Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Nothing Like the Sun (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi "Nothing Like the Sun" karya Acep Zamzam Noor bercerita tentang seseorang yang terombang-ambing dalam mabuk kerinduan dan cinta, mencoba ...
Nothing Like the Sun

Wajah molek rembulan kuciumi di ujung mabukku
Keindahan lahir dari perumpamaan lumpur hitam
Seribu keong lusuh merangkak di ranjangku
Dan aku yang bercinta untuk sejenak melupakanmu
Kembali harus menjengkal jarak kesetiaan
Dengan bumi. Tapi kekuasaan tak pernah betah di hatiku
Anarki membusuk sepanjang pembuluhku yang sunyi

Pada lorong-lorong gelap akhirnya aku tersedu
Sembahyang dalam jutaan rakaat tanpa henti
Ekor mimpiku bergerak mencari satu-satunya
Kiblat. Seribu serangga berdengung memenuhi telingaku
Dan jika kelak matahari terbit dari tatapanmu
Bakarlah seluruh pakaian dan keyakinanku yang murni
Cahaya akan datang dari pengorbanan abadi

1989

Sumber: Jalan Menuju Rumahmu (2004)

Analisis Puisi:

Puisi "Nothing Like the Sun" karya Acep Zamzam Noor adalah puisi yang sarat dengan simbol, imaji kuat, dan perenungan batin yang mendalam. Melalui larik-larik puitisnya, penyair mengekspresikan pergulatan antara cinta, kerinduan, kesetiaan, hingga spiritualitas. Judul puisi ini menggemakan soneta Shakespeare “Shall I compare thee to a summer’s day?”, namun diolah secara khas dengan nuansa modern dan penuh metafora gelap.

Tema

Tema utama puisi ini adalah pencarian cinta dan kebenaran spiritual di tengah keterasingan batin. Penyair menghadirkan ketegangan antara nafsu, kerinduan, anarki batin, serta pencarian kiblat yang menjadi pusat keyakinan hidup.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang terombang-ambing dalam mabuk kerinduan dan cinta, mencoba melupakan seseorang, tetapi akhirnya kembali dihadapkan pada pertanyaan tentang kesetiaan, pengorbanan, dan spiritualitas. Dalam pencariannya, ia melewati lorong gelap, sembahyang panjang, hingga menantikan cahaya dari tatapan sosok yang dirindukan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup manusia adalah pergulatan antara cinta duniawi, nafsu, dan kerinduan spiritual kepada sesuatu yang lebih besar daripada diri sendiri. “Tatapanmu” dalam puisi bisa dimaknai sebagai sosok kekasih, namun juga bisa ditafsirkan sebagai simbol Tuhan. Dari sanalah muncul keyakinan bahwa cahaya sejati lahir dari pengorbanan, bukan dari keinginan sesaat.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa gelap, muram, namun penuh intensitas emosional. Gambaran lorong gelap, serangga berdengung, hingga anarki yang membusuk dalam pembuluh menghadirkan atmosfer pengasingan batin. Namun, di balik kegelapan itu, muncul pula harapan—dengan simbol cahaya yang datang dari pengorbanan abadi.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa cinta dan keyakinan sejati tidak datang dari hal-hal lahiriah atau kesementaraan, melainkan dari pengorbanan, ketulusan, dan pencarian yang konsisten. Hidup yang penuh gelap dan anarki batin hanya bisa diterangi jika seseorang rela berkorban demi sesuatu yang lebih murni dan abadi.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji yang kuat, baik visual maupun emosional:
  • “Wajah molek rembulan kuciumi di ujung mabukku” → imaji sensual dan romantis.
  • “Seribu keong lusuh merangkak di ranjangku” → imaji menjijikkan yang menggambarkan kehampaan cinta.
  • “Anarki membusuk sepanjang pembuluhku yang sunyi” → imaji tubuh yang menghidupkan perasaan hancur dan kacau.
  • “Seribu serangga berdengung memenuhi telingaku” → imaji suara yang mencekam.
  • “Cahaya akan datang dari pengorbanan abadi” → imaji spiritual yang penuh harapan.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora – “anarki membusuk sepanjang pembuluhku” menggambarkan kekacauan batin.
  • Hiperbola – “jutaan rakaat tanpa henti” menekankan pengabdian spiritual yang tak terhingga.
  • Personifikasi – “wajah molek rembulan kuciumi” seakan bulan menjadi sosok hidup yang bisa disentuh.
  • Simbolisme – “tatapanmu” dan “cahaya” sebagai simbol cinta sejati atau kehadiran Ilahi.
Puisi "Nothing Like the Sun" karya Acep Zamzam Noor merupakan perenungan mendalam tentang cinta, kerinduan, dan spiritualitas. Dengan tema besar tentang pencarian cahaya sejati di tengah kegelapan batin, puisi ini memadukan imaji sensual, simbolisme religius, dan majas metaforis yang kuat. Karya ini menegaskan bahwa cinta dan keyakinan sejati hanya dapat ditemukan melalui pengorbanan yang abadi, bukan sekadar melalui keindahan atau kenikmatan sesaat.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Nothing Like the Sun
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.
© Sepenuhnya. All rights reserved.