Menolak Hasrat
menangis bayi dirampas tete ibunya
mengembara aku dalam sendiri dalam sepi
ada yang kucari dan selalu tak kudapat
ada yang kudapat dan terkadang tak kuharap
bayi diam dan aku mengenang sendiri gadis siang
segala bisa jadi senja diburu kekalutan
memang bisa ditolak permintaan anak bocah
memang bisa ditolak harapan setiap datang
diamlah dalam malam hening di alam bening
sajak-sajak tak berkaki bersama kemesraan mengenang
dan senyuman padu disugukan olehnya
ea mengupas malam pada paginya
8/9 Februari 1955
Sumber: Majalah Seni (September, 1955)
Analisis Puisi:
Ajip Rosidi dikenal sebagai sastrawan yang peka terhadap pengalaman batin manusia. Dalam puisinya berjudul "Menolak Hasrat", ia mengungkapkan perenungan tentang kehidupan, kesepian, serta pencarian makna yang tidak selalu sejalan dengan harapan. Lewat bahasa puitis yang sederhana, Ajip menghadirkan lapisan makna yang bisa ditafsirkan lebih dalam.
Tema
Tema utama puisi Menolak Hasrat adalah pergulatan batin antara keinginan dan kenyataan hidup. Puisi ini menyoroti bagaimana manusia sering kali harus menahan, menolak, atau mengikhlaskan sesuatu yang diinginkan namun tidak bisa dimiliki.
Puisi ini bercerita tentang seorang aku-lirik yang merasakan kesepian dan keterasingan. Ia mengibaratkan dirinya seperti seorang bayi yang dirampas dari ibunya—sebuah metafora kehilangan kenyamanan, kasih sayang, dan keutuhan. Dalam perjalanan hidup, ia sering mencari sesuatu yang tak pernah didapat, atau justru memperoleh sesuatu yang tidak diharapkan. Ada rasa perenungan yang mendalam tentang hasrat, penantian, dan penerimaan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai keinginan. Manusia dihadapkan pada dilema antara harapan dan kenyataan, antara apa yang dicari dengan apa yang didapat. Ada pesan tentang keikhlasan dan kesadaran bahwa tidak semua hasrat bisa dipenuhi. Dengan menolak hasrat, manusia justru belajar menerima kehidupan sebagaimana adanya, meskipun terasa sepi dan penuh kehilangan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini cenderung hening, muram, dan kontemplatif. Ada nuansa kesepian yang mendalam, terutama pada gambaran “mengembara aku dalam sendiri dalam sepi” atau “diamlah dalam malam hening di alam bening.” Namun, di balik kesepian itu, ada pula rasa pasrah dan penerimaan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat puisi ini adalah belajar menerima kehidupan dengan segala keterbatasannya. Tidak semua keinginan bisa dipenuhi, dan tidak semua harapan bisa tercapai. Justru dalam proses menerima itulah manusia bisa menemukan ketenangan batin. Pesan lain yang dapat diambil adalah pentingnya mengendalikan hasrat, karena hidup tidak hanya tentang mengejar keinginan, tetapi juga memahami makna di balik keterbatasan.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji perasaan dan imaji visual.
- Imaji perasaan terlihat pada ungkapan “mengembara aku dalam sendiri dalam sepi” yang membangkitkan rasa kesepian.
- Imaji visual muncul pada gambaran “bayi dirampas tete ibunya” atau “segala bisa jadi senja diburu kekalutan,” yang menghadirkan bayangan konkret dan menyentuh emosi pembaca.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “menangis bayi dirampas tete ibunya” melambangkan kehilangan dan keterpisahan dari sumber kasih sayang.
- Personifikasi: “sajak-sajak tak berkaki” menggambarkan puisi yang seolah hidup namun tidak sempurna.
- Hiperbola: “segala bisa jadi senja diburu kekalutan” memperbesar suasana kegelisahan yang dialami aku-lirik.
Puisi "Menolak Hasrat" karya Ajip Rosidi menghadirkan refleksi tentang pergulatan batin manusia dalam menghadapi harapan dan kenyataan. Dengan mengolah simbol bayi, malam, sepi, dan hasrat, penyair menunjukkan betapa kehidupan sering kali menuntut kita untuk menerima yang tak diinginkan, sekaligus merelakan yang diharapkan. Inilah keindahan karya Ajip Rosidi: sederhana dalam kata-kata, namun kaya makna bagi siapa pun yang membaca dan merenungkannya.