Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kita Adalah Sepasang Kekasih (Karya Hasan Aspahani)

Puisi "Kita Adalah Sepasang Kekasih" karya Hasan Aspahani adalah refleksi indah tentang cinta yang tak hanya romantis, tetapi juga filosofis.
Kita Adalah Sepasang Kekasih

SEPASANG kekasih adalah sepasang lidah yang mengucap kata bergantian, kata yang sama, yang bergerak dari mulut ke mulut mereka.

Sepasang kekasih adalah sepasang mata yang tak pernah muak saling pandang, saling lirik, saling memejam, dalam terang dan kelam.

Sepasang kekasih adalah dua pengembara yang saling mencari, dan tabah menunggu hingga akhirnya saling menemukan.

Sepasang kekasih adalah sepasang nama yang saling meminta tempat dalam ingatan, agar tak hilang dalam kehilangan.

Sepasang kekasih adalah sepasang petani yang bergegas ke ladang tak menunggu reda hujan, sebab cinta adalah pagi yang subur.

Sepasang kekasih adalah sepasang mata dalam malam, ada cahaya menjuntai indah, dan ada harapan yang astaga, merajalela.

Sepasang kekasih adalah dua larik pada sebait gurindam, rindu dalam dendam, saling buka dan tutup, mengusik, meredam.

Sepasang kekasih adalah sepasang tangan yang saling rindu, mengulur ke hampa, seakan hendak mengusapkan cinta di dahi penuh peluh.

Sepasang kekasih adalah sepasang hati yang sekilas saja, meremang bulu roma, ketika membayangkan rindu yang akan sangat menyiksa.

Sepasang kekasih adalah sepasang buku yang saling sambung, Buku pertama, berlanjut ke buku kedua, dan juga sebaliknya.

Sepasang kekasih adalah sepasang buku yang saling kagum pada sampul, sebab teramat tahu apa yang tertulis pada diri mereka.

Sepasang kekasih adalah dua buah buku, saling menuliskan dan saling membaca, tanpa pernah tertukar halaman-halamannya.

Analisis Puisi:

Puisi "Kita Adalah Sepasang Kekasih" karya Hasan Aspahani adalah sebuah rangkaian metafora indah yang menyingkap hakikat cinta, hubungan, dan keterikatan dua insan yang saling menemukan diri dalam kebersamaan. Penyair merangkai kata dengan repetisi “sepasang kekasih adalah…” seakan menegaskan bahwa cinta tidak tunggal, melainkan hadir dalam berbagai bentuk pengalaman, perasaan, dan imaji.

Tema

Tema utama puisi ini adalah cinta dan kebersamaan. Penyair menggambarkan cinta bukan hanya sebagai perasaan, melainkan juga sebuah perjalanan, kesetiaan, dan keterhubungan yang menyatukan dua jiwa dalam banyak lapisan kehidupan.

Puisi ini bercerita tentang dua insan yang terikat dalam ikatan cinta. Sepasang kekasih digambarkan sebagai lidah yang saling bertukar kata, mata yang saling pandang tanpa lelah, pengembara yang akhirnya saling menemukan, hingga petani yang bergegas ke ladang tanpa menunggu reda hujan. Setiap bait membawa gambaran baru tentang bagaimana cinta bekerja: kadang penuh rindu, kadang penuh harapan, kadang juga melelahkan, tetapi selalu memberi arti.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa cinta adalah sesuatu yang universal, hadir dalam berbagai dimensi hidup manusia. Ia bukan sekadar perasaan manis, tetapi juga kerja keras, kesabaran, pengorbanan, bahkan penderitaan. Dengan mengibaratkan sepasang kekasih sebagai pengembara, petani, mata, hati, dan buku, penyair menekankan bahwa cinta adalah perjalanan panjang yang melibatkan kesetiaan, komunikasi, dan penerimaan.

Selain itu, puisi ini juga mengingatkan bahwa cinta tidak pernah statis. Ia terus bergerak, bertumbuh, dan saling menuliskan makna baru, layaknya dua buku yang saling melengkapi halaman satu sama lain.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa romantis, lembut, dan penuh perenungan. Meski cinta digambarkan dengan ragam metafora, setiap perumpamaan menghadirkan ketenangan, keintiman, dan kekaguman terhadap pasangan. Ada nuansa syahdu yang membuat pembaca ikut larut dalam renungan tentang cinta sejati.

Amanat / Pesan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah:
  • Cinta sejati adalah hubungan yang saling melengkapi, bukan sekadar saling memiliki.
  • Cinta memerlukan kesabaran, kesetiaan, dan kerja keras, sebagaimana pengembara yang tabah atau petani yang bergegas bekerja.
  • Cinta juga adalah komunikasi, keterhubungan, dan saling membaca hati, sebagaimana buku yang saling menyambung halaman.
  • Hubungan akan bertahan bila kedua pihak sama-sama menjaga, merawat, dan saling memahami dalam segala keadaan.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji yang menghadirkan keindahan cinta melalui berbagai aspek kehidupan sehari-hari:
  • Imaji visual: “sepasang mata yang tak pernah muak saling pandang”, “dua buah buku yang saling menuliskan”.
  • Imaji perasaan: “sepasang hati yang sekilas saja, meremang bulu roma”.
  • Imaji aktivitas: “sepasang petani yang bergegas ke ladang tak menunggu reda hujan”.
Semua ini menjadikan cinta terasa konkret, dekat, dan bisa dialami oleh siapa pun.

Majas

Puisi ini dipenuhi oleh majas yang memperindah dan memperkuat maknanya:
  • Metafora – Hampir setiap bait berisi perumpamaan: kekasih diibaratkan lidah, mata, pengembara, petani, hati, hingga buku.
  • Repetisi – Frasa “sepasang kekasih adalah…” diulang di setiap bait, menekankan konsistensi tema cinta.
  • Personifikasi – “dua buah buku, saling menuliskan dan saling membaca”, menghadirkan benda mati dengan sifat manusia.
  • Hiperbola – “ada harapan yang astaga, merajalela” memberi penekanan berlebih pada dahsyatnya perasaan cinta.
Puisi "Kita Adalah Sepasang Kekasih" karya Hasan Aspahani adalah refleksi indah tentang cinta yang tak hanya romantis, tetapi juga filosofis. Melalui tema cinta, cerita tentang perjalanan dua insan, makna tersirat mengenai kesetiaan, suasana romantis, pesan moral yang kuat, serta imaji dan majas yang kaya, puisi ini menghadirkan perenungan mendalam bahwa cinta adalah hidup itu sendiri: saling menemukan, saling melengkapi, dan saling menuliskan cerita.

Hasan Aspahani
Puisi: Kita Adalah Sepasang Kekasih
Karya: Hasan Aspahani
© Sepenuhnya. All rights reserved.