Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Keperluan (Karya P. Sengodjo)

Puisi "Keperluan" karya P. Sengodjo bercerita tentang seekor pelatuk yang merindukan rumahnya, muncul dari persembunyian, lalu tergambar dalam ...
Keperluan

Pelatuk yang rindukan rumah
(pertama bersuara –
menerotok

Mundu kering)
Terbang dari arah persembunyiannya
(pohon langsat rimbun)

Tertimbun
selagi relung-relung
awan dan bintang

angin malam
membawa desau
(laki-laki tidak punya nama).

Sumber: Zenith (Agustus, 1953)

Analisis Puisi:

Puisi berjudul "Keperluan" karya P. Sengodjo menghadirkan bahasa yang padat simbol dan metafora. Melalui penggambaran pelatuk, mundu, pohon langsat, angin malam, hingga figur "laki-laki tidak punya nama," penyair seolah merangkai sebuah fragmen kehidupan yang penuh misteri. Bait-baitnya singkat, namun mengandung perenungan yang mendalam.

Tema

Tema puisi ini berpusat pada pencarian jati diri, kerinduan, serta keterasingan manusia dalam semesta. Penggambaran makhluk, alam, dan manusia yang tanpa nama menjadi simbol kebutuhan eksistensial manusia terhadap "rumah" atau tempat berpulang.

Puisi ini bercerita tentang seekor pelatuk yang merindukan rumahnya, muncul dari persembunyian, lalu tergambar dalam lanskap malam yang penuh dengan angin, awan, dan bintang. Namun, di balik gambaran itu, muncul sosok laki-laki tanpa nama—tokoh yang seolah hanyut dalam kerinduan, keterasingan, atau bahkan kehilangan identitas. Dengan demikian, puisi ini bercerita tentang kerinduan, pencarian, sekaligus kesepian manusia di tengah jagat raya.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa manusia selalu membutuhkan ruang batin tempat ia kembali. Rumah tidak sekadar bangunan fisik, melainkan juga simbol kedamaian, identitas, dan tujuan hidup. Sosok laki-laki tanpa nama bisa dibaca sebagai representasi manusia modern yang kehilangan akar, terasing, dan sedang mencari kembali makna keberadaannya.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini terasa sunyi, murung, dan penuh kerinduan. Ada kesan malam yang sepi dengan hanya desau angin dan suara pelatuk, menghadirkan atmosfer kontemplatif dan sedikit melankolis.

Amanat / pesan yang disampaikan

Pesan yang bisa ditarik adalah pentingnya manusia memiliki arah, rumah, dan identitas agar tidak terombang-ambing dalam kesepian hidup. Rumah di sini bisa dimaknai secara literal maupun simbolis—rumah sebagai keluarga, tanah air, atau bahkan ketenteraman batin.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji, antara lain:
  • Imaji pendengaran: "menerotok" suara pelatuk, "desau" angin malam.
  • Imaji penglihatan: pelatuk terbang dari pohon langsat, mundu kering, relung-relung awan dan bintang.
Imaji tersebut menghidupkan suasana alam yang sepi sekaligus puitis.

Majas

Beberapa majas yang hadir dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: pelatuk digambarkan seperti manusia yang "rindukan rumah".
  • Metafora: sosok "laki-laki tidak punya nama" bisa dimaknai sebagai simbol manusia yang kehilangan identitas.
Puisi "Keperluan" karya P. Sengodjo menghadirkan refleksi mendalam tentang kerinduan dan kebutuhan manusia akan rumah, jati diri, serta identitas. Dengan perpaduan imaji alam dan simbol eksistensial, puisi ini memperlihatkan bagaimana manusia sering kali merasa asing di tengah semesta, namun tetap merindukan tempat berpulang yang sejati.

Puisi: Keperluan
Puisi: Keperluan
Karya: P. Sengodjo

Biodata P. Sengodjo:
  • P. Sengodjo (nama sebenarnya adalah Suripman) lahir di Desa Gatak, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, pada tanggal 25 November 1926.
  • Dalam dunia sastra, Suripman suka menggunakan nama samaran. Kalau menulis puisi atau sajak, ia menggunakan nama kakeknya, yaitu Prawiro Sengodjo (kemudian disingkat menjadi P. Sengodjo). Kalau menulis esai atau prosa, ia menggunakan nama aslinya, yaitu Suripman. Kalau menulis cerpen, ia juga sering menggunakan nama aslinya Suripman, tapi kadang-kadang menggunakan nama samaran Sengkuni (nama tokoh pewayangan).
© Sepenuhnya. All rights reserved.