Analisis Puisi:
Puisi "Nyanyian Para Babu" karya Hartojo Andangdjaja adalah salah satu karya yang sangat kuat dalam menyuarakan suara kelas pekerja domestik—para babu, yang sering terpinggirkan dan tidak dianggap dalam struktur sosial. Dengan gaya bahasa yang lugas namun sarat perasaan, puisi ini tidak hanya menggambarkan realitas pahit kehidupan babu, tetapi juga menyelipkan harapan akan hadirnya dunia yang lebih adil.
Tema
Tema utama puisi ini adalah penindasan sosial terhadap pekerja domestik (babu) dan kerinduan akan kebebasan serta penghargaan atas kerja. Tema ini menyentuh sisi kemanusiaan yang sering diabaikan, yaitu bagaimana kerja yang dilakukan dengan setia dan tulus sering tidak diiringi penghargaan yang layak.
Puisi ini bercerita tentang kehidupan para babu yang diperlakukan seperti benda, tidak dilindungi oleh undang-undang perburuhan, bekerja tanpa batas waktu, dan bahkan tidak memiliki ruang privat. Mereka harus selalu mengikuti perasaan tuan dan nyonya—tertawa bila mereka tertawa, menangis bila mereka berduka. Puisi ini juga menggambarkan betapa mereka kehilangan hak-hak paling dasar sebagai manusia, termasuk hak untuk mencintai dan berbahagia.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik terhadap sistem sosial dan ekonomi yang tidak adil, yang masih mewarisi jejak perbudakan. Para babu, meskipun zaman sudah berubah, tetap berada dalam posisi terpinggirkan, tanpa perlindungan hukum maupun penghargaan kemanusiaan. Namun, di balik penderitaan itu, penyair menegaskan adanya harapan akan masa depan—masa di mana kerja bukan lagi beban atau paksaan, melainkan kegirangan hidup yang selaras dengan semesta, seperti kutipan dari Rabindranath Tagore yang dijadikan semacam ilham dalam puisi ini.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini didominasi oleh kesedihan, kepedihan, dan kepasrahan, namun juga disertai harapan. Pada awal hingga pertengahan puisi, pembaca dibawa pada gambaran yang getir: bilik kecil yang sempit, kerja tanpa henti, kehilangan hak-hak pribadi. Tetapi menjelang akhir, suasana sedikit terangkat oleh kerinduan akan hadirnya suatu masa baru, di mana kerja bisa menjadi sumber kegembiraan, bukan penderitaan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat puisi ini adalah seruan untuk menghargai martabat pekerja domestik serta kritik terhadap ketidakadilan sosial. Hartojo Andangdjaja ingin mengingatkan bahwa babu bukanlah benda, melainkan manusia yang juga berhak memiliki waktu, kebahagiaan, cinta, dan kehidupan pribadi. Pesan lain yang disampaikan adalah harapan akan hadirnya masyarakat yang lebih adil, di mana kerja adalah bagian dari kegembiraan universal, bukan jerat penderitaan.
Imaji
Puisi ini penuh dengan imaji yang kuat dan menyentuh:
- Imaji visual: “bilik kami. Sebuah bilik di ujung belakang … sebuah bilik dengan satu ranjang, satu bantal” menghadirkan gambaran ruang sempit dan miskin.
- Imaji perasaan: “segala kepedihan kami yang tak pernah diakui” membangkitkan simpati dan empati mendalam.
- Imaji gerak: “kami hangus dibakar kerja siang dan malam” menegaskan kerja tiada henti.
- Imaji alam (pada akhir puisi): “girang angin yang mengayun bunga-bunga” menjadi simbol harapan akan dunia yang lebih selaras dan indah.
Majas
Beberapa majas yang hadir dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “kami benda di mata tuan dan nyonya” yang menunjukkan dehumanisasi.
- Personifikasi: “tungku-tungku hitam tak pernah padam” melambangkan kerja keras yang terus-menerus.
- Repetisi: penggunaan berulang kata “kami” untuk menegaskan identitas kolektif para babu.
- Hiperbola: “kami hangus dibakar kerja siang dan malam” menggambarkan penderitaan yang begitu berat.
Puisi "Nyanyian Para Babu" karya Hartojo Andangdjaja adalah suara lantang dari kelompok yang sering tak bersuara. Melalui puisi ini, penyair menghadirkan potret getir kehidupan para babu, sekaligus menyelipkan harapan akan datangnya suatu masa di mana kerja dipandang sebagai kegembiraan, bukan penderitaan. Dengan imaji yang kuat, suasana getir, serta pesan moral yang jelas, puisi ini tidak hanya relevan pada masanya, tetapi juga masih penting dibaca dalam konteks keadilan sosial masa kini.
Biodata Hartojo Andangdjaja:
- Edjaan Tempo Doeloe: Hartojo Andangdjaja.
- Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya.
- Hartojo Andangdjaja lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
- Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
- Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.