Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kita Kian Jauh Tersesat (Karya Leon Agusta)

Puisi "Kita Kian Jauh Tersesat" karya Leon Agusta adalah potret getir zaman modern yang dipenuhi manipulasi iklan, kapitalisme, dan degradasi nilai.
Kita Kian Jauh Tersesat

Kau ingat bila malam ia datang mengisahkan berbagai mimpi
Sepanjang siang ia menyaksikan dunia yang seperti mimpi

Pesan utama ditayangkan dalam iklan para tengkulak
Berita sehari-hari jadi selingan, lelucon para tengkulak

Kau ingat malamnya ia melihat lebih dulu baru bermimpi
Sewaktu terjaga semua kisah menjadi apa yang kita alami

Pesan utama zaman ini disampaikan iklan para tengkulak
Berita tentang peristiwa hanya selingan, canda para tengkulak

Sesekali dengan rasa hampa, kita mengingatnya kembali
Dengan rasa terkucil dan teraniaya silih berganti

Pesan utama digelarkan dalam iklan para tengkulak
Berita bencana hanya selingan, guyon para tengkulak

Kita merasa kian tersesat, terhina dalam kesepian
Membaca dan menulis, menulis dan membaca

Agama-agama baru usianya setahun jagung

2007

Sumber: Gendang Pengembara (2012)

Analisis Puisi:

Puisi "Kita Kian Jauh Tersesat" karya Leon Agusta adalah sebuah kritik sosial yang tajam terhadap zaman modern, khususnya terhadap bagaimana arus informasi, iklan, dan kepentingan para pemilik modal membentuk realitas kehidupan masyarakat. Dengan bahasa yang lugas namun penuh sindiran, Leon Agusta menyingkap wajah dunia yang semakin kehilangan arah, hingga manusia merasa kian tersesat di dalamnya.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kritik sosial dan kegelisahan manusia di era modern. Penyair menyoroti bagaimana iklan dan kepentingan para tengkulak (simbol kapitalisme atau pihak-pihak berkuasa) lebih menonjol dibandingkan berita atau kenyataan hidup masyarakat.

Puisi ini bercerita tentang manusia yang hidup di tengah dunia yang kian dipenuhi kebohongan, manipulasi, dan penyesatan makna oleh iklan dan kepentingan penguasa modal. Malam yang seharusnya menjadi ruang bermimpi pun dikontraskan dengan siang yang dipenuhi realitas semu. Sementara itu, berita yang seharusnya penting justru diperlakukan hanya sebagai selingan atau guyon.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik terhadap degradasi nilai dan kebenaran dalam kehidupan modern. Pesan utama zaman ini tidak lagi bersumber pada kenyataan, tetapi pada iklan yang dikendalikan oleh para tengkulak. Hal ini menyiratkan bahwa manusia modern kerap kehilangan pegangan, tersesat dalam informasi yang menyesatkan, dan akhirnya hidup dalam keterasingan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah muram, getir, dan penuh rasa keterasingan. Ada rasa hampa dan terhina yang digambarkan penyair, seolah manusia tidak lagi memiliki tempat yang kokoh untuk berpijak di tengah gempuran manipulasi zaman.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Amanat puisi ini adalah ajakan untuk menyadari bahwa kehidupan modern telah banyak dipengaruhi oleh kepentingan kapitalis yang menyesatkan. Penyair seakan mengingatkan bahwa manusia perlu kembali kritis, membaca dan menulis sebagai bentuk perlawanan, serta tidak begitu saja tunduk pada arus iklan dan berita yang penuh manipulasi.

Imaji

Puisi ini juga mengandung imaji yang kuat, antara lain:
  • Imaji malam dan mimpi: “Kau ingat bila malam ia datang mengisahkan berbagai mimpi” menghadirkan gambaran suasana batin yang reflektif.
  • Imaji sosial: “Pesan utama ditayangkan dalam iklan para tengkulak” menggambarkan dominasi iklan dalam keseharian.
  • Imaji perasaan: “Dengan rasa terkucil dan teraniaya silih berganti” menimbulkan bayangan rasa sakit batin akibat penindasan.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora – “tengkulak” digunakan sebagai metafora untuk para kapitalis atau pihak yang memanfaatkan masyarakat demi keuntungan.
  • Paradoks – malam dan mimpi dikontraskan dengan siang dan kenyataan, menimbulkan ironi bahwa realitas justru lebih absurd dari mimpi.
  • Hiperbola – ungkapan “kita merasa kian tersesat, terhina dalam kesepian” memperkuat kesan keterasingan manusia modern.
Puisi "Kita Kian Jauh Tersesat" karya Leon Agusta adalah potret getir zaman modern yang dipenuhi manipulasi iklan, kapitalisme, dan degradasi nilai. Tema yang diangkat begitu relevan dengan kondisi masyarakat yang semakin mudah digiring oleh media dan kepentingan para pemilik modal. Dengan imaji yang kuat dan majas yang tajam, Leon Agusta menyampaikan keresahan bahwa manusia kian jauh dari kebenaran, bahkan merasa tersesat di tengah dunia yang seolah kehilangan arah.

Leon Agusta
Puisi: Kita Kian Jauh Tersesat
Karya: Leon Agusta

Biodata Leon Agusta:
  • Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.