Analisis Puisi:
Puisi "Menulis di Pohon" karya Mustafa Ismail menghadirkan pengalaman estetika yang kuat melalui simbolisme alam dan metafora kehidupan. Meskipun panjang, puisi ini menampilkan perjalanan reflektif tentang waktu, ingatan, dan kreativitas yang terjalin dengan alam sekitar.
Tema
Tema utama puisi ini adalah hubungan manusia dengan alam, ingatan, dan proses kreatif dalam menulis atau berkarya. Puisi ini mengeksplorasi bagaimana kenangan, waktu, dan alam menjadi media bagi ekspresi diri, sekaligus menghadirkan refleksi tentang kehidupan yang terus bergerak dan berubah.
Puisi ini bercerita tentang aktivitas menulis dan merenung di tengah alam, khususnya di pohon yang menjadi simbol stabilitas sekaligus saksi perjalanan hidup. Penyair menulis tentang pengalaman, kenangan, dan perasaan manusia, sambil mengamati alam yang terus bergerak: pohon, daun, burung, cahaya senja, hingga pulau-pulau imajinatif.
Makna Tersirat
Makna tersirat puisi ini adalah keabadian puisi dan karya kreatif, meskipun dunia dan waktu terus berubah. Meskipun pohon tua akan mati atau ranting akan patah, ide dan sajak tetap tumbuh, seperti daun atau pohon baru. Puisi menjadi medium pengabadian emosi, memori, dan ekspresi manusia.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang tercipta dalam puisi ini reflektif, meditatif, dan penuh kesunyian kontemplatif, meski terkadang juga menampilkan ketegangan simbolik seperti “mata rencong” atau “pisau berkarat”. Pembaca dibawa masuk ke lanskap alam yang intens, di mana alam dan kehidupan manusia saling bersinggungan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang bisa ditangkap dari puisi ini adalah bahwa kreativitas dan ekspresi melalui puisi dapat bertahan dan abadi meski waktu, usia, dan perubahan alam terus berjalan. Menulis dan berkarya adalah cara manusia memberi makna bagi kehidupannya, bahkan di tengah keterbatasan dan perubahan.
Imaji
Puisi ini sarat dengan imaji visual dan auditori:
- Imaji visual: “pohon tua yang tak lagi tumbuh,” “ranting yang mulai patah,” “cahaya senja yang memerah,” menghadirkan lanskap yang hidup dan dinamis.
- Imaji auditori: “cericit burung,” “gelas-gelas kopi yang berdenting” menambah pengalaman inderawi pembaca.
Majas
Beberapa majas yang terlihat dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: Pohon dan daun menjadi simbol karya, waktu, dan kehidupan.
- Personifikasi: “Ubanmu tak lagi menyanyikan lagu-lagu,” memberi kesan manusia dan alam saling hidup.
- Simile / Perbandingan: “bak pelacur rindu ciuman” menekankan intensitas perasaan dan pengalaman.
Puisi "Menulis di Pohon" karya Mustafa Ismail menghadirkan refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan alam, ingatan, dan kreativitas. Dengan tema keabadian puisi dan ekspresi melalui tulisan, karya ini bercerita tentang proses menulis, pengamatan alam, dan pemaknaan pengalaman hidup. Suasana meditatif, imaji visual dan auditori yang kaya, serta majas-metafora dan personifikasi, membuat puisi ini menjadi karya yang hidup dan abadi, selayaknya daun dan pohon yang terus tumbuh.
Karya: Mustafa Ismail
Biodata Mustafa Ismail:
- Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.
