Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Mimpi Winter di Negeri Tropik (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Puisi "Mimpi Winter di Negeri Tropik" karya Arif Bagus Prasetyo menghadirkan renungan tentang harapan yang tak terwujud, kesedihan, dan luka batin ...
Mimpi Winter di Negeri Tropik

Di atas lapisan es
dari sebalik mimpi yang hampir
mati:

Aku bangkit dengan sejuta kereta salju
meluncur deras
dalam nadiku.

"Tapi ini negeri tropik, anakku. Tak ada winter di sini.
Matahari cuma lewat sekejap, lantas senyap. Ia tak pernah mampu
menebus apa-apa," kilahmu, sia-sia.

Barangkali kau kecewa. Sebab kini
masih saja kukenali guguran daun
yang membusuk subuh tadi, lampu-lampu
murung, lalu salju
yang menggigil
di jendela.

Tapi....

Tapi sejak itu, kautahu, aku hanya bisa mendengar derak
genting-genting rumah yang pecah di setiap dada, hingga
rumput basah di halaman rebah seketika, seperti ingin
menagih dingin jejak kakimu kian menjauh, seperti
sepanjang waktu dirimu terjun dalam mataku yang
menderita: menahan ngeri, ingin menolak
jarum jam liar
yang mengerjap
di atas salju.

1995

Sumber: Memento (2009)

Analisis Puisi:

Puisi “Mimpi Winter di Negeri Tropik” karya Arif Bagus Prasetyo adalah karya yang sarat perenungan tentang kerinduan, kekecewaan, serta benturan antara realitas dan harapan. Dengan menghadirkan simbol musim dingin yang asing bagi negeri tropis, penyair menciptakan ruang imajiner yang memuat kesedihan, kehilangan, dan rasa keterasingan dalam kehidupan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kerinduan dan kesedihan yang berangkat dari pertentangan antara kenyataan dan mimpi.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang bermimpi merasakan winter (musim dingin) di negeri tropis, sebuah pengalaman yang mustahil. Di balik mimpi itu, tersembunyi rasa kehilangan, kekecewaan, dan luka batin yang ditampilkan melalui simbol es, salju, dan suasana muram.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup sering kali menyuguhkan ketidakselarasan antara harapan dan kenyataan. Ada kerinduan yang tak terwujud, ada rasa kehilangan yang membekas, dan ada luka batin yang tidak bisa dihapuskan hanya dengan penjelasan logis.

Suasana dalam puisi

Suasana yang ditampilkan dalam puisi ini adalah muram, getir, dan penuh kesedihan, dengan nada melankolis yang menggambarkan kegelisahan batin.

Amanat / Pesan yang disampaikan

Pesan yang dapat dipetik dari puisi ini adalah bahwa manusia harus berani menghadapi realitas, meskipun kadang menyakitkan. Harapan boleh hadir sebagai mimpi, tetapi hidup menuntut kita untuk menerima keterbatasan serta berdamai dengan kenyataan.

Imaji

Puisi ini menampilkan banyak imaji yang kuat dan menyentuh:
  • “Aku bangkit dengan sejuta kereta salju / meluncur deras dalam nadiku” → imaji visual dan kinetik yang menggambarkan semangat sekaligus kerinduan akan sesuatu yang mustahil.
  • “Guguran daun yang membusuk subuh tadi, lampu-lampu murung” → imaji visual yang memperkuat suasana muram.
  • “Derak genting-genting rumah yang pecah di setiap dada” → imaji auditif sekaligus emosional, menekankan penderitaan batin.

Majas

Beberapa majas yang mewarnai puisi ini antara lain:
  • Metafora → salju, es, dan winter dijadikan lambang kerinduan, kesedihan, serta keterasingan dalam diri manusia.
  • Personifikasi → “lampu-lampu murung” memberi sifat manusiawi pada benda mati.
  • Hiperbola → “sejuta kereta salju meluncur deras dalam nadiku” menggambarkan betapa kuatnya perasaan yang dialami tokoh lirik.
  • Simbolisme → musim dingin sebagai simbol keterasingan, kehilangan, dan sesuatu yang tidak bisa dimiliki.
Puisi "Mimpi Winter di Negeri Tropik" karya Arif Bagus Prasetyo menghadirkan renungan tentang harapan yang tak terwujud, kesedihan, dan luka batin yang terus membekas. Dengan tema yang dalam, makna tersirat yang melankolis, suasana muram, imaji yang kuat, serta majas yang memperkaya makna, puisi ini menegaskan pesan bahwa manusia perlu berdamai dengan kenyataan meski hati menyimpan kerinduan yang tak tersampaikan.

Arif Bagus Prasetyo
Puisi: Mimpi Winter di Negeri Tropik
Karya: Arif Bagus Prasetyo
© Sepenuhnya. All rights reserved.