Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Patriotisme Kromo (Karya Darmanto Jatman)

Puisi "Patriotisme Kromo" bukan hanya sebuah puisi, melainkan eksplorasi berani terhadap konsep patriotisme yang dihubungkan dengan nilai-nilai ...
Patriotisme Kromo

Indonesia Incorporated:
Mengubah ambisi jadi dedikasi!

Pulang studi dari Jepang
Kromo belanja semangat bushido
belajar melukis sumi’e
sembari latihan kendo
di desanya, di kebon mbako.

Kalau mau gemah ripah loh jinawi
Indonesia mestinya jadi perusahaan saja
Ada presiden direkturnya, ada presiden komisarisnya,
satpam, serikat sekerja,
tapi yang penting, ada Basic Philosophy nya!
Ini bukan sekedar transformasi budaya
Ini metamorphoses bangsa!

Mampir di Semaul Umdong Korea Selatan
Kromo mengembangkan gagasannya:
Kanoman sebaiknya jadi brigade pembangunan
cancut taliwanda mengubah impian jadi kenyataan.
Generasi tua tu mestinya berkorban
mencukupkan diri dengan semangkuk bubur
celana pangsi hitam dan RSS
sekedar untuk bertahan
membuka harapan untuk generasi yang akan datang

Indonesia INC
bakal mengubah warganegara jadi sumberdaya manusia
yang memiliki keunggulan kompetitif
dengan ilmu dan teknologi
berkepemimpinan demokratis
serta tentu saja filsafat dasar “post capitalism”
: Sugih tanpa bandha!

Singgah di Hong Kong
Kromo kulak Hong Sui, Goa Mia, Dong Su dan tentu saja Hoki
Lupa Cheong Sam, Ang Pao, Amy Yip maupun Lin Ching Shia.
“Bisnis itu hidup dan hidup itu bisnis!”
“Bekerja cari uang itu untuk orang melarat
membiarkan uang bekerja untuk manusia itu konglomerat!”
“Sepatu itu biar indah tetap di kaki,
topi biar runyam tetap di kepala!”
Sampai di tanah tumpah darahnya,
Nggrigak, Gunung Kidul,
Kromo merancang proklamasi negara usaha-nya:
“Kami, para pemilik tanah air dan tenaga kerja Indonesia
dengan ini menyatakan berdirinya Indonesia INC
Kemiskinan akan kami jadikan kemakmuran
Kebodohan jadi kecerdasan
Kenistaan jadi kemuliaan!
Kami sedia bekerjasama, tapi tak sudi ketergantungan!
So. Go to hell IGGI!”

Kita telah membangun Borobudur
Kita telah bangun PLTN di Jepara
Proyek otorita BATAM
Toni Roma’s ribs restaurants, Sizzler,
Hard Rock Café di samping kampung Betawi & Oud Batavia
Jadi kang, tak ada alasan untuk muram
Bener!
Rupiah boleh jatuh di Wallstreet,
Tembakau boleh numpuk di Bremen,
Yayuk Basuki boleh kalah di Wimbledon
Tapi Indonesia INC bakal tetap jaya
seperti Nippon sejak jatuhnya rezim Tokugawa
Kita punya Rendra
Kita punya Habibie,
Kita punya mas Prayoga, oom Liem, eyang Oei Tiong Ham
dari pajak mereka akan kita bangun koperasi
dan dengan koperasi, kita angkat martabat lik Parto dan bik Meniek
Okay?!

Jadi, tak ada alasan untuk ewuh aya mas
Mari kita rubah republik jadi kumpeni
Satu negara perusahaan yang tak terbayangkan
juga oleh Sun Tzu, Musashi atau Panembahan Senopati.

Demikianlah hasil langlang buana Kang Kromo
njajah deso milang kori
Tolong jangan ditangkap
bila beda pendapat.
We’re entering postmodern era bung
Pikiran mesti terbuka
Hati mesti ikhlas dan rela!


