Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Perempuan Tanggul (Karya F. Aziz Manna)

Puisi "Perempuan Tanggul" karya F. Aziz Manna bercerita tentang perempuan yang menunggu di pinggir tanggul pada malam hari, dalam suasana sepi dan ...
Perempuan Tanggul

//1//
perempuan yang berdiri di pinggir tanggul malam-malam,
adakah yang kau tunggu, pangkalan telah sepi, pengemudi
berselonjoran dan bermimpi dalam lagu dangdut yang sedih,
pemanggul dan penarik melengkung dalam sarung yang penguk,
adakah yang kau tunggu, hai, perempuan yang berdiri di pinggir
tanggul malam-malam, angin mengalir seperti lumpur mencair,
menepuki pipimu nyempluk, nggegoyang rambutmu pirang,
nyenyusup di kekain penutup tubuhmu yang siap meletup,
adakah yang kau tunggu, seorang malaikat merayap, hinggap
mendekap, pada mulut setengah terbuka kau berkata: aku tidak
sedang bekerja, apakah yang kau tunggu, hai, perempuan yang
berdiri di pinggir tanggul malam-malam, kau merokok, kau
pandang hamparan hitam dalam sesedotan begitu dalam,
hembusan kencang dan panjang dengan mata memejam:
seseorang telah mengambil hatiku, aku tak tahu namanya, di
mana tinggalnya, apakah shalat, apakah bejat, kami hanya
bertemu begitu saja dan tawa pecah di mana-mana dan hanya
ada pesan setelah persetubuhan: akan selalu ada waktu, akan
selalu ada bagi yang setia, segera, secepatnya entah kapan
waktunya, entah di mana

//2//
matahari angslup seperti matamu yang surup, angin membuat
bayangan rambutmu kian panjang, aku sekarang bersama
tanggul melayang di depan rumahmu, rasanya ingin jatuhan
di kehamparan berbayang hitam, aku ingin menyati
denganmu seperti gerbong kereta yang dilahap terowongan,
tapi apakah lelahku kan sudah, kau berkata seperti bertanya
seperti berkeluh-kesah, bibirmu bergetar menahan sumpah-
serapah, hanya tuhan yang tahu dan hanya tuhan yang punya
jawab bagi yang ingin tahu dalam keluh, air matamu jatuh
seperti embun subuh, aku merindukanmu, sangat, demi masa-
masa sulit yang kulalu tanpamu, aku merindu, sungguh, dan aku
cuma bisa berlari, lari, jauh, menjauh, matamu seperti
pancuran, lembab dan sembab, langanmu putus asa, pijakanmu
kian lemah, ingin saja lungkrah, aku ingin ke arahmu, sungguh,
tapi pintu tak pernah terbuka untukku, kau yang di dalam, apa
mendengar suaraku, apa menangkap teriakanku

Sumber: Kompas (Minggu, 2 Desember 2012)

Analisis Puisi:

Puisi "Perempuan Tanggul" karya F. Aziz Manna menampilkan suasana malam yang sarat emosi dan ketegangan. Penyair menekankan kesendirian, kerinduan, dan keterasingan perempuan yang berdiri di pinggir tanggul, menghadirkan pengalaman batin yang mendalam dan simbolis. Dua bagian puisi ini memperkuat imaji tentang ruang dan waktu yang sunyi, namun penuh gairah dan rindu.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kesendirian, kerinduan, dan dinamika batin seorang perempuan di malam hari. Selain itu, puisi ini juga menyiratkan tema tentang pertemuan dan jarak antara manusia, baik secara fisik maupun emosional, yang menciptakan ketegangan dan misteri.

Puisi ini bercerita tentang perempuan yang menunggu di pinggir tanggul pada malam hari, dalam suasana sepi dan penuh bayangan. Ia diam, mengamati lingkungan sekitar, dan larut dalam kerinduan terhadap seseorang yang tidak jelas identitasnya. Dalam bagian kedua, penyair menambahkan sudut pandang orang lain—mungkin pengamat atau kekasih—yang merindukan perempuan tersebut namun merasa terhalang oleh jarak, situasi, atau ketidakmampuan untuk mendekat.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah:
  • Kerinduan yang tak terjawab – pertemuan antara manusia sering kali penuh hambatan dan tidak selalu tercapai secara fisik maupun emosional.
  • Kesendirian sebagai pengalaman batin – perempuan di tanggul melambangkan individu yang berada di antara harapan dan realitas.
  • Waktu dan ruang sebagai penghalang – tanggul, malam, dan jarak antara tokoh-tokohnya menegaskan ketidakpastian hubungan manusia.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini menghadirkan suasana sepi, gelap, dan misterius, sekaligus menyimpan ketegangan emosional. Malam hari, tanggul, angin yang menggoyang rambut, serta bayangan gelap menjadi simbol dari perasaan rindu, keterasingan, dan konflik batin. Di sisi lain, ada nuansa romantis dan sensual, tercermin dari interaksi batin dan fisik yang tersirat, misalnya pada deskripsi tubuh dan emosi perempuan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat diambil adalah:
  • Kesendirian dan kerinduan adalah bagian dari pengalaman hidup manusia yang tidak bisa dihindari.
  • Harapan dan ketidakpastian sering berjalan beriringan, sehingga interaksi manusia dipenuhi pertanyaan, penantian, dan rasa ingin tahu yang mendalam.
  • Puisi juga mengingatkan kita tentang kekuatan perasaan yang mampu menembus ruang dan waktu, meski fisik tidak selalu bisa mendekat.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji, antara lain:
  • Imaji visual: “angin mengalir seperti lumpur mencair”, “matahari angslup seperti matamu yang surup”, “bayangan rambutmu kian panjang”.
  • Imaji auditori: “pengemudi berselonjoran dan bermimpi dalam lagu dangdut yang sedih”.
  • Imaji kinestetik: “hembusan kencang dan panjang dengan mata memejam”, “aku cuma bisa berlari, lari, jauh, menjauh”.
Imaji-imaji ini menekankan perasaan, gerak, dan interaksi dengan lingkungan yang melingkupi pengalaman perempuan tersebut.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini:
  • Personifikasi – angin digambarkan seperti lumpur yang bisa menepuki pipi dan menggoyang rambut.
  • Metafora – tanggul sebagai simbol batas, jarak, atau sekat antara individu dan dunia luar.
  • Simile / perbandingan – “matahari angslup seperti matamu yang surup” untuk menggambarkan kesamaan kondisi langit dan ekspresi perempuan.
  • Repetisi – pengulangan pertanyaan “adakah yang kau tunggu?” menekankan rasa rindu, penantian, dan ketidakpastian.
Puisi "Perempuan Tanggul" karya F. Aziz Manna adalah eksplorasi mendalam tentang kesepian, rindu, dan ketegangan emosional manusia. Dengan imaji visual, auditori, dan kinestetik yang kuat, serta penggunaan majas yang efektif, penyair berhasil menghadirkan suasana malam yang sunyi namun hidup secara emosional. Puisi ini mengajak pembaca merenungkan tentang jarak, penantian, dan pertemuan manusia yang tak selalu nyata, tetapi tetap meninggalkan kesan yang mendalam.

F. Aziz Manna
Puisi: Perempuan Tanggul
Karya: F. Aziz Manna

Biodata F. Aziz Manna:
  • F. Aziz Manna lahir pada tanggal 8 Desember 1978 di Sidoarjo, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.