Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Pagi (Karya Sam Haidy)

Puisi "Pagi" karya Sam Haidy bercerita tentang pentingnya menghargai pagi. Penyair menekankan bahwa mereka yang melewatkan pagi dianggap merugi, ...
Pagi

Tak ada yang lebih merugi
Dari mereka yang kehilangan pagi
Satu-satunya kesempatan menikmati
Sajian Tuhan yang paling murni
Sembari mengintip-Nya meracik
Takdir kita hari ini.

Analisis Puisi:

Puisi "Pagi" mengusung tema tentang keindahan dan keberkahan waktu pagi sebagai anugerah Tuhan. Waktu pagi dipandang sebagai momen suci yang tidak boleh disia-siakan, karena di dalamnya tersimpan kesegaran, harapan, dan kesempatan untuk memulai hari dengan penuh makna.

Puisi ini bercerita tentang pentingnya menghargai pagi. Penyair menekankan bahwa mereka yang melewatkan pagi dianggap merugi, sebab pagi adalah saat paling murni untuk merasakan ciptaan Tuhan sekaligus momen menyaksikan-Nya “meracik takdir” bagi manusia.

Makna tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa setiap manusia harus belajar mensyukuri waktu dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan. Pagi menjadi simbol awal, kesempatan baru, sekaligus refleksi akan kuasa Tuhan yang mengatur jalan hidup manusia setiap harinya. Dengan demikian, puisi ini juga mengandung pesan spiritual bahwa hidup hendaknya dijalani dengan kesadaran dan rasa syukur.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi terasa tenang, khidmat, dan penuh kekaguman. Pembaca diajak untuk merenung di balik kesunyian dan kesegaran pagi, sembari menyadari betapa agungnya karunia Tuhan yang terhampar setiap hari.

Amanat / pesan yang disampaikan puisi

Pesan utama yang disampaikan adalah jangan pernah menyia-nyiakan waktu pagi, karena di dalamnya terdapat kesempatan terbaik untuk beribadah, merenung, dan menata kembali semangat hidup. Pagi adalah hadiah Tuhan yang harus disambut dengan syukur dan kesadaran penuh.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji visual dan spiritual: gambaran pagi sebagai “sajian Tuhan yang paling murni” serta perumpamaan tentang “mengintip Tuhan meracik takdir”. Imaji tersebut membuat pembaca membayangkan suasana pagi yang segar sekaligus menimbulkan rasa kagum pada kuasa Tuhan yang bekerja secara misterius namun nyata.

Majas

Beberapa majas yang terdapat dalam puisi antara lain:
  • Majas hiperbola, pada ungkapan “tak ada yang lebih merugi dari mereka yang kehilangan pagi”, yang melebih-lebihkan kerugian akibat melewatkan pagi.
  • Majas personifikasi, ketika pagi digambarkan sebagai “sajian Tuhan” yang seakan dapat dinikmati secara langsung.
  • Majas metafora, pada frasa “mengintip-Nya meracik takdir”, yang menggambarkan bagaimana manusia menyadari Tuhan sedang menentukan perjalanan hidup di balik pagi.
Puisi "Pagi" karya Sam Haidy adalah renungan sederhana namun dalam mengenai nilai sebuah waktu. Ia mengingatkan bahwa pagi bukan hanya sekadar bagian dari rutinitas harian, melainkan sebuah momen spiritual penuh makna. Dengan bahasa yang singkat, padat, dan imajinatif, Sam Haidy mengajak pembaca untuk melihat pagi sebagai kesempatan emas untuk mendekat pada Tuhan, mengisi hidup dengan syukur, serta menata langkah agar hari yang baru benar-benar bermakna.

"Puisi Sam Haidy"
Puisi: Pagi
Karya: Sam Haidy
© Sepenuhnya. All rights reserved.