Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Perempuan di Jam 00.00 (Karya Sindu Putra)

Puisi "Perempuan di Jam 00.00" karya Sindu Putra bercerita tentang perempuan yang muncul pada jam tengah malam (00.00), sosok yang penuh simbol dan ..
Perempuan di Jam 00.00

perempuan di jam 00.00
ken dedes yang menyamar

di dadanya senantiasa tertinggal sebuah kota
pemukiman bawah tanah, tempat pengungsianku
menghindar dari gelap gerhana

setahun sekali, di hari ke 28 saat datang bulan mengharu biru. seorang lelaki tiba
melekatkan salib kupu-kupu di antara ke dua payudara
lantas pergi. menyusuri jejak air patung-air di rute gelap
jalan pasar. bukan perang
dengan instalasi air dan jembatan api
seorang lelaki yang berangkat
dan pulang dalam bentuk terakota
pada tangan perempuan yang terbakar
bulan-bintang sepanjang malam
abu mimpinya dialirkan terarosa:

"el nina akan singgah, membuat hujan kabut di kaki Rinjani
daun-daun tembakau hangus dibatangnya
kerang-kerang mutiara membuka cangkangnya
tergerus arus panas dasar laut, penyu cukli terdampar......."

perempuan paruh baya mengenakan topeng-tua
tangannya bajak sawah. kukunya pisau rontal
perempuan yang memintal waktu
mawar mekar dari pangkal pahanya
menari. seakan gerakan naga banda atau lembu hitam
ditaburkannya kembang garam, uang kepeng
dan daun yang membuat gatal
tak ada malam dalam kelopak matanya. jejak cecak urat
tubuhnya api. bulan biru jadi matanya

perempuan di jam 00.00
menuliskan surat di air
surat-surat braille. surat-surat tanah.

Analisis Puisi:

Puisi "Perempuan di Jam 00.00" karya Sindu Putra menghadirkan pengalaman nyata dan simbolik tentang sosok perempuan yang misterius, berlapis makna, dan berinteraksi dengan dunia fisik maupun spiritual. Puisi ini sarat dengan imaji dan metafora yang memadukan alam, tubuh, dan ruang urban menjadi pengalaman batin yang intens.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kesendirian, misteri, dan kekuatan perempuan dalam ruang dan waktu yang simbolik. Selain itu, puisi ini juga menyentuh tema tentang hubungan manusia dengan alam dan unsur mistik, serta persepsi waktu dan ruang yang tidak linear.

Puisi ini bercerita tentang perempuan yang muncul pada jam tengah malam (00.00), sosok yang penuh simbol dan misteri, memiliki aktivitas yang unik, seperti menulis surat di air, menari, dan memintal waktu. Ia berinteraksi dengan seorang lelaki dan lingkungan sekitarnya dengan cara yang simbolik dan surreal, seolah mencerminkan dunia batin, imaji mimpi, atau pengalaman arketipal perempuan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini antara lain:
  • Perempuan sebagai simbol kekuatan, kreativitas, dan misteri – ia tidak sekadar tokoh fisik, tetapi juga perwujudan kekuatan batin dan alam semesta.
  • Hubungan manusia dengan waktu dan ruang – aktivitas di jam 00.00, interaksi dengan air, terakota, dan bulan biru menunjukkan keterikatan antara manusia, alam, dan simbol waktu.
  • Ritual dan mitologi – berbagai tindakan perempuan, seperti menabur kembang garam dan menulis surat di air, menyiratkan ritual atau praktik simbolik untuk menjaga keseimbangan atau memanifestasikan makna tertentu.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini menghadirkan suasana magis, gelap, dan misterius. Malam, jam 00.00, bulan biru, dan jejak cecak menciptakan atmosfer surreal. Ada juga nuansa ritual dan mistik yang memunculkan rasa kagum sekaligus sedikit cemas terhadap sosok perempuan yang tak sepenuhnya dapat dipahami.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Beberapa pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah:
  • Kehidupan manusia selalu terkait dengan misteri dan simbolisme alam; tidak semua hal bisa dijelaskan secara rasional.
  • Kekuatan perempuan tidak selalu tampak secara fisik, tapi dapat memengaruhi ruang, waktu, dan kesadaran.
  • Puisi mengajak pembaca untuk menerima ketidakpastian, keindahan, dan kompleksitas hidup sebagai bagian dari pengalaman batin manusia.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji:
  • Imaji visual: “bulan biru jadi matanya”, “mawar mekar dari pangkal pahanya”, “daun-daun tembakau hangus dibatangnya”.
  • Imaji kinestetik: “menari… seakan gerakan naga banda atau lembu hitam”, “menulis surat di air”.
  • Imaji auditori: meskipun lebih dominan visual, beberapa frasa seperti “air yang dialirkan” memberi kesan suara.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini:
  • Metafora – “bulan biru jadi matanya”, “mawar mekar dari pangkal pahanya” menggambarkan kekuatan, kecantikan, dan misteri perempuan.
  • Personifikasi – air, bulan, dan daun digambarkan seolah memiliki kehendak dan berinteraksi dengan tokoh.
  • Simile / perbandingan implisit – gerakan perempuan disamakan dengan “gerakan naga banda atau lembu hitam” untuk menunjukkan kekuatan dan ritme alam.
  • Hiperbola – deskripsi aktivitas perempuan yang ekstrem dan surreal memperkuat karakter simbolik dan magis.
Puisi "Perempuan di Jam 00.00" karya Sindu Putra adalah karya yang memadukan realitas, simbol, dan mistisisme. Melalui sosok perempuan yang misterius, penyair menyingkap dimensi waktu, ruang, dan pengalaman batin yang intens. Imaji yang kaya dan penggunaan majas yang beragam membuat puisi ini menjadi pengalaman membaca yang magis, gelap, dan penuh makna.

Sindu Putra
Puisi: Perempuan di Jam 00.00
Karya: Sindu Putra
© Sepenuhnya. All rights reserved.