Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Prahara (Karya Dodong Djiwapradja)

Puisi "Prahara" karya Dodong Djiwapradja bercerita tentang perjalanan dari ketenangan alam—ikan-ikan kecil di air, renik-renik kehidupan—yang tiba ...
Prahara

Renik-renik dan ikan-ikan kecil
meletik, menyentil
permukaan air: plastik dan kaca
langit, alam terbuka -
Dawai-dawai alam menyimpan bunyi
dan suara lembut
hampir tertutup
gemetar, syahdu dan sayup

Apa yang terjadi nanti
jika awan bergulung
singgah di punggung gunung?

Benar saja, bagai direncanakan semula
oleh tangan gaib sutradara
7 divisi angin, telah menempatkan pasukannya
di hutan-hutan sekitarnya
sebentar malam operasi badai!

Ikan-ikan kecil
genangan air
kali kecil
plastik dan kaca
pasukan mana yang membela?

Dan, seperti selalu
sejak dulu
adat sediakala
permainan yang mengerikan ini
serta merta segala
dengan hidangan terakhir: malapetaka

Maka seperti biasa
korban-korban bergelimpangan
yang sebagian besar:
makhluk tak berdosa

1972

Analisis Puisi:

Puisi “Prahara” karya Dodong Djiwapradja menampilkan gambaran kuat tentang benturan antara manusia, alam, dan malapetaka. Lewat permainan imaji dan majas, penyair menghadirkan suasana yang bergerak dari ketenangan alam menuju kehancuran, seolah sebuah drama kosmik yang tak bisa dihindarkan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah bencana alam dan dampaknya terhadap kehidupan makhluk tak berdosa. Penyair menekankan bagaimana prahara terjadi sebagai bagian dari siklus alam, tetapi sering kali meninggalkan korban yang tak bersalah.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan dari ketenangan alam—ikan-ikan kecil di air, renik-renik kehidupan—yang tiba-tiba berubah menjadi prahara ketika badai datang dan menghancurkan segalanya. Keindahan yang damai bergeser menjadi tragedi yang menyisakan korban.

Makna tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa bencana, meskipun merupakan bagian dari hukum alam, selalu melukai kehidupan kecil yang tidak berdaya. Ada kritik sosial yang samar, bahwa dalam setiap “operasi badai” atau “permainan mengerikan” kehidupan, yang menjadi korban terbesar adalah pihak lemah, bukan mereka yang berkuasa.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi bergerak dari syahdu dan damai menuju mencekam dan tragis. Awalnya ada ketenangan dengan bunyi alam yang lembut, namun perlahan berubah menjadi ancaman saat badai datang, hingga akhirnya meninggalkan kesedihan dan kepedihan akibat korban yang berjatuhan.

Amanat / Pesan yang disampaikan

Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa hidup penuh dengan prahara, dan sering kali yang menjadi korban adalah makhluk-makhluk tak berdosa. Manusia harus belajar menghargai keseimbangan alam dan menyadari bahwa kehancuran selalu membawa dampak pada mereka yang lemah.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji yang membangkitkan visual dan suasana:
  • “Renik-renik dan ikan-ikan kecil meletik, menyentil permukaan air” → menghadirkan imaji visual kehidupan damai di air.
  • “7 divisi angin, telah menempatkan pasukannya di hutan-hutan sekitarnya” → imaji militer yang menciptakan suasana tegang menjelang badai.
  • “korban-korban bergelimpangan yang sebagian besar: makhluk tak berdosa” → imaji tragis yang menutup puisi dengan kesedihan mendalam.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi → angin digambarkan seperti pasukan yang siap beroperasi. “7 divisi angin, telah menempatkan pasukannya di hutan-hutan sekitarnya”
  • Metafora → badai digambarkan sebagai “permainan mengerikan” yang selalu berulang.
  • Hiperbola → penggambaran korban yang bergelimpangan memberi kesan dramatis dan mendalam.
  • Simbolisme → ikan-ikan kecil, plastik, kaca, dan genangan air menjadi simbol makhluk lemah dan rapuh yang menjadi korban prahara.
Puisi "Prahara" karya Dodong Djiwapradja merupakan refleksi tentang siklus alam, bencana, dan penderitaan makhluk kecil yang tak berdaya. Dengan tema bencana alam, puisi ini bercerita tentang bagaimana kedamaian bisa tiba-tiba berubah menjadi malapetaka. Makna tersiratnya mengajak pembaca untuk merenungi betapa rapuhnya kehidupan dan pentingnya kepedulian terhadap sesama, terutama yang lemah. Imaji dan majas yang digunakan menjadikan puisi ini hidup, puitis, sekaligus menyentuh nurani.

Dodong Djiwapradja
Puisi: Prahara
Karya: Dodong Djiwapradja
    Biodata Dodong Djiwapradja:
    • Dodong Djiwapradja lahir di Banyuresmi, Garut, Jawa Barat, pada tanggal 25 September 1928.
    • Dodong Djiwapradja meninggal dunia pada tanggal 23 Juli 2009.
    © Sepenuhnya. All rights reserved.