Prasangka
napasnya terhembus erat berpelukan
lepas pagi yang pijar ia bukan idaman
karena sekali ia kan berpaling
karena matahari bersinar terik dan kering
Ia menggeliat keutuhannya tanggal satu-satu di ranjang
aku di sampingnya dari celah jendela tertutup
ada yang lewat kepadanya iapun asing
lampu dipasang pula matari padam dan hati terkatup
janji sepi dan ranjang tinggal wanginya
8/9 Februari 1955
Sumber: Majalah Seni (September, 1955)
Analisis Puisi:
Ajip Rosidi dikenal sebagai salah satu sastrawan penting Indonesia yang produktif menulis puisi, cerpen, hingga esai. Puisinya sering memuat refleksi kehidupan sehari-hari yang dibalut dengan bahasa sederhana namun menyimpan kedalaman makna. Salah satu puisinya, “Prasangka”, menghadirkan potret relasi yang rapuh antara dua manusia, yang diwarnai dengan keraguan, jarak emosional, dan kesepian.
Tema
Tema puisi ini adalah kegelisahan dalam hubungan manusia yang diliputi kecurigaan, keraguan, dan ketidakpastian perasaan. Ajip menyoroti bagaimana prasangka bisa mengikis keintiman, hingga menyisakan kesepian dan keterasingan meskipun secara fisik masih berdekatan.
Puisi ini bercerita tentang hubungan antara dua manusia di ranjang yang secara lahiriah tampak dekat, tetapi batin mereka saling menjauh karena prasangka dan keraguan. Tokoh aku melihat pasangannya seperti sedang berpaling hati, terasing meski berada di sampingnya. Keintiman yang seharusnya hangat berubah menjadi dingin, meninggalkan hanya sepi dan wangi ranjang sebagai sisa kehadiran.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa prasangka dapat merusak keintiman dan kedekatan yang paling personal sekalipun. Meski fisik bisa berdekatan, prasangka membuat hati menjadi jauh, hingga cinta berubah menjadi kesepian. Ajip ingin menegaskan bahwa relasi tanpa kepercayaan hanya akan berakhir pada keterasingan dan kehilangan makna.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini adalah muram, getir, dan penuh kesepian. Dari awal hingga akhir, pembaca disuguhi perasaan canggung, ragu, dan dingin yang muncul dari relasi yang rapuh.
Amanat / Pesan yang disampaikan
Pesan yang disampaikan dalam puisi ini adalah bahwa prasangka dapat menghancurkan hubungan. Ketidakpercayaan, meski kecil, dapat menumbuhkan jarak emosional yang besar, sehingga cinta dan kedekatan pun kehilangan makna. Dengan demikian, kejujuran, keterbukaan, dan kepercayaan adalah fondasi penting dalam menjaga hubungan.
Imaji
Puisi ini menghadirkan sejumlah imaji yang kuat, antara lain:
- Imaji perasaan: “napasnya terhembus erat berpelukan” → menghadirkan gambaran intim tetapi diiringi keraguan.
- Imaji visual: “dari celah jendela tertutup ada yang lewat kepadanya iapun asing” → membangun suasana keterasingan di ruang yang seharusnya intim.
- Imaji penciuman: “ranjang tinggal wanginya” → menegaskan bahwa yang tersisa hanyalah bekas, bukan lagi kehangatan nyata.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
Metafora
- “janji sepi dan ranjang tinggal wanginya” → ranjang menjadi metafora untuk hubungan yang kosong, hanya meninggalkan bekas tanpa makna.
Paradoks
- “aku di sampingnya… iapun asing” → menghadirkan pertentangan antara kedekatan fisik dan jarak emosional.
Personifikasi
- “lampu dipasang pula matari padam dan hati terkatup” → matahari dan hati diberi sifat manusiawi, memperkuat kesan muram dan keterasingan.
Puisi “Prasangka” karya Ajip Rosidi menggambarkan bagaimana hubungan yang seharusnya menjadi ruang kehangatan justru berubah menjadi medan keterasingan akibat keraguan dan prasangka. Dengan diksi sederhana, Ajip berhasil membangun suasana getir dan sunyi, sambil menyampaikan pesan tentang pentingnya kepercayaan dalam menjalin hubungan. Imaji dan majas yang digunakan memperkuat nuansa muram puisi ini, menjadikannya refleksi mendalam tentang rapuhnya ikatan manusia bila diliputi prasangka.