. Ajip Rosidi menyoroti bagaimana Rodin melalui karya seninya menangkap pergulatan manusia dengan masalah, keraguan, nafsu, hingga kesia-siaan. Seni dihadirkan sebagai cermin yang bukan sekadar memperindah, tetapi juga membongkar kenyataan yang getir.

Puisi ini bercerita tentang kekaguman penyair kepada Rodin yang dianggap mampu menangkap hakikat manusia melalui pahatan-pahatannya. Rodin mencintai manusia yang “penuh masalah”, manusia yang hidup dalam keraguan dan himpitan persoalan, serta manusia yang terjerat oleh nafsu dan ilusi. Ajip menekankan bahwa karya Rodin bukan hanya representasi fisik, melainkan sebuah penyingkapan terhadap dimensi batin manusia yang kompleks.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa seni sejati tidak pernah lepas dari kenyataan manusia. Rodin dicitrakan sebagai sosok yang tidak menutup mata pada penderitaan dan keterbatasan manusia. Justru melalui pahatan yang lahir dari pengamatan mendalam, ia menghadirkan kesadaran bahwa manusia, betapapun mencoba melarikan diri, tetap terikat pada persoalan kemanusiaannya. Di sini seni menjadi jalan untuk membangkitkan kesadaran, bukan sekadar hiburan atau keindahan semu.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini terasa serius, reflektif, dan penuh kekaguman. Ajip menghadirkan nada kontemplatif, seolah-olah sedang berdialog dengan Rodin atau dengan karya-karyanya. Ada nada kagum, tetapi juga getir, karena puisi ini menyinggung keterjebakan manusia dalam problem hidup yang tidak pernah selesai.

Amanat / Pesan yang disampaikan

Pesan yang ingin disampaikan melalui puisi ini adalah bahwa seni seharusnya mampu menangkap kenyataan manusia secara jujur. Karya seni tidak hanya untuk keindahan visual, melainkan juga untuk menumbuhkan kesadaran akan hakikat hidup, penderitaan, dan keterbatasan manusia. Dengan demikian, seni memiliki fungsi moral dan filosofis yang mendalam.

Imaji

Imaji dalam puisi ini sangat kuat, terutama imaji visual dan emosional. Contohnya pada gambaran “manusia-manusia penuh masalah”, “warga-warga calais”, hingga “terkulai dalam nafsu, menggeliat berat dalam ilusi yang hebat”. Semua ini membangkitkan bayangan jelas tentang tubuh-tubuh manusia yang didera persoalan, sebagaimana sering tergambar dalam patung-patung Rodin. Imaji ini membuat pembaca seakan-akan sedang menatap langsung karya seni yang dipuji penyair.

Majas

Puisi ini juga memanfaatkan beberapa majas:
  • Personifikasi: “Bahkan malaikat kau buat terjerat dalam persoalan manusiawi.” (memberi sifat manusia pada malaikat, seolah-olah bisa terjebak dalam persoalan dunia).
  • Metafora: “Kautangkap dalam jenak yang tepat menjelma menjadi hidup” menggambarkan kekuatan seni Rodin yang mampu menghidupkan kembali momen manusia dalam bentuk patung.
  • Repetisi: Pengulangan kata “Kaucintai” menekankan kekuatan cinta Rodin terhadap manusia dalam segala penderitaan dan kerentanannya.
Puisi "Kepada Rodin" karya Ajip Rosidi adalah refleksi tentang seni yang berakar pada kenyataan manusia. Penyair menyampaikan kekagumannya terhadap bagaimana Rodin menghadirkan penderitaan, keraguan, nafsu, dan keterjebakan manusia ke dalam karya-karya seni. Puisi ini menunjukkan bahwa seni sejati tidak hanya menampilkan keindahan, tetapi juga menjadi medium kesadaran kemanusiaan. Imaji yang kuat dan majas yang khas semakin mempertegas kedalaman makna yang ingin disampaikan.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Kepada Rodin
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.