Puisi: Langgam Bocah (Karya Nana Riskhi Susanti)

Puisi "Langgam Bocah" karya Nana Riskhi Susanti bercerita tentang pengalaman seorang bocah yang tumbuh di kampung dengan kesadaran penuh akan kerja ..
Langgam Bocah

Hari ini kau memaksaku
ke kampungmu

Debu merayuku
di pagutan rumah
ranum sempurna:
Dua tiang besi di sisi,
Ubin kuning di kanan kiri
menyambutku sebelum pintu.

"Di sini aku bisa jadi siapa saja"

Dan mataku berkilat melihatmu
kau bocah ayu
bisa membangun rumah kayu
di tanah-tanah
di kampung rekah.

Dewasalah kau
di tangan hangat perempuan
dan lelaki tabah
dengan akar gelisah
dengan mantra
yang terlanjur ditebarkan
mimpi di hunian.

Lalu kau bercerita:
ibuku perempuan ayu
dengan keranjang dan sepeda
tiap pagi ia bergegas
ke pabrik seberang desa
betapa wangi bau tubuhnya!
Melebihi wangi teh yang ia bawa
di guratan kulitnya
yang menua

Ayahku sudah tua
betapa bersahaja ia
di kayuh roda tiga!
Bacalah keakrabannya
pada becak dan jalan berdebu
pada keringat dan kelu

"Tiap pagi aku menyambut terbit matahari
dengan tanganku
yang mengangkat timba di sumur itu

Kuambil air
kucuci diriku

Tuhan tak pernah lelah mengisi sumur kami
dan bila mataku menatap tajam ke bawah
sebelum meraih seember air lagi
maka gema dari dalamnya
membisikkan doa di telingaku:
dewasalah sebelum kau jadi payah."

2008

Analisis Puisi:

Puisi "Langgam Bocah" karya Nana Riskhi Susanti menghadirkan kisah sederhana tentang kehidupan desa dengan sentuhan kehangatan keluarga, kerja keras, serta pesan kehidupan yang mengalir lewat keseharian. Lewat sudut pandang bocah, penyair menggambarkan potret kampung, orang tua, dan perjalanan tumbuh dewasa dalam bingkai penuh imaji yang puitis.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kehidupan keluarga sederhana di pedesaan yang sarat nilai perjuangan dan kehangatan. Tema ini diturunkan ke dalam detail keseharian yang menggambarkan peran ibu, ayah, dan anak dalam lingkaran rumah tangga.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman seorang bocah yang tumbuh di kampung dengan kesadaran penuh akan kerja keras dan kasih sayang orang tuanya. Ibunya bekerja ke pabrik setiap pagi, ayahnya bersahaja dengan becaknya, sementara dirinya menjalani rutinitas sederhana seperti menimba air di sumur. Keseluruhan cerita menampilkan keakraban, cinta, dan kearifan hidup dari keluarga kecil yang tabah.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah bahwa kesederhanaan hidup justru menyimpan kekuatan, doa, dan nilai yang menuntun seseorang untuk dewasa. Kehidupan desa yang penuh kerja keras bukanlah beban, melainkan ladang pembelajaran bagi anak untuk mengenal arti ketabahan, cinta keluarga, dan kebijaksanaan Tuhan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi terasa hangat, intim, dan penuh penghormatan. Ada rasa kagum terhadap ibu dan ayah yang sederhana, rasa syukur terhadap kehidupan, dan rasa hormat kepada nilai-nilai yang diwariskan keluarga.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang bisa ditangkap dari puisi ini adalah bahwa manusia harus menghargai jerih payah orang tua, memaknai kesederhanaan hidup, serta belajar menjadi dewasa sebelum terlambat. Tuhan memberi kehidupan yang cukup, dan tugas manusia adalah menjaga, bersyukur, serta bertumbuh dalam kebaikan.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji yang hidup dan dekat dengan keseharian:
  • “Debu merayuku di pagutan rumah” → imaji visual dan sentuhan suasana kampung.
  • “ibuku perempuan ayu dengan keranjang dan sepeda” → imaji visual yang jelas tentang ibu pekerja keras.
  • “ayahku sudah tua … pada becak dan jalan berdebu” → imaji visual sekaligus simbol perjuangan.
  • “gema dari dalamnya membisikkan doa di telingaku” → imaji auditif yang menghadirkan kesan spiritual.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi – “Debu merayuku” memberi sifat manusia pada benda mati.
  • Metafora – “akar gelisah” menggambarkan pergulatan batin dalam kehidupan.
  • Hiperbola – “betapa wangi bau tubuhnya! Melebihi wangi teh yang ia bawa” untuk menekankan ketulusan kasih sayang ibu.
  • Simbolisme – sumur dan air sebagai simbol kehidupan, doa, dan keberlangsungan.
Puisi "Langgam Bocah" karya Nana Riskhi Susanti menggambarkan kehidupan keluarga desa yang sederhana, penuh kerja keras, dan sarat makna. Dengan tema tentang pertumbuhan anak dalam lingkaran kasih orang tua, puisi ini menghadirkan suasana hangat sekaligus reflektif. Imaji visual, auditif, dan spiritual yang kuat membuat puisi ini menyentuh, sementara majas-metafora dan simbolisme menambah kedalaman makna. Secara keseluruhan, puisi ini adalah potret keindahan kehidupan sederhana yang penuh nilai ketabahan dan kebijaksanaan.

Puisi: Langgam Bocah
Puisi: Langgam Bocah
Karya: Nana Riskhi Susanti
© Sepenuhnya. All rights reserved.