Analisis Puisi:
Puisi “Prahara” karya Dodong Djiwapradja menampilkan gambaran kuat tentang benturan antara manusia, alam, dan malapetaka. Lewat permainan imaji dan majas, penyair menghadirkan suasana yang bergerak dari ketenangan alam menuju kehancuran, seolah sebuah drama kosmik yang tak bisa dihindarkan.
Tema
Tema utama puisi ini adalah bencana alam dan dampaknya terhadap kehidupan makhluk tak berdosa. Penyair menekankan bagaimana prahara terjadi sebagai bagian dari siklus alam, tetapi sering kali meninggalkan korban yang tak bersalah.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan dari ketenangan alam—ikan-ikan kecil di air, renik-renik kehidupan—yang tiba-tiba berubah menjadi prahara ketika badai datang dan menghancurkan segalanya. Keindahan yang damai bergeser menjadi tragedi yang menyisakan korban.
Makna tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa bencana, meskipun merupakan bagian dari hukum alam, selalu melukai kehidupan kecil yang tidak berdaya. Ada kritik sosial yang samar, bahwa dalam setiap “operasi badai” atau “permainan mengerikan” kehidupan, yang menjadi korban terbesar adalah pihak lemah, bukan mereka yang berkuasa.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi bergerak dari syahdu dan damai menuju mencekam dan tragis. Awalnya ada ketenangan dengan bunyi alam yang lembut, namun perlahan berubah menjadi ancaman saat badai datang, hingga akhirnya meninggalkan kesedihan dan kepedihan akibat korban yang berjatuhan.
Amanat / Pesan yang disampaikan
Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa hidup penuh dengan prahara, dan sering kali yang menjadi korban adalah makhluk-makhluk tak berdosa. Manusia harus belajar menghargai keseimbangan alam dan menyadari bahwa kehancuran selalu membawa dampak pada mereka yang lemah.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji yang membangkitkan visual dan suasana:
- “Renik-renik dan ikan-ikan kecil meletik, menyentil permukaan air” → menghadirkan imaji visual kehidupan damai di air.
- “7 divisi angin, telah menempatkan pasukannya di hutan-hutan sekitarnya” → imaji militer yang menciptakan suasana tegang menjelang badai.
- “korban-korban bergelimpangan yang sebagian besar: makhluk tak berdosa” → imaji tragis yang menutup puisi dengan kesedihan mendalam.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi → angin digambarkan seperti pasukan yang siap beroperasi. “7 divisi angin, telah menempatkan pasukannya di hutan-hutan sekitarnya”
- Metafora → badai digambarkan sebagai “permainan mengerikan” yang selalu berulang.
- Hiperbola → penggambaran korban yang bergelimpangan memberi kesan dramatis dan mendalam.
- Simbolisme → ikan-ikan kecil, plastik, kaca, dan genangan air menjadi simbol makhluk lemah dan rapuh yang menjadi korban prahara.
Puisi "Prahara" karya Dodong Djiwapradja merupakan refleksi tentang siklus alam, bencana, dan penderitaan makhluk kecil yang tak berdaya. Dengan tema bencana alam, puisi ini bercerita tentang bagaimana kedamaian bisa tiba-tiba berubah menjadi malapetaka. Makna tersiratnya mengajak pembaca untuk merenungi betapa rapuhnya kehidupan dan pentingnya kepedulian terhadap sesama, terutama yang lemah. Imaji dan majas yang digunakan menjadikan puisi ini hidup, puitis, sekaligus menyentuh nurani.