Analisis Puisi:
Puisi "Patriotisme Kromo" menciptakan gambaran yang unik dan provokatif tentang patriotisme dan pandangan politik. Darmanto Jatman menghadirkan tokoh fiksi bernama Kromo sebagai narator, yang mengeksplorasi gagasannya tentang transformasi bangsa Indonesia menjadi entitas ekonomi yang lebih kuat.
Patriotisme dan Kapitalisme: Puisi ini menggabungkan gagasan patriotisme dengan konsep bisnis dan kapitalisme. Kromo, pulang dari berbagai tempat di dunia, membayangkan Indonesia sebagai perusahaan (Indonesia INC). Ide ini mencerminkan pandangan bahwa keberhasilan dan kejayaan suatu negara dapat diukur melalui prinsip-prinsip bisnis dan keunggulan kompetitif.
Transformasi Budaya: Kromo mengusulkan transformasi budaya dari Indonesia yang berlandaskan tradisi menjadi negara usaha yang modern. Dia merinci struktur perusahaan yang mencakup presiden, direksi, komisaris, dan serikat pekerja. Transformasi ini disajikan sebagai "metamorphoses bangsa," menyoroti perubahan yang drastis dalam pola pikir dan struktur sosial.
Kritik terhadap Ketergantungan: Puisi ini mencela ketergantungan Indonesia pada negara-negara lain. Gagasan Indonesia INC lahir dari ketidakpuasan Kromo terhadap hubungan yang bersifat ketergantungan. Pernyataannya, "Kami sedia bekerjasama, tapi tak sudi ketergantungan! So. Go to hell IGGI!" menunjukkan sikap penolakan terhadap ketergantungan ekonomi.
Budaya Pop dan Komodifikasi: Penyair menggunakan gaya bahasa yang tidak konvensional, termasuk referensi ke restoran-restoran internasional seperti Toni Roma's, Sizzler, dan Hard Rock Café. Hal ini menciptakan gambaran konsumisme dan komodifikasi budaya yang menjadi bagian integral dari visi Kromo tentang Indonesia yang modern.
Jaminan Keberlanjutan: Kromo menegaskan keyakinannya bahwa Indonesia INC akan tetap maju, bahkan dalam menghadapi kemunduran ekonomi atau kekalahan dalam kompetisi dunia. Referensi terhadap tokoh-tokoh seperti Rendra, Habibie, dan pengusaha-pengusaha terkenal menciptakan gambaran bahwa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang dapat memberikan kontribusi besar.
Satire dan Humor: Puisi ini menggunakan elemen satire dan humor untuk menyampaikan pesan. Melalui dialog Kromo, pembaca disuguhkan dengan pandangan yang tajam namun disampaikan dengan sentuhan humor, seperti dalam kalimat, "Kita punya Rendra / Kita punya Habibie / Kita punya mas Prayoga, oom Liem, eyang Oei Tiong Ham."
Epilog Tragis: Puisi ditutup dengan epilog yang tragis, mengacu pada kejadian nyata saat seorang individu bunuh diri. Epilog ini menciptakan kontras dengan nada humor dan optimisme sebelumnya, menekankan bahwa realitas kehidupan tidak selalu sesuai dengan impian atau rencana yang diusulkan.
Puisi "Patriotisme Kromo" bukan hanya sebuah puisi, melainkan eksplorasi berani terhadap konsep patriotisme yang dihubungkan dengan nilai-nilai bisnis dan kapitalisme. Dengan menghadirkan narator fiksi yang eksentrik, Darmanto Jatman membangun suatu narasi yang penuh dengan ironi, kontradiksi, dan tanda tanya tentang arah masa depan bangsa. Puisi ini menantang pembaca untuk merenungkan perubahan budaya, transformasi ekonomi, dan kompleksitas nasionalisme dalam era modern.
Karya: Darmanto Jatman
Biodata Darmanto Jatman:
- Darmanto Jatman lahir pada tanggal 16 Agustus 1942 di Jakarta.
- Darmanto Jatman meninggal dunia pada tanggal 13 Januari 2018 (pada usia 75) di Semarang, Jawa Tengah.