Pengakuan
Hati mendengar kepada hati
Dalam bisik mesra malam sunyi
Dunia terbuka sebagai panorama rasa
Lautan bergelombang sepanjang hari
Burung liar terbang menembus pekat malam
Berteriak menerjang langit angkuh
Mengatasi badai ribut dalam jiwa
Mengetuk pintu yang kiranya masih terbuka
Kupegang kau. Cabang tempat burung hinggap
Menyanyikan kisah hari, mendidis sayap
Dengan pandangan sayu, hampa dan dusta
Memilih neraka dalam ketenangan surga
Analisis Puisi:
Puisi "Pengakuan" karya Ajip Rosidi merupakan salah satu karya yang memotret gejolak batin manusia. Dengan bahasa yang sederhana tetapi penuh kedalaman, Ajip menghadirkan potret pertarungan perasaan, pilihan, serta perenungan hidup. Lewat rangkaian imaji dan majas, puisi ini tidak hanya berbicara tentang pengalaman personal, tetapi juga menggambarkan pergulatan universal manusia dalam menghadapi kehidupan dan cobaan.
Tema
Tema puisi ini adalah pergulatan batin manusia yang diwarnai oleh cinta, penderitaan, dan pilihan hidup. Ajip Rosidi mengangkat persoalan yang sangat mendasar: bagaimana hati berkomunikasi dengan hati lain, bagaimana seseorang berhadapan dengan badai jiwa, hingga bagaimana pada akhirnya manusia harus mengambil keputusan, meskipun keputusan itu pahit.
Puisi ini bercerita tentang suara hati yang berbicara dalam kesunyian malam, lalu menggambarkan gejolak jiwa yang penuh konflik. Penyair menghadirkan suasana batin seseorang yang sedang merasakan cinta, tetapi juga dihantui oleh kebimbangan dan penderitaan. Adegan demi adegan yang digambarkan — dari bisikan hati, burung yang terbang di pekat malam, hingga cabang tempat burung hinggap — menjadi simbol perjalanan batin yang penuh guncangan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kejujuran manusia untuk mengakui kelemahan, penderitaan, dan pilihan hidupnya sendiri. Ajip ingin menunjukkan bahwa dalam hidup, manusia sering kali harus memilih antara dua hal yang sama-sama berat: ketenangan semu atau neraka yang justru terasa lebih jujur. Dengan kata lain, puisi ini mengandung refleksi tentang keberanian menghadapi realitas, meskipun realitas itu pahit dan tidak nyaman.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini terasa sunyi, murung, penuh pergolakan batin, dan sedikit tragis. Kehadiran suasana malam, badai, serta pandangan sayu menciptakan atmosfer yang mendalam, seolah pembaca ikut terhanyut dalam perenungan dan perasaan getir tokoh lirik puisi.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Amanat dari puisi ini adalah bahwa hidup tidak selalu menghadirkan pilihan yang mudah. Manusia harus berani jujur pada dirinya sendiri, mendengar suara hati, serta berani menghadapi kenyataan meski penuh derita. Ajip ingin menekankan bahwa kebahagiaan semu bisa jadi lebih menyiksa dibanding menghadapi penderitaan dengan kejujuran.
Imaji
Ajip Rosidi membangun puisi ini dengan kekuatan imaji yang sangat kuat:
- Imaji pendengaran: “Hati mendengar kepada hati / Dalam bisik mesra malam sunyi” menciptakan suasana batin yang intim dan penuh keheningan.
- Imaji penglihatan: “Burung liar terbang menembus pekat malam” menggambarkan kegelisahan yang bergerak di ruang gelap.
- Imaji gerak: “Mengatasi badai ribut dalam jiwa” menghadirkan perasaan seolah jiwa manusia sedang berperang melawan dirinya sendiri.
- Imaji perasaan: “Dengan pandangan sayu, hampa dan dusta” menegaskan suasana getir yang menyelimuti tokoh lirik.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi Pengakuan antara lain:
- Personifikasi – “Hati mendengar kepada hati” memberi sifat manusiawi pada hati.
- Metafora – “Lautan bergelombang sepanjang hari” menjadi kiasan dari pergolakan perasaan yang tiada henti.
- Hiperbola – “Burung liar terbang menembus pekat malam / Berteriak menerjang langit angkuh” menggambarkan kegelisahan jiwa dengan penggambaran berlebih.
- Simbolik – “Memilih neraka dalam ketenangan surga” adalah simbol pilihan hidup: lebih baik menghadapi derita yang nyata daripada hidup dalam kebahagiaan palsu.
Puisi "Pengakuan" karya Ajip Rosidi adalah potret kejujuran batin yang lahir dari pergulatan jiwa. Dengan tema tentang perjuangan batin manusia dalam memilih jalan hidup, puisi ini mengajarkan bahwa terkadang manusia harus berani mengakui luka dan penderitaan, sebab itulah yang membuat hidup menjadi nyata. Imaji yang kuat, majas yang ekspresif, serta amanat yang mendalam menjadikan puisi ini bukan hanya curahan perasaan pribadi, tetapi juga refleksi universal tentang arti kejujuran dalam hidup.
Karya: Ajip Rosidi
Biodata Ajip Rosidi:
- Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
- Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
- Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.