Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kwatrin Bintang (Karya Gunoto Saparie)

Puisi “Kwatrin Bintang” karya Gunoto Saparie mengingatkan kita bahwa kehidupan penuh tanda, namun tidak semua tanda bisa dibaca dengan jelas oleh ...
Kwatrin Bintang

bintang beralih sasmita apa?
pijar sekejap lalu menggelincir lenyap
ada dingin mengertap pada cuaca
namun isyarat itu, tuan, memang gelap

2021

Analisis Puisi:

Puisi “Kwatrin Bintang” karya Gunoto Saparie menghadirkan perenungan singkat yang penuh simbol. Dengan gaya kwatrin (empat baris), puisi ini sarat akan tanda-tanda (sasmita) yang datang dari alam semesta, khususnya bintang yang sering diasosiasikan dengan pertanda, harapan, atau rahasia nasib manusia.

Tema

Tema utama puisi ini adalah perenungan tentang tanda-tanda kehidupan yang sulit dipahami manusia. Bintang di langit dijadikan simbol pertanda atau isyarat, tetapi justru menghadirkan keraguan dan misteri.

Puisi ini bercerita tentang pencarian makna di balik tanda alam berupa bintang yang muncul sesaat lalu lenyap. Sang penyair bertanya-tanya apakah ada pesan yang ingin disampaikan, tetapi semakin direnungi justru terasa gelap dan sulit dimengerti.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah ketidakpastian hidup dan keterbatasan manusia dalam memahami tanda-tanda semesta. Bintang yang berkilau lalu hilang menggambarkan betapa singkatnya sesuatu yang dianggap sebagai petunjuk atau harapan. Pada akhirnya, manusia tetap berada dalam ruang keraguan, karena tidak semua pertanda dapat ditafsirkan dengan jelas.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah hening, dingin, dan penuh misteri. Penyair menggambarkan malam yang dingin, kehadiran bintang yang sekejap muncul lalu hilang, serta kebingungan dalam mencari arti dari tanda itu.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah manusia sebaiknya rendah hati dalam menghadapi misteri kehidupan, sebab tidak semua hal bisa dimaknai dengan jelas. Kadang tanda-tanda atau peristiwa dalam hidup hadir, namun maknanya tetap samar. Hal itu mengajarkan manusia untuk tetap waspada, namun juga pasrah terhadap keterbatasan dirinya.

Imaji

Puisi ini menampilkan beberapa imaji yang kuat:
  • Imaji penglihatan: “bintang beralih sasmita apa? / pijar sekejap lalu menggelincir lenyap” menggambarkan bintang yang tampak lalu hilang.
  • Imaji perasaan (suasana): “ada dingin mengertap pada cuaca” menimbulkan sensasi hening dan kaku.
Imaji ini membuat pembaca dapat membayangkan malam yang sunyi dengan bintang sesaat, lalu hilang dan meninggalkan rasa asing.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: “ada dingin mengertap pada cuaca” seakan dingin memiliki perasaan dan bisa menggertap.
  • Metafora: bintang dijadikan metafora untuk tanda (sasmita) kehidupan yang samar.
  • Hiperbola: “pijar sekejap lalu menggelincir lenyap” memperkuat kesan singkatnya pertanda itu.
Puisi “Kwatrin Bintang” karya Gunoto Saparie adalah perenungan singkat namun dalam tentang misteri tanda-tanda kehidupan yang sering tak bisa dipahami. Dengan simbol bintang, penyair menampilkan suasana dingin, hening, dan penuh keraguan. Imaji visual dan perasaan yang kuat, dipadukan dengan majas personifikasi serta metafora, menjadikan puisi ini singkat namun padat makna. Pada akhirnya, karya ini mengingatkan kita bahwa kehidupan penuh tanda, namun tidak semua tanda bisa dibaca dengan jelas oleh manusia.

Foto Gunoto Saparie
Puisi: Kwatrin Bintang
Karya: Gunoto Saparie

BIODATA GUNOTO SAPARIE

Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).  Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.  Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif  (Jakarta).

Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah. 

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.