——————————

Di jalan Terate di Bandung
tanggal 2 Juli 1986
Sukardal menulis:
“Saya mati korban Tibum”
lalu ia menggantung diri di pohon tanjung
Innalillahi wa innailaihi rojiun
Rest in Peace Sukardal

Sumber: Golf untuk Rakyat (1994)

Analisis Puisi:

Puisi "Patriotisme Kromo" menciptakan gambaran yang unik dan provokatif tentang patriotisme dan pandangan politik. Darmanto Jatman menghadirkan tokoh fiksi bernama Kromo sebagai narator, yang mengeksplorasi gagasannya tentang transformasi bangsa Indonesia menjadi entitas ekonomi yang lebih kuat.

Patriotisme dan Kapitalisme: Puisi ini menggabungkan gagasan patriotisme dengan konsep bisnis dan kapitalisme. Kromo, pulang dari berbagai tempat di dunia, membayangkan Indonesia sebagai perusahaan (Indonesia INC). Ide ini mencerminkan pandangan bahwa keberhasilan dan kejayaan suatu negara dapat diukur melalui prinsip-prinsip bisnis dan keunggulan kompetitif.

Transformasi Budaya: Kromo mengusulkan transformasi budaya dari Indonesia yang berlandaskan tradisi menjadi negara usaha yang modern. Dia merinci struktur perusahaan yang mencakup presiden, direksi, komisaris, dan serikat pekerja. Transformasi ini disajikan sebagai "metamorphoses bangsa," menyoroti perubahan yang drastis dalam pola pikir dan struktur sosial.

Kritik terhadap Ketergantungan: Puisi ini mencela ketergantungan Indonesia pada negara-negara lain. Gagasan Indonesia INC lahir dari ketidakpuasan Kromo terhadap hubungan yang bersifat ketergantungan. Pernyataannya, "Kami sedia bekerjasama, tapi tak sudi ketergantungan! So. Go to hell IGGI!" menunjukkan sikap penolakan terhadap ketergantungan ekonomi.

Budaya Pop dan Komodifikasi: Penyair menggunakan gaya bahasa yang tidak konvensional, termasuk referensi ke restoran-restoran internasional seperti Toni Roma's, Sizzler, dan Hard Rock Café. Hal ini menciptakan gambaran konsumisme dan komodifikasi budaya yang menjadi bagian integral dari visi Kromo tentang Indonesia yang modern.

Jaminan Keberlanjutan: Kromo menegaskan keyakinannya bahwa Indonesia INC akan tetap maju, bahkan dalam menghadapi kemunduran ekonomi atau kekalahan dalam kompetisi dunia. Referensi terhadap tokoh-tokoh seperti Rendra, Habibie, dan pengusaha-pengusaha terkenal menciptakan gambaran bahwa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang dapat memberikan kontribusi besar.

Satire dan Humor: Puisi ini menggunakan elemen satire dan humor untuk menyampaikan pesan. Melalui dialog Kromo, pembaca disuguhkan dengan pandangan yang tajam namun disampaikan dengan sentuhan humor, seperti dalam kalimat, "Kita punya Rendra / Kita punya Habibie / Kita punya mas Prayoga, oom Liem, eyang Oei Tiong Ham."

Epilog Tragis: Puisi ditutup dengan epilog yang tragis, mengacu pada kejadian nyata saat seorang individu bunuh diri. Epilog ini menciptakan kontras dengan nada humor dan optimisme sebelumnya, menekankan bahwa realitas kehidupan tidak selalu sesuai dengan impian atau rencana yang diusulkan.

Puisi "Patriotisme Kromo" bukan hanya sebuah puisi, melainkan eksplorasi berani terhadap konsep patriotisme yang dihubungkan dengan nilai-nilai bisnis dan kapitalisme. Dengan menghadirkan narator fiksi yang eksentrik, Darmanto Jatman membangun suatu narasi yang penuh dengan ironi, kontradiksi, dan tanda tanya tentang arah masa depan bangsa. Puisi ini menantang pembaca untuk merenungkan perubahan budaya, transformasi ekonomi, dan kompleksitas nasionalisme dalam era modern.

Puisi Darmanto Jatman
Puisi: Patriotisme Kromo
Karya: Darmanto Jatman

Biodata Darmanto Jatman:
  • Darmanto Jatman lahir pada tanggal 16 Agustus 1942 di Jakarta.
  • Darmanto Jatman meninggal dunia pada tanggal 13 Januari 2018 (pada usia 75) di Semarang, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.