Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Ketika Jutaan Anak Tersesat di Indonesia (Karya Iman Budhi Santosa)

Puisi "Ketika Jutaan Anak Tersesat di Indonesia" karya Iman Budhi Santosa bercerita tentang jutaan anak Indonesia yang tersesat dalam perjalanan ...
Ketika Jutaan Anak Tersesat di Indonesia

Sejauh engkau berlari masih tercium aroma beluntas
dan kemangi menyatakan keringatku, keringat mereka
benar anak-anak penghuni khatulistiwa.

Besar berakar dirawat amanat purba
dibimbing bulan dan matahari
dipangku musim angin yang ramah bersahabat
menebar salam sapa dan puji sesanti

Kini serupa anak panah, engkau aku dilepaskan
oleh gendewa sakti. Berbekal cerita cendekia
rumus fisika, matematika, dan biologi
menancap di kampung halaman baru
yang menakjubkan (dan selalu dijanjikan)
tapi tak pernah kelihatan
dan senantiasa gagal diterjemahkan

Maka, bagaikan labah-labah (senasib dengan burung gereja)
jutaan anak tersesat di antara langit dan bumi
di bangunan-bangunan kosong tak berpenghuni
selesai mengais remah sampah
sambil terus menari dan bernyanyi

Lalu, di manakah Indonesia?

Selain tertera pada buku
pada sisa makanan yang terselip pada celah kuku
atau memang hanya kisah wayang
sengaja dimainkan dalang
untuk menghibur, mengubur penat para tamu

Di manakah Indonesia? Ketika orang-orang Sunda
meniup seruling, anak-anak Osing bermain gasing?

Ketika Bugis mendendangkan La Galigo
Riau mendendangkan Bujang Tan Domang
di mana Indonesia sembunyi? Di mana dongeng itu
ketika buah maja dan kulit batang kina
lelah menjaga mahkota kebesaran Nusantara

Di Bali tak ada Jawa, di Sulawesi
tak ada Sumatera. Dari tanah Dayak
burung enggang dan naga
tak juga menyeberang hingga hutan-hutan Papua.

Tak ada Nusa Tenggara ketika berpijak
ke tanah Sasak, Samawa, Mbojo, Flores, dan Sikka

Lalu, ke mana Indonesia Raya
ketika upacara selesai
bendera dikibarkan
dan lagu itu dititipkan kembali
ke dalam jantungmu, jantungku?

Di Jakarta, setiap kali menapakkan kaki
kucari Indonesia. Mengapa tak menampakkan diri
membiarkan Betawi dimangsa ribuan raksasa
membiarkan Sunda Kelapa tinggal papan nama
membiarkan engkau aku berkiblat pada peta buta
meraba-raba di mana sekarang berada

Jadi, benar bisik gerimis dalam mimpi
bahwa di mana pun engkau berdiri
di situlah tanah airmu yang sejati....

2014

Analisis Puisi:

Puisi "Ketika Jutaan Anak Tersesat di Indonesia" karya Iman Budhi Santosa merupakan salah satu karya yang sarat perenungan terhadap identitas, arah bangsa, dan nasib generasi muda Indonesia. Dengan diksi yang kaya akan simbol dan metafora, penyair menghadirkan gambaran getir tentang keadaan anak bangsa yang tercerabut dari akar budayanya.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kebingungan identitas dan keterasingan generasi muda Indonesia di tengah derasnya modernisasi dan janji-janji pembangunan yang tidak pernah sepenuhnya terwujud. Penyair menyoroti bagaimana anak-anak bangsa kehilangan pijakan pada akar budaya dan identitas kebangsaan mereka.

Puisi ini bercerita tentang jutaan anak Indonesia yang tersesat dalam perjalanan hidupnya. Mereka tumbuh dengan bekal pengetahuan modern — fisika, matematika, biologi — namun tetap gagal menemukan makna hakiki “Indonesia” yang dijanjikan. Mereka seolah menjadi “anak panah” yang dilepaskan, namun tidak pernah sampai pada tujuan. Kehidupan mereka digambarkan terombang-ambing, mengais remah sampah, menari, dan bernyanyi di tengah bangunan kosong yang tak berpenghuni.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah kritik terhadap gagalnya sistem pendidikan, pembangunan, dan kebijakan negara dalam menanamkan identitas bangsa yang kuat kepada generasi mudanya. Anak-anak Indonesia memiliki akar budaya yang kaya dan warisan leluhur yang luhur, tetapi mereka justru kehilangan arah akibat janji-janji kemajuan yang tidak pernah benar-benar terwujud. Pertanyaan “Di manakah Indonesia?” muncul berulang kali sebagai refleksi kekecewaan dan kerinduan terhadap makna kebangsaan yang sejati.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa muram, getir, sekaligus penuh perenungan. Ada nuansa kehilangan, kebingungan, dan kerinduan terhadap sesuatu yang seharusnya dekat tetapi terasa jauh — yaitu identitas bangsa dan tanah air yang sesungguhnya.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat puisi ini adalah pentingnya merawat identitas, budaya, dan akar kebangsaan di tengah modernisasi. Penyair ingin menyampaikan bahwa Indonesia bukan hanya sekadar nama dalam buku pelajaran atau simbol di upacara bendera, melainkan sesuatu yang hidup dalam keseharian, dalam budaya, dalam persatuan. Jika generasi muda kehilangan arah, maka Indonesia pun seolah-olah menghilang dari kehidupan nyata.

Imaji

Puisi ini dipenuhi dengan imaji yang kuat. Misalnya:
  • “Sejauh engkau berlari masih tercium aroma beluntas dan kemangi” menghadirkan imaji penciuman yang dekat dengan tradisi keseharian.
  • “Serupa anak panah, engkau aku dilepaskan oleh gendewa sakti” menghadirkan imaji visual yang melukiskan generasi muda seperti proyek besar, namun tak jelas arahnya.
  • “Mengais remah sampah sambil terus menari dan bernyanyi” menghadirkan imaji tragis tentang kehidupan anak bangsa yang ironis.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: “Serupa anak panah” sebagai simbol generasi muda yang dilepaskan tanpa tujuan jelas.
  • Personifikasi: “Bisik gerimis dalam mimpi” menggambarkan hujan seolah memiliki suara.
  • Pertanyaan retoris: “Di manakah Indonesia?” diulang berkali-kali sebagai bentuk pencarian makna yang dalam.
  • Simbolisme: Seruling Sunda, La Galigo, hingga dongeng-dongeng daerah menjadi simbol akar budaya yang mulai terlupakan.
Melalui puisi "Ketika Jutaan Anak Tersesat di Indonesia", Iman Budhi Santosa tidak hanya menulis sajak, tetapi juga menegaskan kegelisahan kolektif bangsa. Puisi ini menegur kita untuk kembali mencari dan merawat Indonesia yang sejati, bukan hanya sekadar nama dalam peta atau upacara bendera.

Iman Budhi Santosa
Puisi: Ketika Jutaan Anak Tersesat di Indonesia
Karya: Iman Budhi Santosa

Biodata Iman Budhi Santosa:
  • Iman Budhi Santosa pada tanggal 28 Maret 1948 di Kauman, Magetan, Jawa Timur, Indonesia.
  • Iman Budhi Santosa meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2020 (pada usia 72 tahun) di Dipowinatan, Yogyakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.