Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Lelaki Itu Turun di Sebuah Stasiun (Karya Rayani Sriwidodo)

Puisi "Lelaki Itu Turun di Sebuah Stasiun" karya Rayani Sriwidodo mengeksplorasi tema kepergian dan jejak yang ditinggalkan. Dengan menggunakan ....
Lelaki Itu Turun di Sebuah Stasiun

menghilang bagai embun
                pungung
            deresi terakhir
        di hadapan
    jalan menganga
        daun-daun kering diseret angin
                            kecapaian.
                        langkah terus
                    tiada berpaling

menghilang yang kemarin
        terasa guratnya
            tambah ke muka

Sumber: Horison (Mei, 1969)

Analisis Puisi:

Puisi "Lelaki Itu Turun di Sebuah Stasiun" karya Rayani Sriwidodo mengeksplorasi tema kepergian dan jejak yang ditinggalkan. Dengan menggunakan gambaran embun, deresi, dan langkah-langkah yang tak terputus, puisi ini menciptakan citra kehilangan dan perjalanan hidup yang tak terelakkan.

Citra Kehilangan dengan Metafora Embun: Puisi ini dimulai dengan gambaran kehilangan yang lembut, "menghilang bagai embun," yang menciptakan kesan kerapuhan dan ketidakkekalan. Deresi terakhir di punggung menciptakan citra kepergian yang meninggalkan jejak terakhir sebelum lenyap.

Jejak di Hadapan Jalan yang Menganga: "Di hadapan jalan menganga" menciptakan citra perjalanan hidup yang terus berlanjut. Jalan yang menganga bisa diartikan sebagai representasi pilihan hidup dan ketidakpastian di masa depan. Daun-daun kering diseret angin menciptakan gambaran perjalanan yang penuh tantangan.

Langkah yang Tidak Berhenti: Langkah yang terus melangkah tanpa berpaling menciptakan kesan ketegasan dan keputusan yang tak terelakkan. Penyair mewakili keberanian untuk terus maju meskipun dihadapkan pada kehilangan dan ketidakpastian.

Perbandingan dengan Kemarin dan Gurat pada Muka: "Menghilang yang kemarin, terasa guratnya tambah ke muka" mengisyaratkan bahwa kepergian membawa pengalaman yang meninggalkan bekas. Jejak yang ditinggalkan oleh lelaki itu membentuk gurat di muka, mencerminkan pertumbuhan dan transformasi melalui perjalanan hidupnya.

Penggunaan Bahasa yang Sederhana dan Padat Makna: Penggunaan bahasa yang sederhana tetapi padat makna memberikan kesan elegan dan mendalam pada puisi ini. Setiap baris dan kata-kata dipilih dengan hati-hati untuk merangkai gambaran yang menyentuh perasaan pembaca.

Tema Universal tentang Perjalanan dan Kehidupan: Puisi ini membahas tema yang universal tentang perjalanan hidup, kehilangan, dan pertumbuhan pribadi. Jejak-jejak yang ditinggalkan oleh lelaki itu merepresentasikan pengalaman manusia pada umumnya, yang selalu diwarnai oleh perpisahan dan perubahan.

Puisi "Lelaki Itu Turun di Sebuah Stasiun" merangkai gambaran kepergian dan jejak yang ditinggalkan dengan indah dan mendalam. Rayani Sriwidodo berhasil menciptakan puisi yang tidak hanya menciptakan gambaran visual yang kuat, tetapi juga merangkul makna-makna yang mendalam tentang hidup dan perjalanan. Puisi ini menjadi panggilan untuk merenungkan perjalanan hidup dan makna yang terkandung dalam setiap langkah yang diambil.

Rayani Sriwidodo
Puisi: Lelaki Itu Turun di Sebuah Stasiun
Karya: Rayani Sriwidodo

Biodata Rayani Sriwidodo:
  • Rayani Lubis lahir di Kotanopan, Tapanuli Selatan, pada tanggal 6 November 1946.
  • Rayani Lubis meniadakan marga di belakang nama setelah menikah dengan pelukis Sriwidodo pada tahun 1969 dan menambahkan nama suaminya di belakang namanya sehingga menjadi Rayani Sriwidodo.
© Sepenuhnya. All rights reserved.