Sumber: Horison (Februari, 1986)
Analisis Puisi:
Puisi "Lagu Obo" karya Goenawan Mohamad menampilkan ciri khas penyair dalam menghadirkan pengalaman musikal dan alam secara puitis, di mana bunyi, alam, dan waktu saling berpadu membentuk suasana magis dan reflektif. Goenawan sering memadukan imaji sensori, metafora, dan meditasi eksistensial untuk menciptakan karya yang intens dan mendalam.
Tema
Tema utama puisi ini adalah musikalitas alam dan pengalaman estetis yang mempengaruhi persepsi manusia terhadap waktu dan realitas. Selain itu, tema meditasi eksistensial dan keterhubungan antara manusia, alam, dan musik juga muncul jelas, terutama melalui pengalaman mendengarkan obo yang dimainkan oleh “hantu hutan.” Puisi ini menekankan keterpukauan manusia terhadap keindahan dan misteri alam.
Secara naratif, puisi ini bercerita tentang pengalaman mendengar musik obo yang dimainkan di alam, di tengah hutan dan malam tropis. Suara obo menjadi medium yang mengubah persepsi narator terhadap waktu dan ruang: pagi tak lagi pagi, hari tak lagi hari. Narator mengajak “adik” untuk merasakan pengalaman magis ini, di mana suara musik, genta, gerimis, dan angin saling berpadu dalam orkestra alam.
Makna Tersirat
Makna tersirat puisi ini berkaitan dengan keterhubungan antara seni, alam, dan pengalaman spiritual manusia. Musik obo yang dimainkan “hantu hutan” bisa dimaknai sebagai simbol keindahan yang melampaui dunia fisik, menghadirkan transendensi dan kesadaran baru. Penyebutan J.S. Bach menekankan dialog antara tradisi musik klasik dan pengalaman alam tropis, serta pertanyaan eksistensial mengenai bagaimana seni dapat mengakhiri atau menghadapi kefanaan waktu.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini dapat digambarkan sebagai magis, tenang, dan meditatif. Ada nuansa hening malam yang intens, dipenuhi bunyi alam dan musik, yang mengundang pembaca untuk merasakan kesunyian sekaligus keterhubungan dengan alam dan bunyi. Pagi yang tak lagi menjadi pagi dan hari yang tak lagi menjadi hari menghadirkan kesan transendental, di mana waktu seakan melambat atau menghilang.
Imaji
Goenawan Mohamad menggunakan imaji visual, auditori, dan kinestetik yang kuat:
- “Dimainkan hantu hutan dan malam jadi hijau” → imaji visual dan mistis, menghadirkan suasana magis hutan malam.
- “Suara genta dan gerimis pada pohon-pohon tropis” → imaji auditori dan sensorik, menguatkan pengalaman musikal.
- “Nada yang jatuh ke biru kolam dipungut balik burung-burung malam” → imaji visual dan metaforis, menunjukkan interaksi antara alam dan musik.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi: Hutan dan burung malam diberi sifat aktif, menciptakan interaksi dengan musik.
- Metafora: Musik obo sebagai simbol pengalaman transendental dan keindahan universal.
- Hiperbola: “Mungkin membius beratus detik” menekankan efek magis dan memukau dari musik.
- Simbolisme: J.S. Bach sebagai simbol tradisi musik dan pertanyaan eksistensial manusia.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah pentingnya menyadari dan menghargai keindahan seni dan alam sebagai pengalaman transendental. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan keterhubungan manusia dengan alam, musik, dan waktu, serta membuka kesadaran akan pengalaman estetis yang mampu mengubah persepsi manusia terhadap realitas sehari-hari.
Puisi "Lagu Obo" karya Goenawan Mohamad adalah karya yang memadukan musik, alam, dan meditasi eksistensial. Melalui tema musikalitas, imaji kuat, dan suasana magis, puisi ini menghadirkan pengalaman estetis yang transendental, di mana waktu dan ruang terasa melampaui kehidupan sehari-hari. Majas dan simbol yang digunakan memperkuat refleksi tentang keindahan, keterhubungan dengan alam, dan pengalaman spiritual, menjadikan puisi ini salah satu karya yang memikat dalam sastra modern Indonesia.
Puisi: Lagu Obo
Karya: Goenawan Mohamad
Biodata Goenawan Mohamad:
- Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
- Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.