Sumber: Demonstran Sexy (2008)
Analisis Puisi:
Binhad Nurrohmat dikenal sebagai penyair yang lugas, satir, dan berani mengkritik fenomena kesusastraan Indonesia. Dalam puisinya yang berjudul "Penyair Dengki", ia menyingkap persoalan klasik dunia kepenyairan: iri hati, kecemburuan, dan gengsi dalam publikasi karya. Walau hanya terdiri dari dua kalimat singkat, puisi ini sarat makna, tajam, dan mampu mengguncang cara pandang pembacanya.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kecemburuan dan iri hati dalam dunia sastra. Ia menyoroti bagaimana penyair bisa merasa tidak puas atau bahkan meremehkan keberhasilan orang lain hanya karena faktor publikasi dan penerimaan media.
Puisi ini bercerita tentang dua sikap yang berlawanan dalam menyikapi publikasi puisi. Seorang penyair merasa puisinya bagus karena berhasil dimuat di media besar (koran Jakarta), sementara penyair lain merasa puisinya lebih hebat justru karena tak ada media besar yang berani memuatnya. Puisi ini menggambarkan perseteruan batin penyair yang dipenuhi rasa dengki, iri, dan gengsi.
Makna Tersirat
Makna tersiratnya adalah bahwa dunia sastra tidak lepas dari ego, persaingan, bahkan dengki antarpenulis. Publikasi di media besar tidak selalu menjadi ukuran kualitas karya, namun di sisi lain, menolak standar media juga bisa menjadi alasan untuk menutupi rasa kalah. Binhad ingin menyindir bahwa sikap “dengki” bisa membuat penyair merasa lebih tinggi tanpa dasar yang jelas.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini adalah sinis, satir, dan penuh sindiran. Dari nada kalimatnya, tampak perasaan getir yang berubah menjadi ejekan halus terhadap sikap penyair yang tidak dewasa dalam menyikapi posisi dan karyanya di dunia sastra.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa penyair sebaiknya tidak terjebak dalam sikap iri hati atau gengsi. Yang terpenting adalah kualitas karya itu sendiri, bukan semata-mata diakui atau tidaknya oleh media besar. Binhad seolah menekankan bahwa dengki hanya akan membuat penyair kehilangan kejernihan dalam berkarya.
Imaji
Meskipun sangat singkat, puisi ini tetap mengandung imaji sosial berupa gambaran dunia penerbitan sastra: “koran Jakarta” sebagai simbol pusat legitimasi atau otoritas dalam kesusastraan Indonesia. Imaji ini menghadirkan bayangan tentang ketimpangan antara penyair yang karyanya lolos publikasi dan yang tidak.
Majas
Puisi ini menggunakan beberapa majas, antara lain:
- Sarkasme: sindiran tajam terhadap penyair yang saling merendahkan.
- Paradoks: “Puisiku hebat karena tak ada koran Jakarta berani memuatnya” — sebuah pernyataan yang kontradiktif namun penuh ironi.
- Ironi: menegaskan kegetiran melalui pernyataan sebaliknya.
Puisi "Penyair Dengki" karya Binhad Nurrohmat adalah potret satir dunia kepenyairan yang sering kali penuh ego, iri hati, dan gengsi. Dengan tema tentang kecemburuan, cerita sederhana tentang dua sikap penyair, makna tersirat tentang problem ego manusia, suasana sinis, imaji sosial berupa “koran Jakarta”, serta majas ironi dan sarkasme, puisi ini membuktikan bahwa teks pendek pun bisa memuat kritik tajam. Pesan utamanya jelas: jangan biarkan dengki merusak ketulusan berkarya.