Ketika Bertemu
Ketika itu kami bertemu dekat jalanan Surau Kampung
Saling mengangguk, lalu dia terus berjalan
Aku bagai kerangka sangkar memandang ke ujung
Pada tapal cakrawala. O, Tuhanku.
Seperti silet yang tumpul hatiku terhenyak dari sebuah perjalanan sukar
Tapi tidak apa-apa. Alangkah indahnya berbuat
Kemudian menimbang-nimbang sendiri tentang kawan-kawan yang khianat
Dan meraut kuku di terang-benderang matahari kepuisian yang sukar
Yang berbuat baik juga bisa jadi kalah dalam adonan istilah sekarang
Aku tak cemburu padamu ah sejarah!
Pergi sekian Jenderal berganti sekian Menteri
Hari esok harus baik dan damai daru hari sekarang!
Semacam tambo kuning lusuh. Ranji silsilah Nabi-Nabi
Bapakku meng-hotakan
Aku bagai anak sekolah yang patuh menyimak sejarah
Sedang janda-janda jadi kerisik rumah-rumah berwajah nenek menunggu dan bertahan.
Padang, 1966
Sumber: Horison (April, 1968)
Analisis Puisi:
Puisi "Ketika Bertemu" karya Rusli Marzuki Saria adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan nuansa kerinduan, pertimbangan, dan refleksi terhadap kehidupan. Dengan penggunaan bahasa yang indah, penyair menggambarkan pertemuan yang penuh makna dan menghadirkan berbagai perenungan tentang perjalanan hidup.
Tempat dan Waktu Pertemuan: Puisi ini membuka dengan gambaran pertemuan di jalanan Surau Kampung, memberikan kesan kedekatan dengan elemen-elemen lokal dan kehidupan sehari-hari. Penggunaan tempat dan waktu yang spesifik menambah kedalaman dalam pengalaman pertemuan.
Gambaran Rasa Kerinduan: Penyair menyampaikan rasa kerinduan melalui gambaran "seperti silet yang tumpul hatiku terhenyak." Ini menciptakan gambaran perasaan yang mendalam dan melibatkan pembaca untuk merasakan intensitas perasaan penyair.
Perenungan tentang Kawan-Kawan yang Khianat: Penyair merenungkan pengalaman hidup dan perjalanan sulit dengan menimbang-nimbang kawan-kawan yang mungkin pernah berkhianat. Ini menciptakan lapisan emosional yang menyiratkan pengalaman kehidupan yang kompleks.
Kecantikan dalam Tantangan Hidup: Penyair mengekspresikan keindahan dalam menghadapi tantangan hidup, menggambarkan hatinya yang tumpul sebagai "silet yang tumpul." Meskipun mengalami kesulitan, dia menemukan kecantikan dalam berbuat baik dan mengevaluasi kehidupan.
Refleksi terhadap Sejarah: Ada refleksi terhadap sejarah dan perubahan, terutama dalam baris "Pergi sekian Jenderal berganti sekian Menteri." Penyair tidak terlalu cemburu pada sejarah, namun lebih pada harapan akan kebaikan dan kedamaian di hari esok.
Simbolisme dalam Tambo dan Ranji Silsilah Nabi-Nabi: Penyair menggunakan simbolisme melalui perbandingan dengan tambo kuning lusuh dan ranji silsilah Nabi-Nabi. Simbol ini memberikan dimensi religius dan menghadirkan citra keindahan dan keberlanjutan tradisi.
Ketahanan Janda-Janda: Puisi menggambarkan ketahanan janda-janda sebagai simbol kekuatan dan keberanian dalam menghadapi perjuangan hidup. Mereka menunggu dan bertahan, menciptakan gambaran keteguhan di tengah kesulitan.
Puisi "Ketika Bertemu" menghadirkan keindahan dalam ekspresi perasaan dan refleksi terhadap kehidupan. Penggunaan gambaran alam, perenungan, dan simbolisme memberikan kedalaman dan makna tersendiri pada setiap bait. Keseluruhan, puisi ini membawa pembaca dalam perjalanan emosional dan filosofis penyair, mengajak untuk merenungkan arti kehidupan dan keindahan dalam menghadapi tantangan.
Puisi: Ketika Bertemu
Karya: Rusli Marzuki Saria
Biodata Rusli Marzuki Saria:
- Rusli Marzuki Saria lahir pada tanggal 26 Februari 1936 di Kamang, Bukittinggi.