Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Lex (Karya Remy Sylado)

Puisi "Lex" karya Remy Sylado bercerita tentang perbedaan dan kesamaan konsekuensi ketika manusia melakukan penghinaan terhadap otoritas.
Lex

Menghina kepala negara
masuk penjara
Menghina kepala surga
masuk neraka.

Sumber: Kerygma & Martyria (2004)

Analisis Puisi:

Remy Sylado dikenal sebagai penyair yang lugas, berani, sekaligus satir dalam menyampaikan kritik sosial. Puisinya sering kali sederhana dalam bentuk, namun kaya dalam makna. Salah satu karyanya, "Lex", memperlihatkan gaya khas Remy Sylado: singkat, padat, dan menggugah kesadaran pembaca melalui permainan bahasa yang ironis.

Tema

Tema utama puisi ini adalah hukum, kekuasaan, dan konsekuensi perbuatan manusia di dunia maupun akhirat. Remy Sylado menyinggung dua bentuk otoritas besar: kekuasaan dunia (kepala negara) dan kekuasaan transenden (kepala surga).

Puisi ini bercerita tentang perbedaan dan kesamaan konsekuensi ketika manusia melakukan penghinaan terhadap otoritas. Menghina kepala negara berujung penjara (hukum dunia), sedangkan menghina kepala surga berujung neraka (hukuman akhirat). Dalam bentuk yang ringkas, puisi ini menyoroti hubungan antara manusia, hukum positif, dan hukum moral-spiritual.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik terhadap sistem hukum dan kekuasaan, sekaligus pengingat tentang batasan moral dalam kehidupan beragama. Ada sindiran bahwa hukum dunia bisa dikendalikan oleh kepentingan politik, sedangkan hukum akhirat bersifat mutlak. Remy Sylado seolah ingin mengatakan bahwa manusia hidup dalam dua ruang hukum sekaligus: hukum negara dan hukum Tuhan, yang keduanya memiliki konsekuensi tidak bisa dihindari.

Suasana dalam puisi

Meskipun hanya terdiri dari empat baris, puisi ini menghadirkan suasana satir, getir, sekaligus reflektif. Ada ironi yang memancing senyum pahit, tetapi juga menimbulkan renungan mendalam tentang kehidupan sosial dan religius.

Amanat / pesan yang disampaikan puisi

Pesan utama puisi ini adalah manusia harus berhati-hati dalam bersikap, karena ada konsekuensi dari setiap ucapan dan perbuatan. Baik dalam ranah dunia (yang diatur oleh hukum negara) maupun di ranah akhirat (yang diatur oleh hukum Tuhan), tidak ada tindakan yang bebas dari akibat.

Imaji

Meskipun singkat, puisi ini mengandung imaji konseptual yang kuat:
  • “masuk penjara” → imaji konkret tentang hukuman dunia yang membatasi kebebasan fisik.
  • “masuk neraka” → imaji spiritual tentang hukuman akhirat yang bersifat abadi.
Keduanya mempertegas konsekuensi yang jelas dan tegas.

Majas

Puisi ini menggunakan beberapa majas, di antaranya:
  • Paralelisme: pengulangan struktur kalimat “Menghina kepala…” untuk menekankan perbandingan antara dunia dan akhirat.
  • Ironi: ada kesan sindiran bahwa baik dunia maupun akhirat sama-sama memiliki "kepala" yang tidak boleh dihina, menunjukkan keterbatasan kebebasan manusia.
  • Metafora: istilah “kepala surga” adalah metafora untuk Tuhan atau otoritas ilahi yang menjadi penguasa akhirat.
Puisi "Lex" karya Remy Sylado adalah contoh bagaimana bahasa yang sederhana bisa menyimpan makna yang luas. Dengan mengangkat tema hukum dan konsekuensi, menghadirkan imaji penjara dan neraka, serta menggunakan majas paralelisme dan ironi, puisi ini tidak hanya menjadi refleksi sosial, tetapi juga kritik tajam terhadap kekuasaan dunia sekaligus pengingat akan kekuasaan akhirat.

"Puisi Remy Sylado"
Puisi: Lex
Karya: Remy Sylado
© Sepenuhnya. All rights reserved.