Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Menulis di Pohon (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Menulis di Pohon" karya Mustafa Ismail bercerita tentang aktivitas menulis dan merenung di tengah alam, khususnya di pohon yang menjadi ...
Menulis di Pohon

Aku menulis di pohon tentang mangga tua
baunya ke mana-mana.

Ubanmu tak lagi menyanyikan lagu-lagu dari aksara biru
ia kini jadi batu. beku. pilu.
jadi etalase yang membuat kepalamu ditumbuhi lumut
dan pohon-pohon palma

Kau berjalan seperti siput
menyusuri huruf-huruf bunting di gang becek itu
bak pelacur rindu ciuman

Aku menulis di daun-daun
tapi jangan sebut aku penyair ranting
yang segera luruh diterpa angin

Aku adalah mata rencong
yang siap mencukur ubanmu yang cemong,

melesap sampai di matamu
yang selalu menghijau di depan selembar daun
dan membiru di lautan

di pohon, aku mengamini
cericit burung dan cahaya senja
yang memerah setiap kau alpa

Kau terus mengasah pisau berkarat
untuk memangkas akar-akar yang makin kekar
menjalari perut bukit dan kampung-kampung

Kau membayangkan tentang pulau-pulau
dengan para penyair yang risau
puisi-puisi menjadi kayu api untuk memanaskan kopi

O, pohon tua yang tak lagi tumbuh
dengan ranting yang mulai patah
segeralah berjalan ke barat bersama sore yang lindap

dan di sini, meskipun bukan ruang berpendingin
dengan gelas-gelas kopi yang berdenting,
puisi tetap tumbuh dan abadi

seperti daun, seperti pohon.

Depok, 23 April 2017

Analisis Puisi:

Puisi "Menulis di Pohon" karya Mustafa Ismail menghadirkan pengalaman estetika yang kuat melalui simbolisme alam dan metafora kehidupan. Meskipun panjang, puisi ini menampilkan perjalanan reflektif tentang waktu, ingatan, dan kreativitas yang terjalin dengan alam sekitar.

Tema

Tema utama puisi ini adalah hubungan manusia dengan alam, ingatan, dan proses kreatif dalam menulis atau berkarya. Puisi ini mengeksplorasi bagaimana kenangan, waktu, dan alam menjadi media bagi ekspresi diri, sekaligus menghadirkan refleksi tentang kehidupan yang terus bergerak dan berubah.

Puisi ini bercerita tentang aktivitas menulis dan merenung di tengah alam, khususnya di pohon yang menjadi simbol stabilitas sekaligus saksi perjalanan hidup. Penyair menulis tentang pengalaman, kenangan, dan perasaan manusia, sambil mengamati alam yang terus bergerak: pohon, daun, burung, cahaya senja, hingga pulau-pulau imajinatif.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah keabadian puisi dan karya kreatif, meskipun dunia dan waktu terus berubah. Meskipun pohon tua akan mati atau ranting akan patah, ide dan sajak tetap tumbuh, seperti daun atau pohon baru. Puisi menjadi medium pengabadian emosi, memori, dan ekspresi manusia.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang tercipta dalam puisi ini reflektif, meditatif, dan penuh kesunyian kontemplatif, meski terkadang juga menampilkan ketegangan simbolik seperti “mata rencong” atau “pisau berkarat”. Pembaca dibawa masuk ke lanskap alam yang intens, di mana alam dan kehidupan manusia saling bersinggungan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang bisa ditangkap dari puisi ini adalah bahwa kreativitas dan ekspresi melalui puisi dapat bertahan dan abadi meski waktu, usia, dan perubahan alam terus berjalan. Menulis dan berkarya adalah cara manusia memberi makna bagi kehidupannya, bahkan di tengah keterbatasan dan perubahan.

Imaji

Puisi ini sarat dengan imaji visual dan auditori:
  • Imaji visual: “pohon tua yang tak lagi tumbuh,” “ranting yang mulai patah,” “cahaya senja yang memerah,” menghadirkan lanskap yang hidup dan dinamis.
  • Imaji auditori: “cericit burung,” “gelas-gelas kopi yang berdenting” menambah pengalaman inderawi pembaca.

Majas

Beberapa majas yang terlihat dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: Pohon dan daun menjadi simbol karya, waktu, dan kehidupan.
  • Personifikasi: “Ubanmu tak lagi menyanyikan lagu-lagu,” memberi kesan manusia dan alam saling hidup.
  • Simile / Perbandingan: “bak pelacur rindu ciuman” menekankan intensitas perasaan dan pengalaman.
Puisi "Menulis di Pohon" karya Mustafa Ismail menghadirkan refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan alam, ingatan, dan kreativitas. Dengan tema keabadian puisi dan ekspresi melalui tulisan, karya ini bercerita tentang proses menulis, pengamatan alam, dan pemaknaan pengalaman hidup. Suasana meditatif, imaji visual dan auditori yang kaya, serta majas-metafora dan personifikasi, membuat puisi ini menjadi karya yang hidup dan abadi, selayaknya daun dan pohon yang terus tumbuh.

Mustafa Ismail
Puisi: Menulis di Pohon
Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:
  • Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.